"Bab 221 Sebenarnya, kamu masih bisa lebih sok suci, lebih sombong dan lebih pelit lagi"
Lei Tingyu meski kaya, tapi rendah hati. Biasanya saat berdua dengan Lan Xin, jarang pakai sopir, selalu mengemudi sendiri.
Bodyguard kebanyakan di tempat tersembunyi. Hari ini dengan gegap gempita begini, membuat Lan Xin agak kurang nyaman.
Boss memeluk Lan Xin naik mobil. Lan Xin menarik-narik bajunya.
"Kamu ngumpulin banyak orang begini, sebenarnya mau ngapain?"
Kalau ada acara penting, pasti dia tidak akan membiarkanku pakai baju kasual tanpa gaun. Tapi kalau bukan acara penting, ngapain dikerumuni orang depan belakang begini?
"Bukannya mau menjenguk pasien?"
Nada Lei Tingyu seolah Lan Xin baru saja mengajukan pertanyaan paling bodoh.
Menjenguk pasien...
Lan Xin diam-diam memandang mobil bodyguard yang membuka jalan di depan.
Lebih mirip mau meneror. Bawa gerombolan orang begini, kayak mau tawuran sama siapa gitu.
"Jangan-jangan karena aku menyumbang darah sedikit ke Shishi, kamu jadi tidak terima, bawa orang sebanyak ini untuk balas dendam ya?"
"Byur!"
Lei Tingyu melotot ke asisten di kursi depan. Qi Lei segera menahan tawa dengan susah payah.
Saat keluar bersama Nyonya Bos, harus bisa beradaptasi dengan lompatan logikanya yang tak terduga.
"Seperti irama tertawa sampai otot perut sakit, guyonan boss yang mengeluarkan darah orang itu benar-benar lucu."
Lei Tingyu merasa setelah lama bersama si kucing liar, kemampuan bertahan petirnya juga meningkat banyak.
"Jangan banyak bicara."
Di balik kepala kecil ini, setiap hari dipenuhi imajinasi aneh-aneh, memikirkan hal-hal tak berguna, tapi tidak pernah fokus ke hal penting.
Membawa banyak orang seperti ini, tentu bukan sekadar untuk mengunjungi pasien.
Masih ada fungsi lain.
Rumah sakit ini letaknya sangat dekat dengan hotel budget tempat Lan Xiang menginap.
Sambil mengunjungi pasien, sekalian memprovokasi perempuan bernama Lan Xiang itu juga ide bagus.
"Berhenti." perintah Lei Tingyu.
Lan Xin melihat toko bunga di pinggir jalan, mengira dia akan memilih hadiah untuk pasien, hendak turun membeli tapi pergelangan tangannya dicengkeram Boss Lei.
Dengan tatapan bingung dia menatapnya, buat apa ini?
"Qi Lei, kau yang turun."
"Siap!" Qi Lei dalam hati menggerutu.
Boss semakin pelit, bunga untuk nyonya pemilik warung harus dari boss, bahkan memilih sendiri untuk pasien saja tidak diizinkan.
Tapi Lan Xin tidak memahami niat jahat Lei Tingyu ini.
Tak lama, Qi Lei kembali dengan buket bunga lili. Lan Xin mengulurkan tangan untuk menerima, tapi Qi Lei langsung menyerahkan ke Lei Tingyu.
Inilah alasan bisa bertahan bersama bos besar bertahun-tahun, penilaian situasinya memang tajam - mana mungkin sembarangan menyerahkan bunga ke nyonya pemilik warung.
Tepat seperti dugaanku, Lei Tingyu menerimanya lalu mengoper ke Lan Xin. Lewat perantara, sifat pemberiannya jadi berbeda.
“Qi Lei tidak menoleh, tapi di dalam hati diam-diam mengkritik Sang Tuan-nya.”
“Sebenarnya, kamu bisa lebih sok suci, lebih sombong, dan lebih pelit lagi!”
Saat mobil hampir tiba di rumah sakit, Lan Xin melihat sepertinya banyak orang mengerumuni area luar.
“Ada apa di depan?”
“Sepertinya istri pertama datang memukul selingkuhan,” jawab Qi Lei dengan hormat.
“Oh, orang-orang sekarang benar-benar penuh kekejaman ya,” gumam Lan Xin sambil lalu.
Mengira bos akan menyuruh mobil mempercepat meninggalkan tempat, dia sepertinya tidak suka melihat hal-hal berantakan seperti ini.
“Berhentikan mobil di pinggir jalan.”
Perintah Lei Tingyu membuat Lan Xin terkejut menatapnya, bukankah orang ini paling tidak suka ikut keramaian?
Keramaian orang lain, bos boleh lihat atau tidak.
Tapi yang ini, harus ditonton.
Lan Xiang saat ini dalam keadaan sangat kerepotan.
Dia menunggu pengantar makanan di kamar, tapi tak disangka saat membuka pintu, yang datang justru istri Direktur Sun yang bermuka garang.
Sejak makan bersama Lao Sun waktu itu yang membuatnya pingsan hingga terjadi hal memalukan, foto-foto itu entah siapa yang tega mengunggahnya ke internet, perempuan gila ini terus memburunya.
