Bab 226 Mencintaimu dan Dunia Penuh Warna Ini
Selama 5 menit, Lan Xin berdiri di tengah gereja, merangkapkan dua tangan dalam doa sunyi.
Di bawah kubah berwarna-warni, gadis bermata tertutup itu tampak suci dan damai.
Di luar gereja, pria tampan bersandar di mobil. Rokok di tangannya telah separuh habis terbakar.
Tiba-tiba, pintu gereja terbuka. Gadis berbaju putih berlari keluar.
Saat itu, Lei Tingyu seolah melihat sayap suci di punggungnya.
Seperti malaikat.
"Dia menekan ketegangan di hatinya, mematikan rokok di tangan, dan menatapnya langsung."
"Jawabanmu."
Lan Xin menatapnya dalam diam, mengendurkan ekspresi nakal biasanya. Ekspresi seriusnya membuat Lei Tingyu yang biasanya tenang, merasa dadanya sesak.
Tiba-tiba dia tidak ingin mendengar jawabannya, karena takut mendengar jawaban di luar jangkauan kemampuannya.
"Lei Tingyu, aku tidak bisa menjamin kamu akan selalu menjadi keberadaan yang unik di hatiku. Aku mengaku menyukaimu, tapi aku tidak akan meninggalkan kecintaanku pada dunia hanya karena menyukai seorang pria."
Sepertinya ada sesuatu yang hendak pecah di mata Lei Tingyu, hampir terlihat jelas.
Meski dialah yang selalu dominan dan menguasai segala situasi, saat ini dia merasa Lan Xin yang rapuh justru menusuk jantungnya dengan pedang.
"Bagus, aku mengerti."
Kucing adalah makhluk mandiri dan bebas, tidak akan tinggal untuk siapapun.
"Tidak! Kamu tidak mengerti!"
Lan Xin tiba-tiba terjun dari belakang. Gempuran tubuhnya membuat Lei Tingyu oleng selangkah ke depan, hampir membentur mobil.
"Lan... Xin!" giginya berderik.
"Lepaskan!"
"Tidak mau melepaskan!" Pelukannya semakin erat.
Seolah takut dia kabur, Lan Xin membelit tubuhnya dengan tangan dan kaki seperti koala.
Dia sangat paham, jika melepaskan saat ini, dia akan kehilangan Lei Tingyu secara total.
"Kamu sudah memilih, lepaskan!"
“Bunuh aku pun aku tidak akan melepaskan! Lei Tingyu, dengarkan aku sampai selesai bicara. Setelah itu baru kamu boleh bersikap sombong, boleh kesal, oke?”
Jika dia punya sedikit saja harga diri, seharusnya dia menunjukkan sikap seperti saat memperlakukan orang lain.
Melepaskan diri darinya dengan kuat, menatapnya dengan pandangan meremehkan, memberitahunya dengan kejam: Tanpa dia, dia tetap bisa hidup sendiri.
Dia adalah Lei Tingyu, pria berprinsip. Karena dia sudah memberikan jawaban, dia harus tegas dan pergi total dari perempuan ini.
Tapi sial!
Lei Tingyu berbalik badan, membawa kemarahan tipis dalam pertanyaannya.
“Apa lagi yang ingin kau katakan!”
“Yang ingin kubicarakan adalah, makanan paling lezat di dunia ini melalui proses memasak. Dari bahan mentah berubah menjadi hidangan lezat. Kau tidak bisa langsung mensyaratkan aku berubah menjadi wujud yang kau inginkan. Kau harus memberiku waktu!”
“Waktu? Bukankah yang kuberi sudah cukup banyak?”
Dia sudah melampaui batas kesabarannya yang terbesar. Dibandingkan orang lain, bahkan 1% kesabarannya pun tidak dia berikan.
Tapi justru perempuan seperti inilah yang terus menerus mengecewakannya!
“Tidak cukup! Aku masih mau! Lei Tingyu, kau hanya mendengar setengah pembicaraanku lalu marah dan ingin meninggalkanku! Tapi sebelumnya, saat kau melakukan banyak hal padaku, kapanpun aku tidak memberimu kesempatan untuk memaafkan dan menerimamu?”
“Baik! Selesaikan separuh kalimatmu yang lain!” Lei Tingyu juga tidak mengerti, mengapa di titik ini dia masih menanti-nanti kucing liar kecil ini.
“Kamu bilang, menjadi wanita milikmu harus hanya memiliki kamu seorang, dunianya hanya ada kamu, kepentingan siapapun tidak boleh melebihi kamu. Maka aku ingin bertanya, jika suatu hari nanti dunia Lan Xin hanya ada Lei Tingyu seorang, dia melepaskan batas dasarnya, mengorbankan segala miliknya, apakah dia masih menjadi dirinya sendiri?”
