Bab 210 Permintaan Maafnya Penuh Ketulusan
Dalam waktu kurang dari setengah hari, kejadian mengalami pembalikan.
Mood boss, dari awal yang memikirkan cara membuatnya percaya dan tidak mengulangi kesalahan serupa, berubah menjadi:
Bagaimana membuatnya memaafkan dan tidak mendendam.
Mengurus order 100 juta pun tidak lebih mudah daripada meredakan kemarahan perempuan.
Orang yang sangat pintar belum tentu memiliki kemampuan emosional tinggi, sehingga Boss Lei terus memikirkan.
Dia tidak tahu cara membuka mulut, sementara Lan Xin menunggu permintaan maafnya.
Si licik mati ini, si sombong besar!
Cuma mengucapkan maaf lalu selesai?
Permintaan maaf siapa yang tidak tulus seperti dia!
Setidaknya ucapkan beberapa kata lagi, hibur dia lebih!
Sejak bersama dengannya, belum pernah merasakan dihibur, dia selalu menunjukkan wajah sombong!
Sekarang setelah ada gagang di tangannya, berani tidak menghiburnya dengan baik?
Satu pihak ingin membalikkan keadaan sekali, satu pihak bingung cara meredakan amarahnya.
Udara di dalam mobil terasa sesek, dia tidak membawanya Pulang.
Melainkan pergi ke hotel berbintang, memesan semangkuk sup dan banyak makanan favoritnya.
Saat Lan Xin dikurung, tidak ada nafsu makan sama sekali.
Tapi ketika Lei Tingyu duduk di sebelahnya, perutnya berbunyi guu-gu memalukan.
Selain sarapan, dia hampir tidak makan seharian, sampai sekarang benar-benar lapar.
Untuk mempertahankan harga diri, dia dengan keras kepala memalingkan kepala, tetap menolak makan!
Lei Tingyu melihat sikap keras kepalanya, alisnya berkerut, "jika kamu tidak makan——"
Awalnya ingin mengancam akan memotong gaji, tapi teringat situasi sekarang sudah berbeda.
Saat ini dialah yang lebih bersalah, jadi...
"Makan dulu, urusan lain bicarakan setelah makan."
"Jangan!" Sungguh sikap arogan yang khas!
Rupanya bersikap arogant terhadapnya terasa sangat memuaskan.
Apakah Lei Tingyu si pria brengsek ini juga merasakan kepuasan seperti ini saat menginjak-injaknya?
Lei Tingyu melihat sikap pantang menyerahnya, kesabarannya pun habis.
Langsung menariknya ke pangkuannya, menyodorkan mangkok dan menyuapinya satu per satu.
Lan Xin masih larut dalam kesenangan melawan si arogan dingin, tiba-tiba situasi berubah drastis!
Bukankah tadi dia yang unggul? Kok sekarang bisa dikuasai lagi oleh makhluk ini?
"Lei Tingyu, lepaskan aku!" Berjuang melepaskan diri!
"Kalau sudah habis makanannya, baru kulepaskan!"
"Jangan—Guuu!" Begitu Lan Xin membuka mulut, sendok sup langsung dimasukkan, hampir membuatnya tersedak!
"Kalau tidak mau tersedak, patuhi saja!"
Dia menyendokkan lagi sesuap, mendekatkannya ke bibirnya.
Lan Xin melototi dia, Lei Tingyu membalas pandangan dengan tenang, seketika kharisma Lan Xin terasa lebih rendah darinya!
Di bawah paksaan setengahnya, Lan Xin meminum semangkok sup.
Duduk di pangkuannya dan disuapi, perlakuan seperti ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.
Tapi biaya yang harus dibayar terlalu besar.
Saat Lei Tingyu memanjakan seseorang, dia bisa mengangkatnya ke langit. Tapi saat dia kejam, cukup untuk menghancurkan hati menjadi remuk total.
Lan Xin disuapi dengan lembut olehnya, tapi hatinya terasa dingin.
Bisakah wanita berhati kaca seperti dia benar-benar menahan pria penuh wibawa seperti ini?
Bersama dengannya sangat membahagiakan, tapi terluka olehnya juga sangat menyakitkan.
Mungkin karena merasa bersalah, gerakan Lei Tingyu saat menyuapi Lan Xin terasa lebih lembut dari biasanya, dengan kesabaran berlipat ganda.
Setelah menyuapi sup, dia menjepit sejumput sayuran tumis dan menyodorkannya ke mulut Lan Xin.
Melihat ini, Lan Xin langsung merasa hati terasa asam.
Teringat kejadian dia melempar piring di restoran spesialis masakan rumahan.
Air matanya jatuh berderai-derai. Begitu Lan Xin menangis, Lei Tingyu langsung panik.
Dengan kacau balau dia mengusap air mata Lan Xin.
"Ada apa?"
Ini hidangan yang khusus dia pesan dari koki profesional lewat telepon saat menjemputnya pulang.
Siang tadi dia terlihat sangat menyukai hidangan ini.
