Bab 188: Saat Hadapi Kesulitan, Yang Pertama Terpikir Adalah Dia
"Presiden Direktur, ini makan siang yang dipesan untuk Anda."
Sekretaris meletakkan kotak makanan di meja.
Lei Tingyu meliriknya, sama sekali tidak bernafsu.
Kucing liar tak berhati nurani ini!
Telepon tidak menelepon, WeChat tidak mengirim pesan!
Terbiasa dengan bekal kasih sayangnya, melihat makanan pesanan antar ini sama sekali tidak membangkitkan selera makan.
Saat Lei Tingyu sedang dilanda emosi mengamuk, ponselnya berdering.
"Tingyu, kami ada di kantor polisi. Bisakah kau kirim seseorang ke sini?" suara Lan Xin terdengar.
Lei Tingyu mengerutkan alisnya, "Ada masalah apa?"
"Ada orang yang menghantam tempat Fei Fei. Aku ikut berkelahi--"
"Apa kau terluka?" Suaranya tiba-tiba menjadi dingin beberapa tingkat.
"Tidak apa-apa, yang lebih sengsara pihak lawan. Kau cukup kirim seseorang untuk membebaskan kami dengan jaminan uang saja."
Sial!
Lei Tingyu menutup telepon dan menyambar kunci mobil sambil bergegas keluar. Benar-benar kucing liar yang merepotkan!
Beberapa menit kemudian, Lei Tingyu tiba di lokasi yang disebut Lan Xin dengan rombongan bodyguard yang bergerak massal.
Skala pergerakan yang begitu besar membuat seluruh kantor polisi tertegun.
Orang awam mungkin mengira ini aksi pembebasan tahanan!
Melihat Lan Xin yang sama sekali tidak terluka, raut wajah Lei Tingyu yang muram sejak tadi sedikit melunak. Namun tatapannya ke arah para polisi yang terpaku penuh dengan amarah.
Mereka mungkin tak menyangka bahwa insiden keamanan biasa ini berani membangkitkan CEO Grup Lei!
"Sebenarnya apa yang terjadi!" Kepala Kepolisian yang ikut dengan Lei Tingyu masuk sambil mengusap keringat dingin di keningnya.
Sedangkan Lan Xin, sejak detik pertama Lei Tingyu masuk bersama pasukannya, matanya hanya tertuju padanya.
Dibandingkan Fei Fei yang duduk di sampingnya dengan wajah pucat, kondisi Lan Xin terlihat relatif lebih baik.
Lei Tingyu melihat luka kecil di lengan perempuan itu.
Lan Xin sebenarnya tidak ingin bersikap sok suci, tetapi melihat Lei Tingyu datang, kedua kakinya seperti kehilangan kendali, langsung terjun ke arahnya.
"Ting Yu..."
Di depan umum, di bawah tatapan puluhan pasang mata yang mengawasi, Lei Tingyu malah mengulurkan tangan, memeluk Lan Xin sambil menepuk-nepuk punggungnya.
"Tidak apa-apa, aku di sini."
Kalimat sederhana itu membuat hati Lan Xin yang selama ini tidak stabil, seketika menjadi tenang.
Dia memeluk Lan Xin, jari-jarinya menyusur lembut bagian yang terluka, setelah memastikan tidak ada luka lebih parah, sorot matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan tanpa basa-basi.
"Siapa yang bisa memberitahu saya, mengapa istri saya ditahan oleh kalian?"
Para bodyguard dan pengacara yang ikut berdiri dalam dua barisan. Polisi yang sebelumnya penuh kesombongan tiba-tiba kehilangan suara.
Kepala kepolisian menyeka keringat dingin sambil tersenyum penuh kewaspadaan.
"CEO Lei, ini mungkin kesalahpahaman, staf kami tidak menyangka Nyonya Lei juga ada di..."
"Jika harus menunggu kalian menyadari, semuanya sudah terlambat."
Satu kalimat Lei Tingyu membuat suhu ruangan turun drastis.
Kecuali Lan Xin yang berada dalam pelukannya, hampir semua orang merasakan hawa dingin yang menusuk ini.
"Tadi, bagaimana mereka memperlakukanmu?" Lei Tingyu menunduk bertanya pada Lan Xin.
Lan Xin menyembunyikan wajahnya di dada Lei Tingyu, berkata dengan suara tertahan, "Mereka menakut-nakutiku, bilang akan mengurungku dan Fei Fei."
"Oh begitu?" Pandangan Lei Tingyu menyapu ruangan, mereka yang terkena sorot matanya merasa tubuh fisik mereka hampir membeku.
“Kami benar-benar tidak tahu ini adalah Nyonya Lei, saat dia masuk juga tidak bilang, apalagi dia memukuli mereka hingga seperti itu, siapa yang tahu dia istri Tuan Lei...”
Seorang polisi Berani berkata.
“Mereka yang mulai membuat keributan! Dari tadi kami masuk terus memberitahumu, tapi kamu malah sibuk meneror kami!”
