Bab 250 Berusaha Menenangkannya
Lei Tingyu merasakan tubuh wanita dalam pelukannya mengeras, jelas-jelas mengkerut ketakutan.
Tangan di bahunya sedikit mengencang. Lan Xin menatapnya dengan pandangan penuh ketidakberdayaan dan sedikit kepanikan.
Sang kucing ketakutan. Dia tahu dirinya baru saja membuat masalah.
Lei Tingyu memberinya tatapan tegas, menyuruhnya untuk tenang.
"Jika dia tidak layak menduduki posisi istri CEO, lalu ibu tersayang, siapa yang layak menurutmu?"
"Putri keluarga Bai tidak hanya berpendidikan tinggi, tapi juga punya wawasan, bakat, dan strategi dalam menangani berbagai hal. Kau tahu, kedua keluarga kami sudah bersahabat lama."
Bai Xiaonan? Si penerima tatapan sinis yang sering dijahili boss itu?
"Lan Xin akhirnya mengerti mengapa Ibu Lei datang dengan penuh amarah, rupanya untuk mendukung Bai Xiaonan."
"Strategi menghadapi masalah? Bakat dan pengetahuan? Benar, Bai Xiaonan memang sangat hebat, sama seperti ibu, pandai bergaul."
Pengakuan Lei Tingyu membuat Ibu Lei dengan bangga mengangkat kepala, ekspresinya seolah bertanya: Kalau begitu, mengapa masih memeluk perempuan liar itu?
Tapi satu detik kemudian, ucapan Lei Tingyu membuat wajah Ibu Lei pucat pasi.
"Justru karena dia terlalu mirip dengan ibu, makanya aku benci. Aku takut mencari perempuan pintar yang suatu saat bisa menghianati seperti ayah dulu. Ibu paham maksudku, Sang Ibu?"
Kata-kata pedas Lei Tingyu yang tak memberi ampun itu membuat Ibu Lei limbung, hampir pingsan.
Orang bule di sampingnya segera melompat maju, memeluk Ibu Lei sambil panik mengusap dadanya, mengeluarkan botol obat dari saku dan memasukkan dua butir pil ke mulutnya.
"Lex, bagaimana bisa kau bicara seperti itu pada ibumu? Kau tahu jantungnya tidak sehat!"
Orang bule itu menegur Lei Tingyu dengan nada menyalahkan.
Lan Xin bisa merasakan, saat Ibu Lei minum obat, tangan boss mengepal tapi tak maju mendekat.
Mungkin dia sangat khawatir pada ibunya?
Tak ingin melihat ibu dan anak bertengkar karena dirinya, Lan Xin menggoyangkan lengan Lei Tingyu berharap dia mau menenangkan Ibu Lei.
"Tapi boss, seperti membeku oleh es, hanya dengan ekspresi dingin menatap orang bule memberi obat dan menenangkan Ibu Lei. Ibu Lei susah payah menarik napas lega."
"Melihat sorot mata dingin putranya, hatinya sangat sedih."
"Ting Yu, apakah kau masih tak mau memaafkan Ibu? Hubunganku dengan John benar-benar tidak seburuk yang kau bayangkan."
"Bayangan apa? Bukankah kalian berdua berselingkuh saat ayahku terbaring di tempat tidur rumah sakit? Atau kau tidak membawa pria hidung belang pulang dan membuat ayahku mati kesal?"
Setiap kata Lei Tingyu meluncur, wajah Ibu Lei semakin pucat. John memeluknya, berbicara dalam bahasa Inggris dengan cepat kepada Lei Tingyu.
"Cukup! Ibumu sudah sangat menderita, jangan kau terus memprovokasinya!"
"Ini urusan ibu dan anak, kau ini siapa berani ikut campur?"
"Lex, aku ayah tirimu, seharusnya kau—"
"Ayah tiri yang hanya 5 tahun lebih tua? Haha, aku tak mengakui. Ibu boleh tinggal, kau—pergi keluar!"
"Lei Tingyu, kau benar-benar Iblis! Aku ibumu, ibu kandungmu!" Ibu Lei hampir mati karena marah.
Saat mendengar ibunya menyebutnya Iblis, wajah Lei Tingyu tetap datar, sorot matanya bahkan menyimpan sinisme.
"Bukankah pencapaianku hari ini berkat 'jasa'-mu?"
Ibu Lei langsung menunjukkan perubahan ekspresi.
"Aku dan John akan menginap di hotel. Besok, setelah emosimu stabil, kami akan kembali."
"Kembali ke kamar, Lan Xin gemetar ketakutan, menatap boss yang bermuka penuh kekuatan membunuh, sepertinya sangat marah."
"Datanglah!"
