Bab 224 Mengapa Membawanya ke Gereja
Jika orang licik tidak bisa memanfaatkan kesempatan, pantaskah menyebut diri licik?
Setelah berkali-kali dieksploitasi oleh si licik, Lan Xin sudah mati rasa hingga tak punya tenaga untuk marah.
Jika harus marah pada makhluk seperti Boss Lei, dia pasti akan mati kesal, sungguh.
"Nanti malam aku buatkan kudapan favoritmu?" Lan Xin mencoba menawar.
"Tiramisu, gelato Italia, daifuku stroberi, susu kotak." Boss dengan santai mengajukan permintaan.
Dasar tak takut diabetes! Lan Xin menggerutu dalam hati.
Gunung es sepuluh ribu tahun yang suka makanan manis! Tak ada yang akan percaya, kudapan masih bisa dimaklumi, tapi susu kotak semacam ini...
Membayangkan Boss mengetik kode dengan satu tangan sambil mengambil camilan manis dengan tangan lainnya, Lan Xin benar-benar ingin memotretnya.
Jika diunggah ke internet, pasti laku mahal!
"Ngomong-ngomong, dunia luar tahu kamu suka makanan manis begini?" Lan Xin bertanya retoris.
"Pasti tidak tahu. Jika tahu, buku Panduan Preferensi Lei Tingyu tak akan ditulis seperti itu."
"Hal-hal tak bernilai referensi seperti itu, lebih baik disobek." Lei Tingyu menggeram.
"Keluarga Lan menghabiskan bertahun-tahun mengumpulkan data. Katanya mereka menyelidiki semua orang di sekitarmu, termasuk wawancaramu di berbagai media majalah, lalu menganalisis karaktermu dengan bantuan ahli psikologi."
"Qi Lei."
"Apa?"
"Yang mewakiliku dalam wawancara selalu Qi Lei. Semua dokumen tertulis juga dia yang mengurus."
Boss akhirnya mengungkap kebenaran! Lan Xin bagai disambar petir di siang bolong!
"Jadi yang menyukai wanita lembut adalah Qi Lei? Yang suka warna putih juga Qi Lei?"
Astaga! Jadi selama bulan-bulan pernikahannya, dia bersusah payah menyamar dengan kepribadian lain, menyembunyikan jati diri asli, memakai pakaian bergaya yang tidak disukai - semua salah sasaran?!
"Dengan kemampuan intelijen sepayah Keluarga Lan, wajar jika mereka bangkrut 100 kali sekalipun."
Boss memberikan penilaian objektif sambil menambahkan:
"Aku memutuskan mengirim Qi Lei dinas ke Afrika Selatan selama setengah tahun."
Membayangkan kucingnya yang selama 2 bulan menyamar sesuai selera Qi Lei, Boss merasa mengasingkannya ke Kutub Utara pun masih kurang.
Qi Lei yang menjadi korban tembakan liar diperkirakan sudah pingsan menangis di toilet - benar-benar korban yang tak bersalah...
Pria yang sedang cemburu memang selalu tak bisa diajak nalar.
Lei Tingyu memarkir mobil di luar gereja di pinggiran kota, memberi isyarat pada Lan Xin untuk turun.
Setelah Lan Xin turun mobil, dia merasa gereja ini terlihat sangat familiar.
Di sini, kenapa mirip sekali dengan...
"Bukankah ini gereja tempat kita menikah dulu?"
Dia dan Lei Tingyu awalnya mengadakan pernikahan megah di gereja luar negeri, karena boss memiliki kewarganegaraan ganda Negara E dan M.
Setelah kembali ke Kota B, mereka mengadakan lagi di gereja ini untuk menjamu partner kerjanya di dalam negeri, gereja ini masih diingat Lan Xin.
Saat ini, gereja raksasa itu kosong.
Tidak ada orang, juga tidak ada pernikahan.
Pintu berwarna putih terbuka setengah.
Lei Tingyu menggandeng tangannya, mendorong pintu, dan membawanya masuk.
Lan Xin merasa agak canggung.
"Apa tidak masalah kita menerobos masuk seperti ini?"
Gereja yang bisa menampung ratusan orang ini benar-benar sepi tak berpenghuni.
Suara percakapan bergema, tanpa Pendeta, salib di dinding disinari cahaya pelangi dari jendela yang memberi warna samar.
"Tidak akan mengganggu pasangan lain kan? Seharusnya ada yang menyewa tempat ini di jam segini?"
"Tidak akan ada orang lain, hari ini di sini hanya ada kita."
Lei Tingyu menariknya ke posisi baris depan dan duduk.
Panggung upacara yang lengang.
Lan Xin memandangnya dan teringat hari pernikahannya sendiri.