Lan Xin membantah.
Karena cara penanganan mereka yang terlalu ekstrem inilah dia akhirnya mencari boss untuk membelanya.
“Sejak masuk tadi, Fei Fei sudah mengeluh perut tidak nyaman, saya sudah bilang dia wanita hamil, tapi apa responsmu?”
Sungguh sial! Mereka mengantar preman ke rumah sakit, tapi melarang Fei Fei ikut, malah memaksa mereka menjelaskan kejadian sambil mengancam.
Ada yang mengganggu bar Fei Fei, lalu diusir oleh Fei Fei dan Lan Xin yang berkolusi. Beberapa preman yang dipukul itu masih terbaring di RS sampai sekarang.
Tapi CEO sama sekali tidak peduli. Hidup mati orang lain tak ada hubungan sama sekali dengannya.
Dia hanya melihat, kucingnya terluka!
“Tampaknya istri saya dan temannya mengalami trauma yang cukup berat.”
Setiap kata yang diucapkan Lei Tingyu membuat suhu ruangan turun satu derajat.
Mereka yang tadi masih penuh kesombongan kini wajah pucat pasi. Kepala kepolisian menggigil kedinginan oleh hawa dingin boss, keningnya terus mengucurkan keringat dingin.
Dasar benda tak bermata! Menangkap siapa tidak boleh, malah nekat menangkap wanita milik pria tersulit di Kota B!
“CEO Lei, mohon dengarkan penjelasan kami——”
“Cukup!” Lei Tingyu menolak dengan wajah dingin. Saat ini dia tidak punya waktu untuk membuang-buang waktu dengan orang-orang membosankan ini.
Tiba-tiba, Fei Fei memegangi perutnya, wajahnya pucat pasi.
“Si Apel Kecil!” Mo yang buru-buru datang setelah menerima informasi, langsung melihat situasi ini begitu masuk. Dia bergegas mendekat.
“Siapa yang memberitahunya...” Fei Fei masih memegangi perutnya, terlalu kesakitan untuk berbicara.
Tentu saja Lei Tingyu.
Melihat Mo juga datang, warna wajah kepala kepolisian sudah berubah total.
Hancur, CEO Lei saja sudah tidak bisa dilawan.
Datang lagi satu!
“Apa yang sebenarnya terjadi ini!” Mo mengaum, membuat suasana hening seketika.
Dia menggendong Fei Fei dan bergegas keluar, tak seorang pun berani menghalangi.
“Fei Fei!” Lan Xin khawatir ingin ikut keluar, tapi Lei Tingyu menghentikannya.
“Mo akan merawatnya dengan baik.”
Saatnya menghitung utang dengan orang-orang yang menginjak-injak Kucing Liar ini!
Sorotan tajam bos menyapu ruangan, suhu udara langsung turun drastis.
Saat keluar dari kantor polisi, rasa kesal dalam hati Lan Xin sudah lenyap tak berbekas.
Lei Tingyu baru saja dengan tegas membela dia dan Fei Fei.
Orang-orang itu ketakutan bukan main.
Di dalam mobil, Lan Xin masih memikirkan Fei Fei yang dibawa pergi Mo.
“Kenapa Lao Er bisa datang? Ke mana dia membawa Fei Fei?”
“Sekarang masih ada waktu untuk mengurus urusan orang lain?”
Lei Tingyu melototi dia dengan tatapan dingin.
“Dia temanku, aku pasti tidak akan membiarkan orang lain menginjak-injaknya!”
Lan Xin tidak merasa melakukan kesalahan apa pun.
“Kamu campuran babi-kucing ini! Dia temanmu, kamu masih bos ku——”
Melihatnya tiba-tiba diam, Lan Xin penasaran bertanya.
“Bos apa?”
Yang diterimanya hanyalah pukulan kepala dari si pria.
Bahkan memukul kepala tak cukup, wajahnya dicubit bolak-balik!
“Bodohnya sampai mati pun tak apa!”
“Aku yang jadi korban! Kamu tidak lihat betapa arogannya mereka!”
Lei Tingyu menggenggam tangan yang bergerak-gerak itu, melihat bekas darah di atasnya, wajahnya semakin muram.
“Dibilang bodoh tidak mau mengaku! Berhenti!”
Sopir menginjak rem, Lan Xin menatapnya dengan wajah tak bersalah.
Apa lagi yang akan dilakukannya?
Boss membuka pintu mobil dan bergegas ke apotek. Beberapa menit kemudian kembali.
“Cakar kucingmu ke sini!”
Lan Xin mengulurkan tangan. Lei menyemprotkan disinfektan ke lukanya, lalu menempelkan plester.
Lan Xin terpana.
Ini masihkah gunung es yang sama?
“Lihat apa? Bodoh!” Malu karena tatapannya, dia mencubit luka yang baru dibalut.
Lan Xin mengerang kesakitan. Ya, dia masih kejam seperti biasa!
