Bab 215 Singkatnya, Semua Salahku
Kurir pengantar yang membawa kotak kue mengetuk pintu.
Pria yang hanya mengenakan jubah tidur membuka pintu.
"Ini kue yang Tuan pesan."
Lei Tingyu menerima orderan dan menandatangani dokumen, lalu membawa kue pesanan ke restoran.
Tidak terburu-buru membangunkan Lan Xin yang tampak kelelahan.
Membuka laptop dan mulai menulis program dengan santai di sofa.
Dua jam kemudian, Lan Xin terbangun sambil menguap dan meregangkan badan dari kamar tidur. Lei Tingyu yang menyebalkan.
Pinggangnya sakit sekali karena kelelahan.
Kehabisan stamina membuatnya hampir lupa alasan pertengkaran mereka sebelum tidur.
Sampai akhirnya ia melihat kue dan anggur merah di meja makan.
"Hari ini hari spesial apa?"
Lei Tingyu menutup komputer, berdiri lalu memeluknya sambil memberikan ciuman penuh wibawa, kemudian mendudukkannya di kursi.
"Hari yang baik."
Lan Xin pusing terkena ciumannya, wajahnya memerah sambil cemberut protes.
"Aku belum memaafkanmu——"
"Sst!" Perusak nuansa seperti itu sebaiknya tidak diucapkan.
Bos sekarang sedang dalam mood yang baik.
"Ada apa sih, kok dibuat misterius begini."
Lei Tingyu membuka anggur merah lalu menuangkannya ke gelas untuknya.
Lan Xin heran memandangnya, Bing Shan hari ini urat apa yang salah?
"Sudah berjanji akan memberimu jawaban, hari ini ada hal yang ingin kusampaikan."
Lei Tingyu mengambil file tersebut, meletakkannya di meja lalu mendorongnya ke arah Lan Xin.
Lan Xin ragu-ragu mengulurkan tangan, mengambil file tersebut. Saat hendak membuka, ponselnya berdering.
"Ada telepon, aku jawab dulu."
Lan Xin meletakkan folder, berbalik menuju kamar tidur lalu mengambil ponsel di kepala ranjang.
"Halo, ini Lan Xin. Ah? Apa? Baik, aku segera kembali!"
Ekspresi Lan Xin berubah sangat serius.
"Siapa?"
Lei Tingyu mendekat.
"Itu——" Lan Xin ragu sejenak, tidak jujur.
"Fei Fei minta ketemu darurat."
"Dia cari kamu untuk apa?"
"Tidak tahu, aku... aku harus segera kembali, nanti ceritakan!"
Sorot mata Lan Xin mengelak.
"Tidak boleh." Lei Tingyu menyambar lengan Lan Xin.
Jangan main-main, ini saat yang sangat krusial.
"Tolonglah, kali ini benar-benar penting." Lan Xin merangkapkan dua tangan.
"Lei Tingyu wajahnya dingin bagai es."
"Sekarang sudah sangat larut."
Lan Xin panik ingin segera keluar, melihatnya tidak mau berkompromi, akhirnya terpaksa berjinjit, memeluk lehernya, dan mencium pipinya dengan lembut.
"Tolonglah, benar-benar ada urgent!"
Bibir Lei Tingyu terkunci rapat. Lan Xin memberanikan diri dan mengeluarkan jurus pamungkas.
"Tunggu aku kembali... terserah kamu mau apa, oke?"
"Oh?" Sorot mata Lei Tingyu menggelap, "Terserah aku?"
Stamina-nya tidak terlalu baik. Biasanya sebelum Lei puas, dia sudah mengeong-ngeong mengeluh lelah.
Teriakan histerisnya berujung tangisan memohon ampun. Boss biasanya luluh dan memaafkannya. Tapi kali ini, kucing liar ini datang sendiri ke gerbang...
"Janji harus ditepati?"
Lan Xin mengangkat tiga jari, "Siapa yang bohong jadi anjing!"
"Baik, kuberi 2 jam. Setelah itu, apapun yang terjadi, harus kembali." Lei Tingyu berdiri, mengetuk kepala Lan Xin.
"Seharian, kikuk begini. Tunggu, aku ganti pakaian dulu."
Saat Lei Tingyu berbalik naik ke lantai atas untuk ganti baju, Lan Xin langsung kabur sambil mencengkeram ponsel.
Ketika Lei turun dengan rapi, dia sudah menghilang tak berjejak.
Amarah Boss berkobar. Ponsel berdering, notifikasi WeChat darinya.
Nyonya Kepala Desa Keluarga Lei: Aku benar-benar akan segera kembali. Tunggu aku dengan patuh.
Disertai emoji cium terbang.
Kucing bodoh! Masih berani menantangnya! Lei Tingyu menggelengkan kepala, kembali ke sofa, membuka laptop, dan memasukkan beberapa kode. Tiba-tiba berhenti.
