"Bab 211 Kadang Dia Juga Lumayan Perhatian"
"Air mata Lan Xin tak berhenti mengalir saat mendengar Lei Tingyu memainkan versi Kanon ini dengan biola."
"Bukan hanya Lan Xin, deretan pelayan yang berdiri di samping juga menyeka air mata."
"Jangankan CEO konglomerat besar seperti ini."
"Pekerja bergaji biasa pun belum tentu mau memainkan untuk istri mereka."
"Tapi dia melakukannya."
"Pria yang tak pandai bicara dengan kemampuan emosional rendah, hanya bisa menunjukkan lewat tindakan."
"Setelah satu lagu, mata Lan Xin sudah penuh air mata."
"Lei Tingyu mengembalikan biola ke pemainnya, duduk kembali, meletakkannya di pangkuannya, terus menyuapi."
"Seolah orang yang baru saja melakukan gerakan mengharukan itu bukan dirinya."
"Lan Xin berusaha menutupi dengan menyeka sudut mata, berkata dengan keras kepala."
"Aku tidak terharu olehmu! Cuma cabe masuk mata!"
"Um."
"Di atas meja berjajar makanan-makanan hambar, dengan tak bersalah memancarkan aura 'sama sekali tidak ada cabai'."
Terhadap sikap Mulut Berkata Hati Menyangkal si kucing itu, dia pura-pura tidak melihat.
Lan Xin sudah kekenyangan karena terus disuapi, melihatnya tidak makan sama sekali, ingin bertanya apakah dia sudah makan malam, tapi kata-kata itu ditelan kembali.
Dia masih marah tahu, mana mungkin memaafkannya hanya karena satu lagu, itu terlalu tidak berprinsip.
Tapi ketika boss selesai menyuapinya, lalu diam-diam menggandeng tangannya keluar, Lan Xin benar-benar merasa kemarahannya sudah berkurang.
Sampai di rumah, Lan Xin tetap duduk di mobil tidak mau turun, belum terpikir cara berinteraksi dengan Lei Tingyu.
Memaafkannya begitu saja terasa tidak ikhlas, tapi setelah kenyang dan merenung, adegan waktu itu apakah benar-benar hanya kesalahannya semata?
Di mobil tadi, dia sudah menjelaskan bahwa setelah menemukan jebakan Lan Mantian, komputernya sudah di-hack untuk menghilangkan kekhawatirannya.
Selain itu, dijamin Lan Mantian akan mendekam di penjara beberapa tahun, tidak akan mengancamnya lagi.
Dia benci karena tidak dipercaya, tapi dengan memposisikan diri dan berpikir dari sudut pandang lain.
Apakah dia sendiri benar-benar 100% mempercayai Lei Tingyu?
Lan Xin terus merenungkan hal ini. Lei Tingyu melihatnya tak kunjung turun, lalu membuka pintu mobil dan menggendongnya turun.
"Lei Tingyu, aku dapat telepon dari rumah perawatan pribadi."
"Apa?" Dia baru saja hendak naik ke lantai atas, tapi langkahnya terhenti karena ucapan itu.
“Direktur RSJ pernah meneleponmu, aku yang menjemput. Aku tahu semua yang kau lakukan pada ibuku, jadi kali ini, aku tidak memberitahumu.”
Lei Tingyu hanya berhenti sebentar, melanjutkan pelukan putri ke atas tangga.
“Jadi?” Tadinya dia mengira wanita ini akan bersitegang lebih lama dengannya.
Tak disangka dia begitu cepat membuka mulut.
“Jadi aku sangat marah! Apakah kau punya pendapat buruk tentang ibuku?”
Lan Xin merasa memendam amarah dan berpikir negatif adalah tindakan yang sangat merusak tubuh.
Dia memutuskan untuk berterus terang.
“Ya.”
Tak disangka dia mengaku begitu blak-blakan.
D-i-a M-e-n-g-a-k-u-i-n-y-a!
Bahkan dengan ekspresi sangat jujur.
Lan Xin yang emosi menghujam dada Lei Tingyu dengan kuat.
Lei Tingyu yang sedang naik tangga terkena hantaman tepat di posisi luka pertarungannya dengan Mu Feng siang tadi.
Ekspresi boss sedikit terdistorsi, memberi peringatan dengan menampar pantat kecilnya.
“Jangan gelisah, nanti jatuh!”
Lan Xin tidak terima, menirukan cara Lei Tingyu menyodoknya, terus-menerus menyodok dada pria itu.
Setiap sodokan menyentuh posisi luka Lei Tingyu yang dibuat Mu Feng.
Lan Xin tidak tahu dia terluka, menyodok dengan "sensasi" yang mantap.
“Ibu apa salahnya padamu?! Bagaimana bisa kau perlakukan dia seperti itu, dia masih pasien! Karena kau menyiksanya, aku tidak langsung berunding denganmu!”
Menghadapi tuduhan Lan Xin, Lei Tingyu mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
Lan Xin mengira dia takut ketahuan, terus menyodok.