"Aku masih ingat betapa tegangnya waktu itu, orang lain diantar ayah masuk, aku masuk sendiri."
Lan Xin selama ini mengira Lan Mantian enggan menggandeng tangannya untuk menyerahkannya ke Lei Tingyu, sekarang pun masih begitu pikirannya.
Sedangkan boss hanya menundukkan mata, dia takkan memberitahunya bahwa alasan melarang Lan Mantian menggandeng tangan Lan Xin dan menyerahkan Lan Xin yang mengenakan gaun pengantin putih bersih padanya—
Peran sebagai "ayah", sejak awal sama sekali tidak dianggapnya layak untuk Lan Mantian.
Tidak pantas, secara alami juga tidak berhak berdiri dari sudut pandang seorang ayah untuk membawa putri yang akan menikah ke pelaminan.
"Ngomong-ngomong, sampai di sini aku masih heran, mengapa saat kita menikah dulu, tak satupun anggota keluarga Lan yang datang?"
"Mungkin... mereka sangat membencimu."
Si boss tak tahu malu terus menerus membuat-buat rumor sesat untuk menyesatkan Lan Xin.
Meski para bitch di keluarga Lan memandang rendah Lan Xin, tapi pernikahannya dengan Lei Tingyu—pria paling berkuasa di Kota B—seharusnya justru membuat mereka mati-matian ingin menjalin hubungan kekerabatan.
Melarang kehadiran keluarga Lan di pernikahan adalah persyaratan khusus dari boss.
Bagaimanapun persepsi Lan Xin tentang pernikahan itu, boss melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Di pernikahan Lei Tingyu, tak akan diizinkan satu orang pun yang menunjukkan sikap tidak hormat sedikitpun padanya.
Karena bukan restu tulus, kehadiran mereka hanya akan menjijikkan.
Membicarakan keluarga Lan, Lan Xin teringat pada Lan Xiang yang mempermalukan diri di jalanan, serta Lan Mantian yang terkurung di penjara.
Dia menghela nafas pasrah.
"Menurutmu, mengapa Lan Xiang begitu membenciku? Sejak kecil, sudah tak terhitung berapa kali dia menginjak-injakku."
Lan Xin yang tumbuh dalam tekanan dan siksaan ini merasa mentalnya masih tetap bersinar bagai mentari.
"Lan Xiang sejak kecil hingga dewasa mendapat kasih sayang orang tua. Jika bukan karena ulahnya sendiri, hidupnya takkan serumit ini. Tapi dia malah tidak berusaha mengubah hidupnya, hanya menyalahkan diri yang tak bersalah."
"Iri hati."
"Kau bilang Lan Xiang iri padaku?" Lan Xin terkekeh seolah mendengar lelucon.
"Mana mungkin? Sejak kecil dia punya segalanya. Ada orang tua di sampingnya, sandang pangan tercukupi. Tidak perlu menikahi pria yang awalnya tidak—"
Menyadari ini ranjau, Lan Xin cepat-cepat mengubah ucapan.
"Pria yang awalnya tidak disukai, tapi sekarang sangat disayangi!"
Hmm, lumayan sigap! Boss Lei dengan sombong mengetuk kepala perempuan itu.
"Dia terlalu serakah, mengira harus terus menekanmu."
Tak sadar, bebek palsu berselimut bulu angsa, sayap rapuhnya tertiup angin.
Burung pemula di antara kawanan ayam, tetap bisa tumbuh jadi phoenix. Kini sayap Lan Xin siap membumbung.
"Sebenarnya aku tak paham pemikiran Lan Xiang. Saat gagal, bukannya berusaha mengubah hidup, malah pakai strategi menjijikkan untuk menjebak orang."
Perempuan itu, bagi Lan Xin, baik dendamnya maupun berbagai tindakan anehnya, tetap sulit dimengerti.
“Contohnya istri Direktur Sun, yang baru saja memukul Lan Xiang seperti tadi. Setelah Lan Xiang mendapatkan kebebasan, hal pertama yang dilakukannya bukan membalas istri Direktur Sun, malah menyerang saya. Padahal saat itu, saya sebenarnya berniat membelanya.”
“Perbedaan orang penakut dengan yang kuat adalah: Orang penakut hanya berani membalas orang baik, karena takut balas dendam orang jahat sehingga diam menerima. Sedangkan yang kuat, tidak perlu takut.”
Siapapun orangnya, apapun kekayaan dan statusnya, asal berani menyentuh kucingnya, langsung dihancurkan dengan satu tepukan.
Boss adalah yang terkuat di antara para kuat.
Lan Xin merasa perkataannya sangat masuk akal, mengangguk setuju.
“Ngomong-ngomong, apa artinya kamu membawa saya ke sini?”
