Bab 237 Menutupi Kenangan Buruk dengan Hal-hal Indah
Foto di dinding menarik perhatian Lan Xin, membuatnya berhenti mengamati.
Lei Tingyu yang biasanya kritis, kali ini tak membantah seleranya.
Malah membandingkan foto itu dengan Lan Xin sambil mengangguk.
"Kamu juga merasa ini foto yang bagus?"
"Mirip."
"Mirip apa?"
"Ekspresimu saat baru bangun tidur persis seperti ini." Kucing dalam foto itu pun bukan jenis yang mewah.
Tapi sangat menggemaskan, persis seperti kucing liar peliharaannya.
Boss langsung meraih foto itu begitu melihat ekspresi sukanya.
"Ah!" Lan Xin kaget, buru-buru menarik lengannya. "Kamu kenapa sih!"
Tidak pantas seenaknya mengutak-atik barang orang di restoran pribadi begini kan?
"Anggap saja kita sudah membeli." boss mengeluarkan setumpuk uang tunai, uang tunai yang dia bawa juga tidak banyak.
"Berikan dulu 10.000 yuan untuknya, sekalian tinggalkan nomor telepon saya, kalau kurang bisa ditambah nanti."
"Tidak boleh, harus meminta persetujuan pemilik dulu baru boleh mengambil--" Lan Xin melirik dengan perasaan tidak rela, menurutnya foto ini terlihat penuh kasih sayang.
"Aku akan menulis catatan untuknya, mungkin bos akan setuju menjualnya kepada kita setelah membaca?"
boss mengerutkan kening, perempuan, terlalu merepotkan.
Dia tidak percaya, di dunia ini ada barang yang tidak bisa dibeli. Sebuah foto, sekalipun karya maestro, dengan puluhan ribu yuan pasti bisa didapat. Tapi ini jelas bukan karya maestro.
Tanda tangan bertuliskan "Tian", belum pernah dengar ada fotografer bernama begitu.
Setelah menulis catatan, Lan Xin merogoh tasnya dan mengeluarkan kotak kudapan buatannya sendiri.
Diletakkannya di atas catatan.
boss mulai kesal.
"Kau ngapain?"
Masakan buatannya, bagaimana bisa diberikan ke orang lain?
"Pemilik toko ini cocok denganku, waktu itu kamu membuatku marah, dialah yang menghiburku. Menurutku dia orang baik."
Dia tidak seperti boss yang selalu vulgar, langsung menghantam orang dengan uang. Pengakuan kecil pada pelayan pun merupakan bentuk penghormatan.
boss mengurungkan niat mengambil kembali kudapan spesialnya, membuat suara "hmph".
"Cepatlah, bukannya mau main catur?"
Lan Xin tersenyum, bergegas menyusulnya.
Tak lama setelah mereka pergi, pemilik restoran Feng Ting kembali dan terpaku melihat catatan dan kudapan di meja.
Ada yang menyukai karyanya?
“Dia pergi terburu-buru di masa lalu, tak membawa apa-apa kecuali foto tidak berharga ini, yang dia potret sendiri. Sangat disukainya, jadi dibawa.”
Catatan Lan Xin bertanya dengan halus, menawarkan kondi yang menggiurkan, tapi bos hanya menggelengkan kepala.
Dalam kehidupan, ada beberapa hal yang tak bisa dibeli dengan uang.
Melihat kudapan yang ditinggalkan Lan Xin, hatinya hangat. Banyak orang makan di sini, tapi ini pertama kalinya seseorang membalasnya dengan sesuatu di luar uang.
Membuka kotak dan mencicipi sedikit, rasanya enak.
Mungkin besok dia harus menelepon nomor di catatan itu, mengucap terima kasih pada gadis pemberi kudapan ini sambil menolak dengan halus permintaan membeli fotonya.
Rencana Lan Xin sempurna mutlak: bermalam dengan bos di tempat kenangan buruk untuk menyembunyikan kenangan buruk itu sendiri.
Mengganti kenangan buruk dengan kebersamaan hangat adalah kemewahan yang mustahil.
Malam itu, Lan Xin dihancurkan tak tersisa oleh keahlian bermain catur bos.
Penderitaan yang bertumpuk.
Mulai dari catur militer, catur tradisional, sampai Go – semua kalah telak.
Kekalahan keempat dari bos membuat Lan Xin tidak terima.
Duduk bersila di ranjang tempat dulu diikat bos, Lan Xin sudah lupa betapa tempat ini membuatnya sedih.
Menatap Boss Lei yang tenang, tiba-tiba dia mendapat ide.
“Bagaimana kalau kita main Gomoku?”
“Apa itu?”
Haha, dia belum pernah main! Ini bagus!
Lan Xin seolah melihat fajar kebangkitan, “Aku jelaskan aturannya ya. Gomoku itu——”
Bos mengerutkan kening setelah mendengar penjelasannya.
