Bab 246 Beberapa Orang, Benar-Benar Pantas
Bai Xiaonan berpikir, bukankah seharusnya dia mengingatkan Lei Tingyu, membuat Lei Tingyu merasa dia adalah wanita yang sangat cerdas dan berkedalaman?
Bagaimana bisa berubah menjadi bahkan Lan Xin pun bisa mencela dingin padanya?
Bai Xiaonan benar-benar overthinking, maksud Lan Xin bukan mengejeknya, hanya mengungkapkan isi hatinya.
Secara jujur, menghabiskan uang sebanyak itu untuk membeli vas pena yang tidak berharga, Lan Xin bahkan merasa agak kasian pada Bai Xiaonan.
Namun, yang paling beracun tetaplah boss.
"Jangan bicara seperti itu pada Nona Bai." Lei Tingyu berkata pada Lan Xin.
Lan Xin diam-diam menatapnya.
Jika dia berani membela si mata sinis itu dan menegur dirinya, malam ini dia putuskan untuk membuat kudapan TANPA cuci tangan untuk boss arogan yang doyan manisan ini.
Bai Xiaonan mulai berharap, mungkinkah dia akhirnya menyadari kebaikanku dan ingin membelaku?
Tapi tak disangka, kalimat selanjutnya dari boss nyaris membuatnya mati kesal!
"Saya ingat, lelang ini memiliki sifat amal tertentu. 20% dari hasil lelang akan disumbangkan untuk pembangunan sekolah dasar harapan."
Boss mengulurkan tangan, dengan formal berkata pada Bai Xiaonan.
"Atas nama anak-anak pegunungan yang tak bisa sekolah, saya mewakili mereka berterima kasih pada kebaikan Nona Bai."
...
Lan Xin merasa, saat itu dia mendengar suara hati Bai Xiaonan hancur berderai.
Penolakan paling kejam dan menyakitkan di dunia, paling-paling segini levelnya.
Kelicikan boss benar-benar sudah mencapai puncak kesempurnaan.
Lan Xin takkan pernah lupa bagaimana Bai Xiaonan menahan air mata menjabat tangan Lei Tingyu, lalu kabur seperti dikejar setan.
"Dia bahkan bisa membayangkan hal-hal buruk, Bai Xiaonan pergi ke tempat sepi, memeluk vas pena yang dibeli dengan harga mahal itu, gambar air mata yang mengalir deras."
"'Jangan biarkan kesedihan tersembunyi lahir dalam hati, Saat ini keheningan lebih bermakna dari kata-kata.'" Lan Xin menatap punggung Bai Xiaonan, tiba-tiba terserang inspirasi puisi.
Boss meliriknya, dengan santai membuka pintu mobil, menyelipkan kucingnya ke dalam.
"Boss, gadis secantik itu air matanya sudah berkaca-kaca, kau tegas sekali padanya, tak sakit hatikah?" Baru saja Lan Xin bertanya, langsung merasakan kekuatan membunuh.
Boss menatapnya dengan tatapan tajam, bertanya dengan nada dingin.
"Kau ingin aku memberinya keringanan?"
"Aku kan tidak bodoh! Dia pantas menerimanya!"
Lan Xin teringat performa Bai Xiaonan di lelang tadi, tak kuasa menahan tawa.
"Apakah dia pikir hanya dirinya yang pintar di dunia ini, bisa mempermainkan semua orang dalam genggamannya?"
Rupanya Boss sengaja menaikkan harga, kalimat terakhir tentang "menggantikan anak-anak pegunungan" patut diberi nilai 101.
Satu poin ekstra, biar Boss berbangga diri!
"Kepintarannya memang tinggi. Jika IQ-mu hanya 80, nyaris menyentuh garis rata-rata--"
"Hei! Masih bisakah kita jadi suami-istri yang harmonis? Kenapa harus membandingkanku dengannya?" Lan Xin cemberut, mengatupkan mulut, memalingkan kepala.
Memutuskan, pulang membuat kudapan, lebih baik tidak cuci tangan!
"IQ-nya kira-kira 250."
Setelah Boss menyelesaikan penjelasan, Lan Xin kembali berseri, memalingkan kepala dan mengacungkan ibu jari padanya.
Baiklah, dia membuat kudapan, lebih baik cuci tangan dulu. Mempertimbangkan boss punya pandangan bagus yang bisa menghargainya, ditambah dengan bawaan racun...
Boss yang sombong itu mengeluarkan suara "Hmph" sinis.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kau tahu dia pasti akan menaikkan harga? Bukannya dia ahli barang antik?"
Lan Xin tidak percaya, barang yang bahkan dia bisa cek harganya, bagaimana mungkin pakar mata juling itu tidak tahu?
