Bab 200 Buat Masalah Baru, Hal Semakin Kompleks
Hati Lan Xin melunak, ia spontan berkata.
"Lan Mantian hari ini mengancamku lagi, dia bilang padaku——"
Lan Xin baru saja ingin menceritakan semua kejadian pada Lei Tingyu, tiba-tiba telepon internal di meja berdering.
Ini saluran khusus yang hanya berbunyi dalam kondisi darurat. Lei Tingyu memberi isyarat pada Lan Xin untuk menunggu, lalu berbalik menjawab telepon.
Telepon dari Qi Lei melaporkan ada kondisi darurat di pabrik luar negeri.
Situasinya cukup mendesak, membutuhkan persetujuan segera dari CEO.
Lan Xin di sampingnya mendengar percakapan yang tegang, bertanya dengan khawatir.
"Apa tidak apa-apa?"
"Masalahnya tidak besar. Aku akan memimpin rapat dulu. Tunggu di sini——Jangan panik, masalahmu bukan masalah, mengerti? Tunggu aku kembali!"
Sebenarnya Lei Tingyu sangat ingin menghibur Lan Xin. Lan Mantian di matanya sudah seperti belalang musim gugur yang tidak akan bisa bertahan lama.
Tapi situasi sekarang tidak memungkinkannya berbicara panjang dengan Lan Xin, banyak orang sudah menunggu dirinya memimpin rapat.
Lan Xin mengangguk, memberi isyarat bahwa dia mengerti.
Lei Tingyu menjentikkan keningnya sesaat sebelum keluar, baru kemudian turun untuk rapat.
Setelah mendapat dorongan dari Lei Tingyu, kegelisahan Lan Xin sedikit berkurang.
Dia bilang bisa membantunya menyelesaikan semua masalah.
Sungguh nyaman memiliki sandaran seperti ini.
Lan Xin memutuskan, setelah Lei Tingyu kembali, akan menceritakan semuanya secara detail termasuk ancaman Lan Mantian dan rencananya mencuri program Lei Group.
Masalah apa pun, asal mereka berdua bersama-sama mencari cara, pasti bisa diselesaikan.
Dia tak ingin menyakiti Lei Tingyu yang selalu baik padanya, apalagi dia sudah bilang: "Setelah pengkhianatan, tak ada maaf."
Kalau begitu janganlah dikhianati.
Keputusan ini membuat Lan Xin merasa lega, menunggu dengan sabar kepulangan Lei Tingyu.
Setelah lama menunggu, tiba-tiba Lan Xin teringat kotak besi di laci Lei Tingyu.
Isinya apa ya?
Waktu itu hampir saja terbuka.
Saat dia membuka laci itu, kotaknya sudah hilang.
"Dia yang mengambilnya rupanya."
Tiba-tiba telepon di meja berdering. Lei Tingyu tidak membawa ponsel saat turun ke bawah.
Lan Xin ragu-ragu menjawabnya karena tak sopan membuka telepon orang lain.
Tapi deringan terus berbunyi.
Dia mengangkat ponsel untuk melihat nomor pemanggil. Begitu melihat angka di layar, matanya terbelalak.
Rumah perawatan pribadi?
“Nomor ini sangat familiar baginya, tapi jika ada masalah dengan ibu di rumah perawatan, mengapa mereka tidak menghubunginya dulu?”
Lan Xin khawatir ada sesuatu pada ibunya, cepat-cepat menyambungkan telepon.
“CEO Lei, semuanya sudah dilakukan sesuai perintah Anda.”
Suara Direktur RSJ.
Lan Xin terpaku, perintah apa yang diberikan Lei Tingyu ke rumah perawatan tempat ibunya tinggal?
Direktur sepertinya sudah terbiasa dengan kebiasaan Lei Tingyu yang jarang bicara, jadi tidak heran meski tak ada respon, laporannya terus berlanjut.
“Pemeriksaan Nyonya Tua minggu ini normal. Akomodasi dan makanannya sudah kami turunkan ke standar minimal. Akupunktur untuk mencegahnya bicara akan terus dilakukan. Tenang, selama dia belum menunjukkan kerinduan pada Nyonya, kami tidak akan menaikkan perlakuan untuknya!”
Krak! Ponsel Lan Xin jatuh ke meja.
Akomodasi dan makanan ibunya dibuat seburuk itu?! Ini perintah Lei Tingyu?!
“Halo, CEO Lei, apakah Anda masih mendengarkan?”
Yang merespons bukan CEO Lei, melainkan suara dingin menusuk Lan Xin.
“Aku ingin tahu perintah apa persisnya yang Lei Tingyu berikan pada kalian! Mengapa kalian menyiksa ibuku?!”
Direktur diam sejenak, tak menyangka yang menjawab adalah Lan Xin.
“Bicara! Kalian sebenarnya ingin apa?!” Lan Xin hampir gila karena marah.