Untuk menghindarinya, Lan Xiang hidup dalam ketakutan, tapi tak disangka meski sudah bersembunyi di tempat terpencil begini, tetap bisa ditemukan.
Istri Direktur Sun datang dengan segerombolan pria kekar, langsung menampar wajah Lan Xiang kiri-kanan begitu masuk.
Lan Xiang kalah jumlah, wajahnya tercakar berdarah-darah. Dia tidak bisa kabur, terpaksa menerima hukuman pukulan dari Nyonya Sun Dong.
Awalnya dikira si perempuan tua ini hanya memukul beberapa kali untuk melampiaskan amarah. Tapi tak disangka, wanita gemuk ini malah menyeretnya keluar!
"Semuanya lihat! Inilah si rubah kecil tak tahu malu yang menggoda suamiku!"
Istri Direktur Sun terus menampar mulut Lan Xiang sambil berteriak-teriak.
Penonton berbisik-bisik, memandang Lan Xiang dengan sorot mata merendahkan.
Lan Xiang tak tahan dipermalukan, "Jelas-jelas kamu yang tak bisa jaga suami! Dasar perempuan tua gendut!"
Ucapan ini memancing kemarahan istri Sun Dong. Wanita itu maju dan menghentakkan kakinya, membuat Lan Xiang terjengkang tertelungkup di tanah.
Nyonya Sun Dong segera memutar pantat besarannya, duduk di pinggang Lan Xiang sambil mencengkeram rambutnya dan menekan wajahnya ke lantai.
"Lagian kamu juga sudah tak punya muka!"
Lan Xiang menjerit-jerit minta tolong, tapi tak satu pun orang yang mendekat.
Pertama: dia adalah selingkuhan yang dibenci masyarakat.
Kedua: Nyonya Sun Dong datang dengan membawa pasukan yang tampak sangar dan menyeramkan.
Lan Xin tiba tepat pada momen ini.
Bodyguard Lei Tingyu dengan teratur membelah kerumunan. Aksi spektakuler ini membuat para penonton melirik takjub, serempak membuka terowongan jalan.
Lan Xin berdiri dengan sikap superior di dekat Lan Xiang yang berjarak beberapa meter, digandeng oleh Boss Lei.
Awalnya, Lan Xin tidak menyadari bahwa perempuan yang wajahnya babak belur itu ternyata adalah Lan Xiang yang sombong.
Lan Xiang yang kepalanya pusing terus meneriakkan "Tolong!" sambil terjatuh.
Tiba-tiba teriakannya terhenti. Matanya membelalak kagum melihat pasangan yang bagaikan dewa turun ke bumi itu.
Di tengah kerumunan, mustahil tidak memperhatikan kemegahan mereka.
Dengan susah payah, Lan Xiang mengenali sosok yang berdiri tak jauh darinya - Lan Xin yang selalu diremehkannya sejak kecil!
Dulu Lan Xin selalu diinjak-injaknya: mainan dihancurkan, baju disobek-sobek, bahkan anjing kesayangan dibunuh. Baginya Lan Xin adalah makhluk paling hina.
Tapi kini Lan Xin muncul dengan aura bangsawan, memandangnya dengan sorot mata penuh keheranan dan belas kasihan yang menyakitkan hati.
Gaun sederhana nan mahal yang dikenakan Lan Xin, perhiasan mewah yang dipasangkan langsung oleh Boss Lei - semuanya seperti jarum menusuk jantung Lan Xiang.
Semua ini seharusnya menjadi miliknya!
Miliknya!
Andai saja keluarga Lan tidak memaksa Lan Xin menikahi Lei Tingyu, mana mungkin anak haram ini bisa dapat segalanya!
Sorot mata penuh kebencian Lan Xiang tertuju pada Lan Xin yang justru terkejut berseru:
"Lan Xiang?"
Nyonya Sun Dong melihat itu adalah Lei Tingyu, segera berdiri dan mendekat dengan senyum palsu.
"Ternyata CEO Lei, wah, ini pasti istrimu. Maafkan kami, ini cuma urusan keluarga kecil."
Keluarga Sun sebenarnya juga sedang kesulitan. Sejak tahu Pak Sun tua itu pernah berani mengincar Lan Xin, Lei Tingyu langsung membabat Grup Sun.
Di hadapan Lei Tingyu, mereka semua seperti badut-badut yang mencoba menjilat.
"Ting Yu, bagaimana kalau—" Lan Xin hendak meminta Lei Tingyu membantu Lan Xiang.
Lei Tingyu melirik Lan Xin dengan wajah datar. Lan Xin yang cerdas segera menutup mulutnya.
Sorot mata bos ini jelas-jelas memperingatkan: "Berani kau menyalahgunakan belas kasihan, coba saja!"
Baiklah, aku diam.
Lan Xin mengangkat bahu.
Interaksi mereka berdua seperti menusuk jantung Lan Xiang.
Tiba-tiba dia bangkit dari lantai, dengan kuku panjangnya menyambar wajah Lan Xin!
