Bab 229 Menemaninya Hadiri Konferensi Pers
Dua baris bodyguard membuka jalan, di samping terus berkedip cahaya magnesium dari kamera.
Lei Tingyu mengenakan kacamata hitam, satu tangan di saku, berjalan di depan dengan wajah yang tenang.
Lan Xin pernah menemaninya menghadiri banyak pesta.
Tapi berdiri di arena yang menjadi pusat perhatian seperti ini, masih pertama kali.
Dia agak tegang.
"Ini bukan pesta saling membandingkan, ini konferensi pers untuk seluruh dunia." Lei Tingyu saat ini benar-benar memancarkan gaya seorang raja.
Apakah dia pantas menjadi istri pria seperti ini?
Merasakan langkah Lan Xin melambat, Lei Tingyu berhenti dan meliriknya.
Lan Xin segera menenangkan diri dan berusaha bergegas mendekatinya.
Semakin dia berusaha terlihat tenang dan anggun, semakin banyak kesalahan yang dibuat. Saat mendekatinya, kakinya tiba-tiba terkilir membuatnya terjatuh ke samping.
Lei Tingyu yang agak jauh darinya langsung menyambar, tapi Lan Xin sudah tergeletak di lantai.
Habislah... habislah...
Wajah Lan Xin pucat pasi. Dia seolah mendengar suara tombol rana kamera ditekan.
Dia sangat ingin menunjukkan aura layaknya nyonya bangsawan, tapi kenapa justru di momen krusial ini dia mempermalukan diri!
Empat tahun pelatihan dari Keluarga Lan sia-sia belaka.
Dengan wajah pucat dia duduk di lantai, tiba-tiba pinggangnya terasa ditopang sepasang tangan hangat yang kuat. Tubuhnya terangkat kembali.
Lei Tingyu mengangkatnya lalu dengan lembut menepuk-nepuk debu di gaunnya.
Dari kerumunan wartawan terdengar decak kagum.
Lan Xin mendengar semakin banyak suara krek kamera.
Bibirnya tergigit. Pertama kali mendampinginya di acara resmi langsung memalukan. Pasti dia akan membentak lagi.
"Jalan saja tidak becus, sehari-hari wajah bodoh."
Dia mencubit hidungnya, gerakan manja ini kembali membuat media menjerit.
"Semua, istri saya masih muda, antusiasme kalian akan membuatnya malu."
Lei Tingyu memeluk Lan Xin sambil berkata kepada semua orang.
Tampak lembut tapi memiliki wibawa yang tak terbantahkan.
Maksud tersirat: Siapa berani menulis sembarangan, silakan coba!
Memberikan sorot mata ke asisten yang mengikutinya, asisten tetap menangani wartawan sementara dia memeluk Lan Xin masuk ke ruang rapat.
Sampai di ruang persiapan yang sepi, wajah Lan Xin masih pucat. Lei Tingyu mengangkatnya ke kursi dan berjongkok memeriksa kaki yang terkilir.
"Bodohnya sampai mati pun tak apa, jalan saja bisa jatuh! Kaki sakit tidak?"
Syukurlah tidak bengkak, seharusnya tidak masalah besar.
"Maaf, aku membuatmu malu." Rasa sakit di kaki tak sebanding dengan perasaan rendah diri di hati.
"Lagipula mikir macam-macam apa!" Memukul kepala!
"Aku tidak sopan di depan banyak orang, mempermalukanmu." Ingin sekali menangis.
Meski telah merobek lembar perjanjian perceraian, kehidupan sekarang terasa tidak nyata.
Lei Tingyu yang begitu hebat, pantaskah dirinya?
"Jangan berpikir macam-macam! Siapa berani bocorkan sedikitpun, perusahaan mereka akan jadi anak perusahaan Lei Group."
Boss mengelus pipi mungilnya, sensasi elastis kolagen yang penuh ini benar-benar menarik, tak terkendali mencubit lagi.
"Jangan pikirkan yang bukan urusanmu, serahkan padaku!"
Lan Xin merasa kesedihannya disembuhkan oleh boss yang mencubit pipinya.
Boss awalnya ingin terus mencela dia, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
"CEO, waktu sudah habis."
"Um."
Mencubit dagunya yang bawah, "Jangan berpikir macam-macam, beristirahatlah."
Kucing itu masih agak kaku, sedikit memaksakan ujung tanduk sapi.
Boss sebenarnya ingin menghiburnya, tapi waktu tidak mencukupi, terpaksa menggunakan cara lain untuk memulihkan energi kucing kecil yang sedikit terpukul ini.
Sebagai tokoh utama, Lei Tingyu harus menerima wawancara di atas panggung, ruang rapat besar ini dipadati media hingga sesak.
Selain media terkenal domestik dan internasional, beberapa atasan departemen perekonomian dalam negeri juga hadir.