Ternyata tenggorokan ibunya sengaja dirusak agar tidak bisa bicara!
Mereka bahkan sengaja memberi makanan paling tidak enak untuk ibunya!
Lei Tingyu sebenarnya ingin melakukan apa, mengapa di satu sisi bersikap romantis padanya, di sisi lain memperlakukan ibu yang sakit jiwanya dengan begitu tegas!
Kemarahan Lan Xin menyebar melalui telepon, Direktur RSJ pun sadar telah melakukan kesalahan, tidak berani bicara lagi dan memutuskan sambungan.
Lan Xin yang sedang murka sekarang, reaksi pertamanya adalah ingin langsung menyerang Lei Tingyu untuk meminta kejelasan!
Kesalahan apa sebenarnya yang telah ia lakukan padanya?!
Setiap hari merawat kebutuhannya, menyukainya dengan tulus, bahkan ingin menjalin hubungan yang setara.
Ia bahkan sudah siap menyerahkan hatinya, tapi si sampah ini memperlakukan satu-satunya orang tercintanya seperti ini?!
Lan Xin menghentakkan kakinya ke meja dengan keras, tiba-tiba ucapan Direktur RSJ bergema di telinganya.
"Sebelum menunjukkan kerinduan pada Nyonya, kami tidak akan meningkatkan perlakuan untuknya!"
Apakah Lei Tingyu melakukan ini untuk membela kehormatannya?
Jangan-jangan karena melihat perlakuan ibunya waktu itu, Lei Tingyu ingin membela yang tertindas, lalu membalas dendam dengan caranya sendiri?
Lan Xin kini bimbang, memain-mainkan mainan kecil pemberian Lei Tingyu dengan jarinya.
Ia terjepit dalam dilema, harus mempercayai siapa, dan apa yang harus dilakukan.
Ketika Lei Tingyu akhirnya kembali setelah menyelesaikan urusan, Lan Xin sudah tidak ada di kantor.
Hanya meninggalkan secarik catatan: "Tidak enak badan, pulang duluan."
“Lei Tingyu tidak terlalu memikirkan hal lain, hanya mengarahkan pandangannya pada bunga yang dia berikan hari ini.”
“Jenis putik seperti muntah darah ini disebut Kasablanka, bahasa bunganya adalah cinta yang putus asa.”
“Sebenarnya, dia lebih menyukai Kikyo karena itu mewakili cinta yang tulus.”
“Saat tiba di rumah, sudah sangat larut. Di atas meja tidak ada makanan malam yang biasa dia siapkan, membuat Lei Tingyu yang lelah seharian merasa sedikit kesal.”
“Tapi ketika kembali ke kamar dan melihat Lan Xin yang meringkuk seperti bola di tempat tidur, kekesalannya berubah menjadi kekhawatiran.”
“Masih mengkhawatirkan urusan Lan Mantian?”
“Dia melepas jaket, hendak memeluknya di tempat tidur. Lan Xin menyembunyikan diri dalam selimut dengan sikap menolak.”
“Lei Tingyu memutuskan mandi dulu, baru mengobrol setelahnya.”
“Saat dia kembali dengan segar, Lan Xin pura-pura tidur dengan mata terpejam, tapi tidak lolos dari pengamatannya.”
“Dengan satu gerakan menariknya paksa ke pelukannya, tangan satunya membuka kelopak matanya.”
“Beresin apa ini?”
“Di hadapanku masih mau berpura-pura tidur?”
“Lan Xin membuka mata, menjawab dengan nada dingin:”
“Kalau soal berpura-pura, mana ada yang bisa menyaingimu?”
“Seberapa liciknya dia ini? Bisa menghantam ibunya sambil menyembunyikan fakta dariku!”
“Di saat dia mencintainya tanpa syarat, beginilah caranya memperlakukan orang pentingnya!”
“Jangan bicara berbelit-belit!”
Lei Tingyu tidak tahu apa yang membuatnya bersitegang, mengira dia melampiaskan amarah terhadap Lan Mantian padanya.
Mengusap rambut panjangnya, "Katakan, bagaimana Lan Mantian mengancammu lagi?"
Saat menangani urusan mendesak, hatinya tetap memikirkan hal ini, khawatir si anak kecil ini akan berpikir macam-macam di rumah sendirian.
"Masalah lama yang diulang-ulang, mengancamku untuk memintamu membantu Keluarga Lan."
Lan Xin awalnya ingin memberitahukan yang sebenarnya, tapi setelah mendengar telepon itu, niatnya hilang.
Sekarang dia tak bisa mempercayai sepenuhnya pria yang diam-diam menyakiti ibunya.
Lei Tingyu, bagaimana bisa kau berbuat curang saat aku hampir menyerahkan hatiku sepenuhnya? Mata Lan Xin dipenuhi kerumitan perasaan.