“Kedengarannya sangat orang tak berguna, Jangan.”
Melihat dia tidak temani dirinya bermain, Lan Xin memutar bola matanya. Apakah dia bisa menghancurkan boss, semuanya tergantung pada ini.
“Bagaimana kalau kita bawa sedikit hadiah? Yang kalah harus memberi uang!”
Boss membalasnya dengan Sorot Mata Raja.
“Menurutmu, aku butuh uang?”
Lan Xin cemberut, kenapa Menang sekali darinya begitu sulit?
Mata boss berkilauan.
“Lepas pakaian.”
“Apa?”
“Kita adu melepas pakaian. Yang kalah harus melepas satu helai pakaian.”
“Ini...” Tepat seperti dugaanku gaya arsitektur Boss Lei! Lan Xin mulai ragu.
“Tidak berani?”
“Mana mungkin!” Lan Xin menepuk dada dengan gagah karena diprovokasi.
“Aku beri tahu yang bikin kamu hampir mati ketakutan, dari SMP main catur lima sampai kuliah, aku tak pernah membeli sarapan!”
“Sarapan apa hubungannya dengan main catur?”
“Aku yang Menang, dijuluki dewi hitam-putih——” Lan Xin sangat sombong.
Boss melihatnya, dalam diam menambahkan kata. “Gila?”
Bahasa lisan Mandarin sangat dalam, penambahan satu karakter membuat artinya seketika berubah.
Perempuan gila...
Lan Xin menirukan sorot mata sombongnya, memandangnya dari atas, “Kita bertaruh melepas pakaian, tapi jika kamu kalah harus tambah hadiah!”
“Tambahan apa?” Boss malas-malasan mengangkat sudut bibir, dengan lutut berpikir pun tahu, si kucing pasti menahan hasrat jahat.
Sorot mata kecil ini, benar-benar ingin mencubit pipinya.
“Jika kamu kalah, tidak hanya harus melepas pakaian, tapi juga izinkan aku memotret!”
"Bentuk tubuh jenis ini, aura jenis ini, sudah lama dia incar."
"Boleh, hanya takut ada orang yang kalah sampai akhir lalu menahan pembayaran."
Lan Xin menuangkan batu Go sambil tersenyum licik.
"Kalah? Mana mungkin! Aku ini Dewi Hitam-Putih!"
"Jing."
"Menyebalkan!" Lan Xin melototi si pengganggu yang suka menambahkan luka, sebentar lagi dia akan memenangkannya sampai dalam-dalamnya!
Ronde pertama, Lan Xin menang dengan mudah.
Boss dengan tenang melepas jaket di balik senyum sombongnya.
Babak kedua, Lan Xin menang lagi, Boss kembali tenang melepas kemeja.
Bagian atas sudah telanjang, otot perut kekar dan garis ikan yang jelas membuat Lan Xin menelan ludah.
"Jangan kira bisa menggoda aku dengan pesona pria!"
"Lanjut." Boss tetap tenang.
Di bawah pesona dahsyatnya, Lan Xin gelisah, dalam hati memutuskan lebih baik berhenti saja. Memalukan kalau sampai Boss kalah habis-habisan.
Tapi, dia terlalu banyak berpikir.
Babak ketiga, Boss yang menang.
Lan Xin dengan sigap melepas jaketnya.
Dua babak berikutnya, Boss menang total, Lan Xin mulai tak bertahan.
Dia curang menghitung kaus kaki sebagai taruhan, kalau kalah lagi harus melepas gaun.
"Bagaimana kalau kita berhenti bermain?"
"Tepat seperti dugaanku, pengecut yang takut kalah mau kabur bayaran."
"Goblog, lanjut! Barusan aku mengalah, sekarang aku akan mengeluarkan kekuatan sebenarnya!" sorot mata Lan Xin penuh ketidakrelaan.
"Jelas-jelas dia yang pertama kalah, awalnya juga terlihat lemah, kok bisa serangan baliknya begitu dahsyat?"
Untung, ya! Dia cuma beruntung!
Lan Xin menggigit gigi, bajunya masih utuh, sementara si seseorang di atas sudah kalah sampai tak bersisa.
Dia hanya perlu menang satu ronde lagi, membuat bos licik itu tersisa celana dalam, nanti bisa difoto sesuka hati!
"Ayo, lanjutkan!"
Tiga menit kemudian, Lei Tingyu dengan tenang meletakkan bidak terakhir, "Dua 'hidup tiga', aku menang. Buka bajumu!"
Baru sekarang Lan Xin tersadar, si licik terkutuk ini sudah menghitungnya dari awal!
Dua ronde pertama itu juga disengaja!
Tak rela dikalahkan begitu saja, Lan Xin menyeringai, Mau adu kelicikan ya?
Dia masih punya jurus andalan!