Lan Xin ditempatkan di barisan depan area VIP, matanya yang tajam melihat banyak pemimpin duduk tidak jauh darinya.
Kembalinya saham Lei Group memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian nasional, meski sudah ada persiapan mental, melihat pemandangan ini Lan Xin tetap merasa tegang.
Tiba-tiba, ruangan menjadi hening, Lei Tingyu muncul.
Lei Tingyu yang disinari lampu sorot bagaikan Raja yang mendarat, kehadirannya langsung menimbulkan kegemparan kecil.
Lan Xin bahkan mendengar decak kagum dari area wartawan.
Keren banget!
Belum pernah melihat pria yang bisa memakai setelan jas sepenuh wibawa ini, pipi Lan Xin terasa memanas.
Dia melirik ke arah sini, Lan Xin buru-buru menenangkan pikirannya, diam-diam memberikan gestuk semangat padanya.
Nak... Lei Tingyu tertawa getir, mengurungkan niat jahatnya, dan mulai fokus menjawab pertanyaan wartawan.
Gaya sederhana penuh wibawa tak hanya memikat para perempuan di lokasi, bahkan Lan Xin pun menjelma menjadi penggemar berat.
Boss benar-benar cocok jadi atasan, di tengah kerumunan sebesar ini, tetap mempertahankan kontrol situasional, dengan beberapa kalimat sederhana langsung menguasai situasi.
Lan Xin tak mengerti urusan bisnis yang dijelaskan Boss ke wartawan.
Tapi dari awal sampai akhir ia merasakan aura CEO penuh kharisma dari Boss, membuat mata Lan Xin berbinar-binar.
Awalnya dikira datang ke konferensi pers ini cuma numpang lewat, tapi tak disangka terjadi kejutan yang tak terduga.
"CEO Lei, banyak perusahaan yang IPO di Nasdaq saat ini tak mempertimbangkan untuk kembali ke Saham A. Mengapa Anda memutuskan Lei Group untuk kembali?"
Seluruh ruangan hening.
Pertanyaan ini sangat sensitif.
Kekuatan finansial Lei Tingyu sama sekali tak mengharuskan kembali ke dalam negeri.
"Jujur saja, alasan Lei Group memilih kembali meskipun stabilitas perekonomian domestik menjadi pertimbangan, tapi itu bukan faktor utama."
Lei Tingyu terlihat relatif serius menanggapi masalah ini.
"Lalu mengapa CEO Lei memutuskan mempertahankan status IPO ganda di Nasdaq dan pasar Saham A secara bersamaan?" wartawan itu bertanya tak henti.
"Ini berkat istriku, Lan Xin."
Lan Xin yang sedang terpana menyaksikan Boss bak penguasa jagat raya, meneliti aura dan ekspresinya yang sama sekali berbeda dengan saat di rumah.
Tiba-tiba namanya disebut, lalu ia membeku.
"Tangan Lei Tingyu bergerak ke arahnya, seketika lampu magnesium dan sejenisnya semua menyorot ke arah Lan Xin. Ekspresi wajah Lan Xin menjadi kaku selama satu detik."
"Segera menyesuaikan kondisi mental, refleks alami bangkit, tersenyum tipis ke arah area wartawan, kemudian duduk kembali dengan anggun."
"Di hati penuh dengan tanda tanya besar—apakah kembalinya sahamnya ada hubungan sedikitpun dengannya?"
"Istri saya adalah wanita yang sangat menjunjung tinggi rasa kehormatan suku bangsa. Dia lebih berharap melihat saham Lei Group muncul di Saham A, sehingga kami memutuskan untuk kembali."
"Kapan saya pernah punya harapan seperti itu..." Lan Xin tetap tersenyum sambil keraguan menggelayuti hatinya.
"Segera bisa merasakan beberapa pejabat tinggi di sekitarnya menunjukkan senyum pada-nya, bahkan ada yang berdiri untuk berjabat tangan."
"Terima kasih atas kepercayaan Nyonya Lei terhadap perekonomian dalam negeri." Kalimat ini diucapkan dengan sangat tulus.
"Lei Group adalah perusahaan dengan volume besar. Keputusan kembali ini telah mempercepat perekonomian secara signifikan, dan Lan Xin yang memicu semua ini secara alami menjadi objek pemujaan semua orang."
"Saat penglihatan seluruh ruangan terfokus pada Lan Xin, tiba-tiba seorang wartawan bertanya."
"Bagaimana pendapat CEO Lei tentang kebangkrutan keluarga Lan, rumah orang tua Nyonya Lei baru-baru ini?"
"Lan Xin dengan tegang menggenggam ujung bajunya."
"Akhirnya ada yang menanyakan juga!"
"Dia tidak hanya terjatuh saat masuk yang mempermalukan Lei Tingyu, sekarang ada lagi yang mempersoalkan latar belakangnya. Bagaimana caranya..."