Lei Tingyu mengatupkan bibirnya rapat-rapat, tanpa sepatah kata pun, namun matanya menatap Lan Xin tak berkedip.
“Kamu mau menerimaku sebagai milikmu, itu membuktikan ada sifat khusus dalam diriku yang menarikmu. Aku menyukaimu, ingin selalu bersamamu. Tapi jika untuk bersamamu aku harus berhenti menjadi diri sendiri, maka suatu hari nanti kamu akan meninggalkanku, karena aku sudah bukan aku lagi.”
“Omong kosong!”
Kenapa dulu dia tidak tahu kalau kemampuan retorikanya sehebat ini?
Sial! Bahkan Lei Tingyu yang terkenal tajam lidahnya tidak bisa menemukan alasan untuk membantah!
“Kamu adalah pria terpintar di dunia, seharusnya mengerti maksudku. Lan Xin menyukai Lei Tingyu, juga berharap Lei Tingyu bisa menyukai Lan Xin. Kamu yang utuh dan aku yang utuh, kita saling menyesuaikan dan memahami. Jangan ada yang mengubah diri untuk yang lain, setuju?”
Kata "menyukai" mungkin adalah kalimat paling enak didengar yang pernah dia dengar.
Ekspresi Lei Tingyu, tanpa disadarainya sendiri, mulai melunak sedikit.
“Jadi, apa yang kamu inginkan? Tetap menjadi dirimu sendiri, demi orang-orang yang sama sekali tidak mencintaimu, terus memaksaku untuk menuruti keinginanmu?”
Dia tidak peduli dengan gangguan dari sampah-sampah itu. Kemampuannya lebih dari cukup untuk menyelesaikan semuanya.
"Tapi dia tidak bisa mentolerir, perempuan miliknya, hatinya dipenuhi oleh hal-hal selain dirinya."
"Cinta ideal menurutku seperti ini, aku ingin menggunakan cinta yang penuh untuk menyukai seseorang, lalu menyerahkan semua perasaan indah tentang dunia ini padanya, dan dia pun memperlakukan ku sama. Aku punya keluarga, juga akan punya teman-teman, punya lingkaran hidup mandiri sendiri, tapi seberapa jauh pun aku pergi——"
Dia menatapnya dengan malu-malu.
"Bisa kembali ke rumah kita bersama, seberapa jauh pun kita berjalan saling membelakangi, saat malam tiba, tetap akan bersama."
Ini adalah kutipan yang pernah dia baca di majalah, terasa sangat romantis, itulah kehidupan yang diinginkannya.
Namun, pengakuan perasaan sastrawi ini, di telinga boss, kembali bermakna lain.
"Kau masih ingin kabur dariku sehari? Paling banter 3 jam waktu beraktivasi per hari!"
Sedetik pun lebih, tidak boleh! Tidak bisa ditambah lagi!
"Itu cuma perumpamaan, sebenarnya maksudku, aku mencintai dunia ini, suka fotografi, suka kuliner, senang berteman dengan koneksi secara ringan, juga menyukaimu..."
Rangkaian paralelisme ini membuat boss semakin kesal.
Kenapa beberapa item sebelumnya pakai 'cinta', sampai ke dia turun jadi 'suka'?!
Khawatir dia akan terus meledak sombong, Lan Xin cepat memeluk lehernya, mencium sudut mulutnya dengan lembut.
"Hanya perempuan yang paham kehidupan, yang bisa menjamin dirinya sendiri, yang layak dicintai dan berhak dicintai, Lei Tingyu. Aku tak akan mengubah diri menjadi bunga benang yang tak bisa hidup tanpa pria, tapi posisi terpenting di hatiku, pasti kau."
"Ocehan panjang lebar, hanya kalimat terakhir yang paling enak didengar boss."
Ekspresi sombong langsung melunak dalam sedetik, perasaan bagai baru turun dari roller coaster.
Pria pelit itu masih terus bertanya tak henti.
"Lebih penting dari ibumu?"
Andai saja tak sedang dalam situasi tak tepat waktu ini, Lan Xin benar-benar ingin menumpahkan kelucuan dengan tegas padanya: CEO besar sepertimu menanyakan masalah kekanak-kanakan seperti ini, pantaskah!
Tapi jika berani mengatakannya, CEO yang sombong itu mungkin akan berbalik seketika. Maka Lan Xin terpaksa menjawab dengan serius.
"Kau adalah pria yang kusuka, ingin kunikmati hidup bersamamu. Ibuku tak akan menemani sepanjang jalan, tapi aku harus berbakti. Namun, kaulah yang terpenting bagiku."
Berhasil merapikan bulu boss, dia mendengus dan memukul kepalanya.
"Masuk!"
Masuk? Gereja? Mengapa?
