Bab 206 Gagasan Spiritual Lan Xin
"Hadapi segala masalah bersama kekasihmu sebisa mungkin. Mungkin jika dibicarakan, akhirnya akan berbeda." Kata Feng Ting.
Percakapan dengan sesepuh ini membuat hati Lan Xin terasa hangat.
Saat keluar, dia tidak buru-buru pulang, melainkan duduk di taman, menatap orang-orang yang lalu lalang sambil memikirkan cara menyelesaikan masalah.
Di dalam mobil tak jauh dari sana, Lei Tingyu duduk di kursi pengemudi. Asbak mobil dipenuhi puntung rokok.
Dia sedang mencari solusi, sementara dia mengamatinya.
Akhirnya, Lan Xin menemukan solusi sempurna.
Dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Lan Mantian.
Di dalam mobil, ponsel Lei Tingyu sengaja diletakkan dalam jangkauan pandangannya.
Cukup satu telepon darinya, dia akan segera turun dari mobil.
Sebelum langkah itu diambil, selama dia mau menoleh ke belakang, tetaplah kucing liar yang dielus-elusnya di telapak tangan.
Tapi ponselnya tidak berdering, sementara dia terlihat sedang berbicara.
Lei Tingyu menutup mata, meraih ponsel dan menekan beberapa tombol.
Suara Lan Xin tiba-tiba bergema di dalam mobil.
Ya, selain melacak posisi, dia juga memasang penyadapan di ponselnya.
"Kapan barangnya akan kau berikan padaku?" Suara Lan Mantian masih sama menjijikkannya.
"Besok malam dia akan dinas luar. Kita bertransaksi di tempat lama. Ingat, aku mau film dasarnya."
Suara Lan Xin masih semerdu dulu, tapi kini bagai pisau melengkung yang menancap di hati Lei Tingyu.
Setelah menutup telepon, Lan Xin tampak berpikir sejenak sebelum menghubungi nomor lain.
Tapi tetap bukan untuk Lei Tingyu. Kali ini, dia menjawab panggilan yang justru membuat Lei Tingyu semakin murka.
Itu Mu Feng.
"Lan Lan?" Suara Mu Feng terdengar sangat gembira.
"Mu Feng, aku butuh bantuanmu."
Sekarang satu-satunya teman yang bisa dia gerakkan hanya ini.
Dalam kondisi Lei Tingyu tidak bisa digunakan dan Fei Fei sedang hamil, dia hanya menyisakan teman ini.
Pada titik ini, Lei Tingyu sudah tidak perlu mendengarkan lebih lanjut.
Dia meraih ponsel ingin melemparkannya keluar jendela, tapi teringat folder di ponsel yang berisi foto-fotonya.
Alih-alih, ponsel itu dihantamkan ke dalam mobil. Percakapan terus berlanjut, tapi dia tak sanggup lagi mendengarkan.
Keadaannya sudah jelas, bukan?
Rencananya mencuri hasil jerih payahnya untuk diberikan pada sampah bernama Lan Mantian, sebagai tukar dengan foto vulgar ibunya.
Setelah semuanya beres, kabur bersama si tampan Mu Feng!
Tindakan ini bagai pedang tajam yang menusuk hati sombong Lei Tingyu.
Apakah dia belum diperlakukan cukup baik?
Sebenarnya harus bagaimana lagi? Apa lagi yang harus dia lakukan!
Bahkan dia sudah memutuskan untuk menunjukkan benda itu padanya, agar dia bisa tenang tinggal di sisinya tanpa khawatir akan pandangan orang atau membawa reputasi buruk sebagai mantan istri.
Tapi dia...
Lei Tingyu menghantam setir dengan keras.
Lan Xin, kau benar-benar hebat.
Reaksi pertama Mu Feng setelah mendengar permohonan Lan Xin adalah terkejut.
"Kau benar-benar mau melakukan ini?"
"Um, ini satu-satunya cara yang bisa kupikirkan untuk melindungi ibuku tanpa menyakiti Lei Tingyu."
Selain itu setelah ini selesai, dia akan berusaha mengingatkan Mu Feng tentang anak dalam kandungan Shi Shi, berusaha mempertemukan mereka.
"Hanya berharap, ini adalah akhir yang sempurna mutlak."
"Lan Lan, kamu benar-benar sangat menyukai dia." Kata-kata Mu Feng mengandung sedikit kepahitan.
Fakta bahwa Lan Xin meminta bantuannya justru mencerminkan perasaannya terhadap Lei Tingyu.
Daripada kehilangan pria itu, dia lebih memilih metode seperti ini. Kali ini, seharusnya hatinya benar-benar telah tertambat pada pria itu.
"Um, suka." Setelah masalah ini terselesaikan, dia ingin hidup tenang bersama Lei Aojiao.
