Bab 183 Kucing yang Diusir Boss dari Mobil
Kadang Lei Tingyu merasa Lan Xin adalah perempuan yang sangat cerdas.
Tapi di saat lain, kebodohannya membuat Lei Tingyu ingin membelah kepalanya dan memasukkan IQ ekstra sebelum menutupnya kembali.
Lei Tingyu menunggu jawaban Lan Xin. Dengan penuh kebanggaan, Lan Xin berkata:
"Kau memilihku karena aku adalah mutiara di antara para putri! Lihat Hei Moxian, lihat Lan Xiang si jamur hitam itu. Aku ingin berteriak ke langit!"
Dia berhenti sejenak, lalu berkata dengan suara lantang:
"Siapa yang lebih polos daripada aku!"
Lei Tingyu gemas dibuatnya. Menahan dorongan untuk menendangnya keluar, dia mengetuk dahi Lan Xin dengan keras.
“Siapa yang bisa lebih bodoh daripada kamu!”
“Sebenarnya aku benar-benar tidak tahu, mengapa kamu menikahiku, lihatlah aku tidak punya hati wanita karir yang kuat, juga tidak punya kemampuan menghasilkan uang seperti Yan Lili, susah payah membuka bar bersama Fei Fei, malah rugi...”
Saat Yan Lilly menuduhnya, Lan Xin juga sedikit merasa takut ketahuan.
Bagaimanapun sejak lulus dan menikahi Lei Tingyu, dia tidak pernah melakukan hal yang benar-benar berarti.
Sebagian besar waktu dihabiskan mengikuti Lei Tingyu, katanya membayar hutang, tapi hidup dalam kemewahan, makanan, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari semuanya mewah.
Terutama sekarang mereka sudah memiliki kontak fisik, dia pun malu mengaku hubungannya dengan Lei Tingyu masih murni hubungan penyewa.
“Bagaimana kalau kamu berhenti memberiku uang, aku akan kerja paruh waktu, hutang padamu akan kucicil perlahan, setuju?”
Lei Tingyu mengerem mendadak, mobil berhenti di pinggir jalan, berbalik tubuh sambil menunjuk kepala Lan Xin dengan jarinya berulang kali.
“Kepalamya kemasukan air ya? Aku akan mengeluarkannya sekarang!”
“Menurutku hubungan kita sekarang sangat rumit.”
Sebenarnya meski Yan Lili tidak mengatakan, Lan Xin sendiri sedang merefleksikan diri.
Jika tidak ada kontak fisik sebelumnya, mungkin dia masih bisa menerima melakukan hal-hal ini untuknya.
Tapi dalam keadaan sekarang, bagaimanapun terlihat seperti wanita simpanan, dia mungkin bisa menghadapi satu Penyihir Hitam, tapi bagaimana jika ada orang lain yang mengatakannya?
Semakin dipikir semakin masuk akal, maka tanpa peduli ekspresi Lei Tingyu yang sudah gelap, Lan Xin memanfaatkan kesempatan untuk menjelaskan semuanya dengan jelas.
“Kita benar-benar tidak bisa terus seperti ini, saham Kelompok Lei kan sudah stabil? Menurutku kamu seharusnya membuat pengumuman resmi tentang hubungan kita yang sebenarnya. Uang yang kuhutang akan kulunasi dengan bekerja, setelah itu aku akan pindah keluar. Jika kamu——”
“Turun mobil.”
“Aku belum selesai bicara!”
“Tu-run mo-bil!” Suaranya makin kasar, tak tahan mendengar lebih lama.
Lei Tingyu merasa jika terus mendengar, dorongan untuk mencekik wanita ini akan tak terbendung.
Lan Xin benar-benar serius ingin berterus terang. Dia ingin menjelaskan bahwa mereka harus merapikan status hubungan ini.
Jika Lei Tingyu memiliki sedikit saja ketertarikan padanya, seharusnya dia mengejarnya secara bertahap. Sementara dirinya harus mencari pekerjaan untuk melunasi hutang.
Dengan memisahkan jelas antara perasaan dan materi, rasa sukanya akan memiliki martabat lebih.
Jika ada wanita seperti Yan Lily lagi yang menyoroti statusnya, dia tak akan merasa takut ketahuan.
Tapi di telinga Lei Tingyu, ini berarti Lan Xin ingin buru-buru memutus hubungan dengannya.
Melihatnya masih duduk diam, dengan kasar dia membuka sabuk pengaman, membuka pintu mobil, lalu mendorongnya keluar dalam satu gerakan!
“Hei! Si Lei, bisakah kamu lebih dewasa?!”
Lan Xin benar-benar tak tahu harus berkata apa.
Yang menjawabnya adalah asap knalpot yang mengepul.
Lampu-lampu kota mulai menyala, deretan jajanan pinggir jalan berjejer. Lan Xin yang didorong sembarangan ini perutnya penuh amarah.
Lagi-lagi begini!