“Sebenarnya aku sudah ingin memberitahumu, Lan Mantian sudah bukan sehari dua hari mempertanyakan skenariomu. Kali ini dia mengambil foto ibuku seperti itu. Katakan, jika kamu adalah aku, apa yang akan kamu lakukan?”
Orang yang disukainya sudah jelas menunjukkan kebencian terhadap ibunya.
Dia juga tidak mungkin membiarkan ibunya benar-benar menghancurkan reputasi.
Terpaksa harus mencari cara sendiri!
Gunung es besar ini malah tanpa penjelasan, membawa sekelompok orang untuk menangkapnya!
Meski tidak mengalami perlakuan buruk, hanya dikurung sendirian selama sehari.
Tapi kesedihan, keputusasaan selama proses ini semuanya tak terlukiskan.
Boss terdiam sejenak, memberikan jawaban yang membuat Lan Xin murka.
“Jika aku adalah kamu, aku tidak sebodoh ini. Tidak akan membiarkan hal berkembang sampai ke tahap ini.”
Jika dia lebih awal memberitahunya, mana mungkin ada begitu banyak masalah belakangan.
Dia sudah menggendongnya menaiki tangga, sedang membuka pintu kamar tidur dengan satu tangan. Lan Xin geram dengan sikapnya yang tak mau mengakui kesalahan malah memutar balik fakta.
Memukulnya dengan kuat, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Boss yang sudah terluka sempat limbung akibat pukulan beruntunnya!
Lei Tingyu dengan sigap menyeret Lan Xin, dengan wajah gelap melemparkan si pembuat onar ini ke ranjang.
“Sudah kubilang kau bodoh, masih saja tak mau mengaku! Saat kugendong, tak bisakah kau diam?”
Jika orang lain yang menggendong, dia pasti sudah terjatuh!
Jatuh menjadi kucing bodoh yang terinjak-injak, lihat masih bisa berulah apa!
boss suara membesar, semangat Lan Xin langsung meredup seketika.
Menyangkut penindasan yang dialaminya bukan cuma sehari dua...
"Siapa yang suruh kamu bicara seperti itu..."
Diteriaki boss, Lan Xin hampir lupa apa yang ingin dikatakannya tadi, Oh, ingat!
"Mana mungkin kamu berani berkomentar tentang ibuku!"
Lei Tingyu sangat ingin memberitahukan hasil investigasinya padanya.
"Kucing liar--"
"Kucingmu kucingmu seluruh keluargamu kucing, panggil namaku!" Lan Xin merasa sebagai korban fitnahan boss yang malang.
Harus punya sedikit sifat arogan!
Seluruh keluarganya, termasuk dirinya.
Mengingat kesedihannya seharian ini, Lei Tingyu mengerahkan kesabaran, menahan kearogannya.
"Lan Xin--"
"Panggilan serumit ini, mau mengusirku keluar ya?"
Barulah boss menyaksikan langsung bagaimana perempuan tak masuk akal sejati.
Si kucing liar yang memanfaatkan kekesalannya untuk membalikkan keadaan, akhirnya meluapkan semua tekanan selama ini!
Urat nadi di kening Lei Tingyu berdenyut dua kali.
"Xin Xin."
Hati Lan Xin bergetar, jarang sekali dia memanggilnya seperti ini...
Suara boss terlalu merdu, membuat Lan Xin lupa melanjutkan aksinya.
Memanfaatkan momen kebingungannya, Lei Tingyu bertanya.
"Pernahkah kamu berpikir, penyakit ibumu sebenarnya tidak separah itu?"
"Ah? Mana mungkin!" Lan Xin mengira Lei Tingyu sedang bercanda.
Lei Tingyu diam.
"Dia sebelumnya sangat baik padaku, hanya setelah sakit dia berubah seperti itu. Jika dia tidak sakit, mana mungkin dia menginjak-injakku seperti ini, bahkan memukulku?"
Boss Lei sebenarnya juga ingin tahu, apa yang membuat seorang ibu tiba-tiba berubah sifat.
Lei Tingyu diam-diam membeli rumah perawatan untuk Lan Xin, mengganti orang-orang Lan Mantian dengan anak buahnya sendiri, memberikan hasil investigasi pada Jia Fang.
Perempuan tua itu sebenarnya tidak sakit separah itu, mungkin agak paranoid, tapi pasti tidak sampai memukul putri kandungnya sendiri.
Lan Xin tidak mau menerima realitas. Boss menelan kembali fakta yang sebenarnya.
Jika si Kucing Liar tahu Jia Fang sengaja menyakitinya seperti ini, pasti sangat kecewa. Mungkin bahkan mulai meragukan kehidupan.
Dia lebih memilih membuatnya membenci sikap kejamnya pada perempuan itu, daripada menghancurkan sedikit harapan terakhir di hatinya.
Biarlah membenci, selama dia tidak kabur, pasti ada cara untuk meredakan amarahnya. Lebih baik ini daripada melihatnya putus asa.