Sebenarnya seharian ini Lei Tingyu juga hampir tidak makan.
Dengan geram Lan Xin mengusap air matanya.
“Lei Tingyu, bisakah kau berhenti bersikap plin-plan seperti ini! Saat kau dingin, cukup untuk membuat orang mati kedinginan. Aku sudah mati, tapi kau datang lagi menghangatkanku hingga hidup kembali. Aku terus-menerus dicairkan olehmu dengan cara hidup-mati seperti ini!”
Ini benar-benar hukuman paling kejam di dunia!
Lei Tingyu merasa tersindir oleh perkataannya, rupanya perempuan ini benar-benar pendendam...
“Apakah kau benar-benar ingin menunjukkan penyesalanmu padaku?”
Lei Tingyu mengangguk.
“Kalau begitu, semua hutang antara kita dihapuskan!”
Lei Tingyu berpikir sejenak, lalu mengangguk.
Lan Xin berseri-seri, “Aku akan segera pindah dari rumahmu, aku ingin kembali ke rumahku sendiri!”
“Tidak boleh!”
Ini batas toleransi hukum kosmos.
Lan Xin berusaha turun dari pangkuannya, tapi justru ditekan lebih erat hingga tak bisa bergerak.
“Kecuali pindah keluar, hal lain boleh kau tentukan sendiri.”
“Aku harus pergi! Aku tidak mau melihatmu lagi, aku ingin hidup mandiri!”
“Tidak boleh.” Kalimat yang sama, hanya dengan intonasi berbeda.
Dia benar-benar tidak bisa merayu lagi. Bertahan sampai sekarang saja sudah merupakan batas kemampuannya.
Lan Xin marah setengah mati, tapi tidak menyadari bahwa pola hubungan mereka saat ini mirip pertengkaran kecil kekasih.
Di lobi yang sepi ini, hanya ada meja mereka yang masih ada tamu, mengingat sudah larut malam.
Hotel tidak berani menelantarkan CEO Lei, seluruh staf pelayanan telah disiagakan.
Tidak hanya ada supervisor dan pelayan, tapi juga band pengiring.
Begitu banyak orang yang serentak menjadi saksi proses 'perang dingin' CEO Grup Lei dan sang istri, antara mau melihat maupun tidak melihat sama-sama salah.
"Semua orang canggung menundukkan kepala pura-pura menjadi udara."
Lan Xin melirik pemain biola, lalu melambaikan tangan ke arahnya.
"Kamu, datanglah ke sini sebentar boleh?"
Pemain biola buru-buru datang. Lan Xin menyimpan air mata sambil menuding pemain itu.
"Mainkan untuknya lagu 'Wajah Manusia Hati Binatang'!"
"...Nyonya Lei, saya, saya tidak bisa!"
'Wajah Manusia Hati Binatang' itu apaan sih!
"'Kekejaman Sampai Akhir' bisa tidak? Aku lebih suka kamu mainkan 'Kekejaman Sampai Akhir' itu!"
"Eh, bisa..." Pertama kali mendengar permintaan memainkan lagu pop di instrumen klasik, pemain biola merasa bingung.
Lan Xin hanya ingin meluapkan kekesalan akibat perlakuan kasar.
Dia ingin menggunakan musik untuk menyindir Lei Tingyu yang sikapnya kadang dingin kadang hangat!
Tiba-tiba, Lei Tingyu memindahkan Lan Xin ke posisi samping, lalu berdiri sendiri.
Lan Xin murka.
Pria brengsek!
Sudah menyekapku di tempat itu berjam-jam, baru dikritik sedikit sudah berlagak sombong?
Tapi Lei Tingyu tidak pergi meninggalkan tempat seperti yang diduga Lan Xin.
Dia sedikit meregangkan jari-jarinya, lalu memberi isyarat agar pemain biola menyerahkan biolanya.
Si gunung es bisa main biola?
Lan Xin kembali tertegun.
Waktu itu, saat bermain duet piano bersamanya, Lei Tingyu sudah membuatnya takjub.
Sekarang, Lei Tingyu melepas jaketnya. Dengan kemeja hitam yang dua kancingnya terbuka, dia menyetel nada sebentar lalu mulai bermain.
Begitu melodi ini mengalun, hati Lan Xin tersentuh dengan keras.
Yang dimainkannya masih Kanon.
"Lagu yang membuatnya dan dia kembali rukun."
"Versi piano yang berbeda, versi biola dengan suara berat dan lambat, bergema di telinga."
"Seakan menceritakan rasa bersalahnya padanya."
"Awalnya Lan Xin masih bisa mempertahankan ekspresi sombong, tapi setelah mendengar beberapa saat, mata pelan-pelan memerah."
"Bos besar serba bisa yang bisa memainkan alat musik, tidak mengherankan bagi Lan Xin."
"Tapi yang mengejutkannya, pria sombong ini diam-diam memainkan lagu seperti ini untuknya setelah membuatnya marah."
"Bisakah diartikan sebagai permintaan maaf tanpa kata-kata?"