Padahal dia pikir hubungan mereka sudah ada kemajuan, sudah janji untuk berkomunikasi jika ada masalah. Tapi ketika dia serius bicara, dia malah tak mendengar!
Dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Lei Tingyu, tak ada yang mengangkat.
Mengirim beberapa pesan WeChat pun tak ada balasan.
Pria sombong yang tidak tahu malu ini!
Lan Xin merogoh sakunya, mengeluarkan 3 koin.
Dompet dan tas ditinggalkan di mobil, yang sudah dikendarai pergi oleh pria sombong yang tiba-tiba marah.
Uang segini pasti tidak cukup untuk naik taksi pulang. Lan Xin melihat penjual cumi bakar di pinggir jalan, membeli satu tusuk dengan tiga keping terakhirnya.
Setelah membeli jajanan, di sakunya hanya tersisa 5 mao.
Lan Xin tidak panik, duduk di tepi jalan sambil mengunyah cumi, mengirim pesan WeChat kata per kata ke Lei Tingyu.
Nyonya Kepala Desa Keluarga Lei (produk tiruan): Marah beneran?
Nyonya Kepala Desa Desa Keluarga Lei (produk tiruan): Aku tidak bermaksud begitu
Nyonya Kepala Desa Desa Keluarga Lei (produk tiruan): Kalau masih tidak membalas, aku meledak nih
Nyonya Kepala Desa Desa Keluarga Lei (produk tiruan): Hong!
Dia mengirim emoji bom kecil, menunggu beberapa saat tetap tidak ada balasan.
Menghela napas, akhirnya mengirim pesan terakhir.
Aku tidak punya uang lagi. Kalau kamu tidak kembali menjemputku, nanti kalau ada pria tampan lewat dan menawariku naik mobilnya, aku akan pergi dengan dia!
Tiga detik kemudian, dia membalas.
Berani kau! Kaki kucingmu akan kupatahkan!
Lan Xin mengangkat bahu. Lihatlah, menghadapi gunung es yang sombong, rasa malu harus dikeluarkan saat diperlukan.
Dua menit kemudian, Lei Tingyu yang wajahnya hitam legam kembali.
"Naik mobil!"
"Kamu nyalip! Paman Polisi, lihat nih ada yang nyalip!"
Lan Xin menunjuk Lei Tingyu dengan cumi setengah dimakan di tangannya.
"Jangan banyak bicara, naik!"
Lei Tingyu hampir mati kesal.
Awalnya ingin memberi pelajaran pada makhluk ini, tapi melihat sikapnya yang tak punya hati dan berwajah tebal, berani beli makanan pula?
Sama sekali tidak ada kesadaran mengakui kesalahan!
Lan Xin naik mobil, meletakkan cumi bakar yang sudah dimakan setengah di dekat bibirnya.
"Coba kamu cicip, enak banget."
Lei Tingyu memandang dengan jijik. Barang dengan kadar bakteri E.coli melebihi batas seperti ini, hanya dia yang mau makan.
Menerimanya, lalu spontan melemparkan keluar jendela mobil.
Lan Xin gemetar menudingnya, "Kamu melawan arus sudah keterlaluan, masih buang sampah dari jendela mobil, pemborosan yang menyia-nyiakan jatah makanan!"
"Diam!" Lei Tingyu sekarang sangat tidak ingin bicara dengannya, masih terusik dengan usaha wanita ini untuk memutus hubungan.
Lan Xin membungkam, tapi saat Lei Tingyu berhenti di lampu merah, tiba-tiba melompat dan *cium* sempurna!
Boss masih tenggelam dalam kemarahan, tiba-tiba merasa wajahnya lengket.
Aroma cumi bakar pedas dengan campuran jintan, melalui bibir Lan Xin, menempel di wajahnya!
Bahkan satu butir jintan membandel tertinggal di wajah CEO otoriter yang sudah menjadi korban Lan Xin.
"Lan... Xin!"
Lan Xin mengedipkan mata, "Maaf ya, aku benar-benar tak bisa mengendalikan kekagumanku padamu. Ah, bibirku ini, kenapa tidak mau menurut kontrol otakku!"
Setelah cukup lama menyamar bersamanya, Lan Xin mungkin sudah mengeksplorasi sendiri pola dalam berinteraksi dengannya.
Akhirnya menyimpulkan sebuah kesimpulan yang tak terbantahkan.
AC bos sebenarnya macan kertas, asalkan berpegang teguh pada semangat tak kenal malu untuk aktif mencari kesempatan menempelinya, kebanyakan dia tidak akan berbuat apa-apa padanya.
Tepat seperti dugaanku, terhadap tindakan mencari mati ini, bos hanya melototi dingin lalu berkata dengan licik:
"Pulanglah, kamu sudah tamat!"
"Sebelum mati, bisakah kau memberiku kesempatan berbicara? Lei Tingyu, aku benar-benar tidak mau saling menyakiti karena hal sepele."
"Hal sepele?" Dia menyeringai dingin.
Putus cinta seenaknya, menurutnya itu hal sepele?