Apa yang membuat Kucing Liar begitu panik, sampai tidak sempat meminta dia mengantar dengan mobil?
Perkataan Lan Xin saat berdebat dengannya masih jelas terbayang.
Lei Tingyu, kamu harus mencoba mempercayaiku.
Boss menggelengkan kepala.
Baru saja rujuk, tidak ingin ribut lagi. Asal mencurigainya, tidak baik.
Menulis beberapa kata, lalu berhenti.
Tidak boleh, sudah larut malam. Dia sendirian, tetap tidak aman.
Maka menghubungi ponsel Lao Er.
Belum sempat bicara, sudah mendengar suara tanpa integritas Mo Lao Er dari balik receiver.
"Fei Fei, makanlah sedikit. Demi anak dalam kandungan, kamu harus makan lebih banyak!"
"Terlalu berminyak..."
Setelah Fei Fei ditipu pulang oleh Mo Lao Er, hubungan mereka sepertinya berkembang baik. Saat boss menelepon, Mo sedang membujuk Fei Fei yang mual parah untuk makan.
"San Di, ada apa?"
"Perempuanku akan ke tempatmu sebentar. Sambutlah dia. Aku akan menjemputnya dengan mobil. Jangan biarkan dia berkeliaran."
"Aku sekarang di vila pinggiran kota. Untuk apa dia ke sini?" tanya Mo sambil menyuapi Fei Fei.
"Pinggiran kota?" Lei Tingyu terhenti.
Jarak pinggiran kota hampir 1 jam perjalanan mobil. Tapi dari perkataan Kucing Liar, sepertinya dia menuju rumah Mo di pusat kota?
Mata hitam Lei Tingyu menyipit.
"Mi Feifei, tidak menghubungi Lan Xin?"
"Telepon apa? Dia akhir-akhir ini muntah parah. Lao Er, pinjamkan tabib tua keluargamu. Fei Fei sangat menderita."
Saat Mo masih bicara, telepon terputus.
“San Di ini, ngapain sih, bicaranya nggak jelas. Ayo Fei Fei, makan lagi, ah~”
“Yang tadi menelepon, apakah itu Lei Tingyu? Ada apa dengan Lan Xin?” tanya Fei Fei.
“Kenapa kamu begitu peduli padanya?” Mo agak iri pada Lan Xin.
Meski Fei Fei sekarang sudah menerimanya, dan sikapnya sedikit membaik, tapi dia belum diizinkan masuk ke kamarnya.
Malah Fei Fei sering mempertimbangkan perempuan berkarakter lembut di luar namun kuat di dalam dari keluarga San Di.
“Dia sahabat dekatku, kalau bukan dia yang kupedulikan, masa harus peduli pada makhluk menjijikkan sepertimu?” Fei Fei mengusir dengan melambaikan tangan jijik.
“Jangan makan sup merpati, menjijikkan, muntah!”
“Dengarlah, makanlah. Jika dua hari ini makannya baik, akan kuajak ke rumah San Di. Bukannya kamu sangat merindukan Lan Xin?”
“Benarkah?” Wajah Fei Fei berseri mendengar nama Lan Xin, mulai rajin menghabiskan sup.
Di zaman sekarang, status ayah anak kok kalah dari sahabat dekat? Mo Lao Er mengeluh pilu.
Yang lebih kesal darinya, adalah Lei Tingyu.
Lei Tingyu dengan wajah muram memutuskan telepon dengan kasar.
Bagus, kucing penipu ini!
Lan Xin mengaku akan menemui dirinya tanpa sepengetahuan Lei Tingyu, tapi ternyata tidak datang.
Lalu, sebenarnya Lan Xin pergi ke mana?
Lan Xin duduk di taksi terus mendesak sopir, akhirnya mobil berhenti di depan rumah sakit kota.
Membayar ongkos, dia berlari kecil ke depan ruang gawat darurat, matanya cepat mengamati sekeliling, akhirnya melihat Mu Feng.
“Mu Feng, laporan apa?”
“Lan Xin berjalan mendekat dan bertanya.”
Mu Feng yang melihat kedatangan Lan Xin awalnya gembira, namun kemudian ekspresinya muram.
“Shishi terjatuh dan sekarang membutuhkan transfusi darah. Bank darah di kota tidak memiliki golongan darah langka RH null, jadi aku ingat padamu.”
Hati Lan Xin berdebar. Bukankah gadis yang sangat menyenangkan itu sedang hamil?
“Bagaimana bisa dia terjatuh? Bagaimana dengan kandungannya——”
“Sedang dalam proses penyelamatan darurat. Pokoknya, semua ini kesalahanku.” Mu Feng menutupi wajahnya dengan tangan penuh penyesalan.