Ini tidak masuk akal!
"Mungkin terkait IQ 250-nya yang tinggi."
"Byur!"
Lan Xin tertawa oleh humor dingin boss yang disampaikan dengan serius.
Bai Xiaonan ini, kepintarannya malah menjerumuskannya. Boss yang licik kelas kakap seperti ini jelas bukan orang yang bisa disinggung sembarangan.
"Kau senang?" tanya boss.
Lan Xin mengangguk kuat-kuat.
"Tuhan maafkan aku perempuan yang menikmati kekonyolan ini. Terhadap orang tertentu, aku benar-benar tidak bisa menunjukkan belas kasihan, bahkan sekedar pura-pura pun tidak."
Bai Xiaonan itu selalu bersikap seolah IQ-nya nomor satu di dunia, seperti dia sangat hebat. Dari tulangnya keluar aroma asam intelektual. Membuatnya membayar lebih mahal bisa dianggap memberi pelajaran.
"Kalau begitu kau bisa terus menikmati kekonyolannya."
"Maksudmu?"
"Yang dia beli itu bukan dari Dinasti Song."
"Apa?!" Lan Xin kaget lagi.
"Dari detail dasarnya terlihat itu imitasi Dinasti Qing yang meniru gaya Song."
Lan Xin dalam diam menganalisis perkataan Lei Tingyu.
“Maksudmu, vas yang dia beli itu adalah vas tiruan dari dinasti Qing? Meski juga barang antik, tapi nilainya bahkan tidak sampai 500 ribu?”
boss mengangguk, “Kali ini kau belum bertindak bodoh yang keterlaluan.”
Lan Xin terkejut sampai mulutnya terbuka lebar.
Sekarang, di hatinya, rasa simpati terhadap Bai Xiaonan hampir membuatnya mati.
Seorang ahli barang antik membeli barang seperti itu dengan harga setinggi itu - kalau kabar ini tersebar, siapa lagi yang akan mengakui otoritasnya di industri ini?
“Bukannya dia ahli? Bahkan kau bisa melihatnya, bagaimana mungkin dia tidak menyadari?”
Lan Xin merasa dunia ini jadi penuh keajaiban.
“Mungkin terkait dengan 'kecerdasan tinggi'-nya. Tentu saja, kau juga berperan.”
“Aku?” Lan Xin menunjuk dirinya sendiri dengan heran.
Boss mengangguk.
Jika bukan karena Lan Xin yang menarik seluruh perhatian si Mata Putih, mana mungkin dia tidak melihat layar besar dan melewatkan gambar detail produk.
Sekarang segalanya sudah terjadi, hanya bisa menerima nasib malang.
“Dia tidak akan melaporkan rumah lelang, kan?”
“Tidak, kecuali dia ingin keluar dari dunia identifikasi barang antik.”
Melihat boss dengan tenangnya menggelapkan si Mata Putih, Lan Xin menelan ludah.
“Aku... belakangan ini tidak melakukan hal yang menyinggungmu, kan?”
Boss mendengus. Lan Xin segera memelintir botol air seperti anjing peliharaan yang patuh, meletakkannya di bibirnya dengan sikap merayu.
“Pahlawan, apakah Anda lelah? Ini, minumlah air!”
Boss menoleh dengan jijik, “Aku ingat, tadi ada kucing liar kecil yang bilang aku pemboros di ruang rapat?”
“Siapa? Siapa yang berani mengkritik Anda! Seperti orang tidak normal licik besar ini—bukan, maksud saya, pria genit terpendam yang cerdas dan berbakat seperti Anda, siapa yang berani menyinggung Anda!”
Lan Xin tidak sengaja bicara ceplas-ceplos, melihat Lei Tingyu kembali menyipitkan mata, matanya berkedip-kedip lalu mengangkat gelas dan minum air.
Lei Tingyu menginjak rem saat lampu merah, tiba-tiba bibirnya menutupi bibirnya.
Air hangat mengalir pelan dari bibir harumnya melalui kontak itu.
Kemudian, situasi menjadi tak terkendali.
Berani memprovokasi api pria genit terpendam, harus membayar harga!
Maka, Lan Xin yang awalnya aktif menyerahkan diri berubah menjadi pasif menerima.
Lampu merah berganti hijau lalu merah lagi, berubah 3 kali, mobilnya masih belum bergerak.
Sampai mobil di belakang mulai membunyikan klakxon tak sabar, barulah mereka berpisah.
“Berani menggoda aku, Um?” Dia meliriknya dengan tatapan mematikan ala orang jenius.
Jantung Lan Xin berdebar kencang, tapi dia masih sempat memanfaatkan waktu untuk meniupkan "angin bantal".