Lei Tingyu terlihat sangat marah kali ini. Lan Xin tidak bisa menjelaskan padanya, hanya ingin menyelesaikan urusannya dulu sebelum mencari perdamaian.
Lei Tingyu bukan sekadar marah, tapi hampir mencapai tingkat kegilaan.
Malam itu dia tidak pulang.
Lan Xin menunggunya sangat lama.
Telepon tidak diangkat, pesan WeChat tidak dibalas. Dia sangat panik.
Menjelang subuh, menerima telepon dari nomor tak dikenal.
Ternyata dari Gong Yun, pemimpin Kuadran Besi Empat.
Lei Tingyu sekarang di tempatnya, sudah minum banyak anggur, dan tidak akan pulang malam ini.
Lan Xin hendak menasihati Gong Yun agar tidak membiarkan Lei Tingyu minum terlalu banyak.
Tapi sambungan telepon tiba-tiba terputus. Ketika mencoba menghubungi lagi, sudah tidak bisa tersambung.
Gong Yun memandang ponselnya yang hancur di lantai, lalu menatap si gunung es yang melemparkannya.
"Hai, perlukah merendahkan orang seperti ini? Minum anggurku, menguasai tempatku, sekarang merusak hartaku?"
"Membungkam! Ayo minum!"
“Lei Tingyu menarik Gong Yun, mengambil gelas anggur dan meneguk habis, membuat sudut mulut Gong Yun berkedut.”
“Anggur semahal ini, setidaknya cicipi pelan-pelan dong, minum langsung dari botol buat apa!”
Melihat botol-botol kosong berserakan, Gong Yun menggelengkan kepala. Sahabat karib memang harus menemani saat menghilangkan kesedihan dengan minum.
“San Di, menurutku dia sebenarnya juga peduli padamu, cukup sudah.”
Satu khawatir sampai tak bisa tidur semalaman, satu lagi menghilangkan kesedihan dengan minum. Apa sebenarnya yang terjadi?
“Jangan sebut namanya, minum!” Lei Tingyu meletakkan gelas, mengambil botol dan langsung menenggak isinya.
Peduli padanya? Ha, dia hanya ingin mencuri barangnya untuk mengisi Lubang Tanpa Dasar Keluarga Lan, lalu kabur bersama Mu Feng si pemuda tampan itu!
“Pemimpin, perempuan memang tak boleh dimanja, kucing betina pun tak boleh. Contoh berdarah-darah sudah ada di hadapan kita...”
Di akhir pesta, Lei Tingyu sudah tak tahu lagi apa yang diucapkannya.
Hatinya hancur berkeping-keping.
Sementara di sisi lain, Lan Xin juga bolak-balik di tempat tidur.
Kesuksesannya tergantung pada rencana besar besok. Jika berhasil, dia bisa hidup harmonis bersama Lei Tingyu!
Lei Tingyu tak pulang semalaman.
Setelah merencanakan semalaman, keesokan harinya Lan Xin pergi ke Lei Group. Kebetulan Lei Tingyu sedang tak ada di kantor.
Dan laptop yang tak pernah lepas darinya itu tergeletak di meja.
Lan Xin mengunci pintu, membuka laptop dengan gesit, menggunakan password yang pernah diberitahukannya, lalu memasuki folder rahasia itu.
Program dikopi ke flashdisk, hanya memakan beberapa menit, komputer dimatikan dengan baik.
Baru selesai, Lei Tingyu sudah kembali.
Lan Xin buru-buru mengambil ponsel, berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
Dia sepertinya tidak menemukan apa-apa...
Setelah melihat posisi komputer yang sedikit bergeser, Lei Tingyu perlahan menutup mata, diam beberapa detik, lalu membukanya kembali dengan wajah tenang.
"Pesawat jam 5 sore." Kesempatan terakhir.
"Oh, semoga perjalanan lancar."
Lei Tingyu duduk dengan wajah muram, tidak berkata-kata lagi.
Lan Xin berpikir sejenak, lalu tersenyum cerah.
"Nanti saat kamu kembali, aku punya hadiah untukmu."
Semalam saat tidak bisa tidur, diam-diam dia melakukan sesuatu yang seharusnya disukai Lei Tingyu.
Untuk apa kembali? Sekarang, "hadiah spesial" darimu dan Mu Feng ini, belum cukup menyakitkan?
Lei Tingyu menatapnya, berpikir dalam-dalam.
Lei Tingyu pergi, Lan Xin segera membuka komputer dan mentransfer data dari flashdisk sambil bergumam.
"Software modifikasi program yang diajarkan boss, di mana ya?"
Ketemu! Dia membukanya dan mulai memodifikasi dengan fokus.
Kecuali bagian awal, sisanya diubah sampai tak bisa dikenali!