Dia duduk di ranjang, Lan Xin segera berlari mendekat. Boss agak kasar menariknya untuk duduk di pangkuannya sendiri, lalu menyentuh wajahnya dengan tangan.
"Sakit?"
"Tidak, tidak apa-apa. Seperti digigit nyamuk saja."
Sebenarnya agak sakit, tapi Lan Xin tidak berani mengaku. Lei Tingyu sekarang jelas-jelas sedang marah, dia tidak ingin menambah amarahnya.
Tahu bahwa dia berbohong, boss berdiri dan pergi ke dapur membuat kompres es kecil, lalu menempelkannya di wajah Lan Xin.
Lan Xin mengerenyit karena dingin. Boss masih belum reda amarahnya, wajahnya tetap masam.
Dia tahu kemarahannya bukan ditujukan padanya, tapi tetap merasa bersalah.
"Maaf, ini semua salahku. Aku terlalu bodoh, tidak menanyakan siapa tamu itu sampai menyebabkan masalah besar, membuat Ibu tidak senang, sampai kalian bertengkar..."
"Diam!"
Mood boss saat ini benar-benar buruk.
Ibunya memukul kucingnya tepat di depan matanya, bahkan membawa pulang pria yang paling dibencinya.
Melihat Lan Xin mengompres wajahnya sambil bertanya dengan penuh kewaspadaan, Lei Tingyu luluh dan melambaikan tangan.
"Keluar dan masaklah. Aku ingin ketenangan."
Saat ini dia sangat mudah kehilangan kendali, tidak ingin melampiaskan kemarahan pada dirinya.
Lan Xin segera berdiri dan buru-buru keluar.
Kesigapannya yang berlebihan membuat sorot mata Lei Tingyu sedikit melengkung dingin.
“Dia memang orang seperti itu, bahkan ibu kandungnya sendiri pun menghindarinya, apalagi Lan Xin.”
“Lan Xin biasanya bisa bercanda dan bertingkah di depannya, tapi saat dia marah, tetap ada rasa takut.”
“Lei Tingyu sebenarnya sudah lama tahu, tapi kaburnya Lan Xin di saat suasana hatinya sedang buruk tetap membuatnya kesal.”
“Meski, ini memang syarat yang dia ajukan sendiri.”
“Tapi boss adalah pria yang sangat bersitegang. Dia tidak ingin Lan Xin menjadi sasaran pelampiasan amarahnya, tapi saat dia benar-benar pergi, api kemarahan tak berdasar kembali membara di hatinya.”
“Dengan geram dia berdiri, membelakangi jendela.”
“Tak sampai tiga menit, derap langkah terdengar dari belakang. Apakah si kucing liar itu kembali?”
“Apakah dia tidak takut lagi padanya?”
“Lei Tingyu berbalik badan, tapi penampilan Lan Xin yang membawa berbagai bungkusan membuatnya tak tahu harus berkata apa.”
“Apa yang sedang kamu lakukan?”
“Lan Xin membawa puding dingin dengan es di tangan kiri, tas kertas di tangan kanan, helm di kepala, dan yang lebih menggelikan - pentungan duri plastik berisi udara terpasang di punggungnya!”
“Dia meletakkan semua barangnya, memandang Lei Tingyu dengan pandangan merayu.”
“Aku tahu kau suka menghantam barang saat marah. Dulu kupikir kita sudah bercerai jadi tak pantas ikut campur. Tapi sekarang kita suami-istri legal yang punya sertifikat, segala sesuatu di rumah ini juga ada hakku.”
“Jadi?” Entah mengapa, melihat barang-barang yang sudah dipersiapkan ini, amarah boss sudah setengah mereda.
“Jadi kucari cara lain. Aku paham, amarah pria itu seperti telur ayam betina - kalau tidak dikeluarkan akan bikin sesak——”
"Kamu cari pukulan?" boss berkata dengan wajah muram.
Perumpamaan jelek macam apa ini!
"Jangan dipusingkan detailnya ya, sejak kamu bilang aku ini istri legalmu, aku nggak boleh biarin kamu marah-marah hancurin barang di rumah. Semua barang disini ada bagianku juga! Jadi kalau kamu benar-benar marah, aku bisa bantu menenangkan!"
Apa artinya 'Bersiap sebelum hujan, sedia payung sebelum hujan'?
Lan Xin benar-benar mengagumi kecerdasannya sendiri.
Karena trauma psikologis akibat beberapa kali ledakan amarah boss sebelumnya terlalu besar, hal pertama yang dilakukannya setelah hubungan mereka resmi adalah belanja online barang-barang ini. Sekarang akhirnya bisa digunakan!
Percuma saja kalau begini masih nggak bisa bikin dia baikan!
