Bab 254 Jika Kau Tak Mengkhianatiku, Aku pun Tak Akan Meninggalkanmu
Termasuk dirinya, perlakuan Lei Tingyu sebelumnya padanya, Lan Xin sekarang berpikir dirinya pun tak layak dikasihani.
Jika dulu dia tidak memprovokasi batas toleransinya dan berusaha mati-matian untuk bercerai, apakah Lei Tingyu akan terus merencanakan tipuannya?
"Aku selalu percaya setiap orang harus membayar konsekuensi perbuatannya. Kalau mereka berani mengganggumu, mengapa masih menyalahkan balas dendammu?"
"Jika suatu hari aku memperlakukanmu seperti ini, takkah kau takut?"
“Aku rasa meski kau mudah gila, tapi kegilaannya cukup berkelas——Auuu, jangan pukul kepalaku!”
Lan Xin menutupi kepala yang baru saja dipukulnya, "Kalau aku tidak mengkhianatimu, apa kau akan menyakitiku?"
Dia menggelengkan kepala.
Lan Xin mengangkat bahu.
“Nah itu kan? Selama aku tidak melanggar batas dasarmu, kau juga takkan tegas padaku. Meski sesekali kau memukul kepalaku dengan sikap tak normal, mencubit pipiku, memukul pp-ku, bahkan menyebut Monchhichiku gorila – semua ini masih bisa kutahan.”
Di saat seperti ini masih memikirkan gorila yang begitu jelek... Tunggu, bukan gorila, lalu apa namanya?
Boss berpikir sejenak.
“Landak?”
Mata Lan Xin berbinar.
“Lihat, kau sudah ingat! Inilah Hidup! Tak ada pasangan suami-istri yang tak pernah bertengkar. Tapi setiap pertengkaran membuat kita saling lebih paham. Bahkan kau yang tak bisa membedakan landak dan gorila, sekarang sudah ingat Monchhichi itu landak. Mengapa kita tak bisa saling toleransi dan mencoba saling memahami?”
“Mungkinkah kita harus seperti di sinetron – kau mendendam 10 episode, aku menyiksamu 10 episode, kejar-kejaran penuh kesoksucian, membuang-buang perasaan dan menunda alur cerita, apa maksudnya?”
Perumpamaannya selalu Hancur dan tanpa logika, tapi selalu tepat menusuk hatinya, membuat tembok es itu perlahan mencair.
“Singkatnya, jika kamu adalah Iblis Lucifer, maka aku adalah istrinya. Namanya apa ya? Lilith, apakah nama itu? Entahlah, yang penting kita suami istri kompak, menghabisi orang-orang yang mengusik kita. Tapi ada satu syarat——”
Dia langsung menatapnya.
“Aku bisa menerima semua sikapmu di luar, tapi jangan kau terapkan sikap dingin dan kecurigaanmu pada orang lain kepadaku. Jika kamu tidak mengkhianatiku, aku pun takkan meninggalkanmu.”
Lei Tingyu menatapnya beberapa detik. Lan Xin tak tahu apakah sorot mata dalam yang sulit ditebak ini menunjukkan kepercayaan atau kecurigaan padanya.
Ia berharap mendapat jawaban pasti darinya.
Tapi tidak ada.
“Tidurlah. Bangun, aku ajak kamu makan.”
Ia kembali pada wujud aslinya yang penguasa segalanya, seolah versinya yang tak terkontrol tadi tak pernah ada.
Lan Xin sedikit kecewa. Ia paham, Tingyu tak mau berkomitmen – masih belum sepenuhnya mempercayainya.
Tapi tak apa. Waktu akan membuktikan segalanya.
“Meski seluruh Dunia mengkhianatimu, aku tidak akan.” Bisiknya sambil memeluk pinggangnya sebelum tidur.
Dalam hati, ia bertekad air matanya tak akan sia-sia.
Siapa yang melukai bos, siapa yang mengubahnya menjadi Bing Shan, dialah target kemarahannya.
Jadi, ibu mertua gabungan Pan Jinlian & Niu Rong generasi ini – tunggulah sampai aku bangun. Hmm... stamina bos benar-benar hebat. Ngantuk, tidur dulu.
“Lan Xin berjasa 'mendinginkan api', tidak diizinkan memasak di rumah, kami berdua makan di luar.”
Lan Xin melihatnya dengan wajah ramah, seolah melupakan ketidaknyamanan yang pernah ditimbulkan ibunya. Ia pun bertanya dengan penuh dugaan:
“Maukah kau mengadakan jamuan penyambutan untuk ibumu?”
“Terserah kamu.”
Lan Xin berpikir sejenak, menggelengkan kepala, lalu dengan serius menghitung-hitung jarinya.
Boss mengangkat alis. Apa lagi yang direkayasanya?
“Tidak boleh. Di bulan ini ada Hari Penghematan Dunia, kita harus merespons seruan untuk tidak menyia-nyiakan sumber daya. Batalkan saja pesta. Besok aku akan masak sendiri, tanyakan padanya mau pulang atau tidak. Kalau tidak, bahan makanan juga bisa dihemat.”
Boss menjentikkan keningnya. “Nakal!”
Mana ada Hari Penghematan Dunia? Asal ngomong saja.
Lan Xin menjulurkan lidah.
Setelah penjelasan Boss, ia secara naluriah menggolongkan Ibu Lei ke dalam kategori “tidak perlu dihormati”.
Perempuan itu telah membuat Boss menderita sedemikian rupa, juga mengubah karakter Boss menjadi seperti sekarang. Ia takkan pernah menghormatinya sebagai senior. Tunggu sampai dia benar-benar berubah dan baik pada Boss dulu!
Melihat ekspresi ramah Boss, ia bertanya penuh dugaan: “Bolehkah aku menentukan kadar sopan-santunku sendiri?”
“Terserah kamu.”
Tiga kata itu lagi. Tapi Lan Xin merasa tenang. Boss sedang memberi tahu bahwa apapun tindakannya tak masalah. Jadi lebih mudah.
Sepertinya musuh memang tak bisa dihindari. Saat mereka hendak masuk ke restoran, tak disangka bertemu Ibu Lei dan Bai Xiaonan yang sedang berjalan berdampingan.
Melihat Lei Tingyu dan Lan Xin, wajah Ibu Lei menunjukkan kemarahan.
"Anak durhaka ini, setelah bertengkar dengan ibunya sendiri, bahkan tidak mengatur jamuan penyambutan untukku, berani membawa perempuan tak tahu aturan itu datang ke sini."
Bai Xiaonan yang cukup peka segera maju.
"Ting Yu, Ibu barusan bilang mau meneleponmu untuk datang. Tak disangka kebetulan sekali, jadi tak perlu aku telepon lagi. Mari kita makan bersama."
Dalam hati, Ibu Lei merasa puas.
Pantas disebut gadis terpelajar, cara bicara dan tindakannya sangat proporsional, memberi Lei Tingyu 'anak tangga' untuk turun, sekaligus tidak membuat Ibu Lei terlalu canggung.
Tapi Lei Tingyu sama sekali tidak ingin menggunakan 'anak tangga' ini.
"Tempat ini tidak bagus, kita ganti lokasi lain."
Bai Xiaonan yang melihatnya mengabaikan dirinya langsung berubah pucat, sementara Ibu Lei hampir tak bisa menyembunyikan kemarahannya.
"Lei Tingyu, apakah menemani ibumu sendiri makan satu kali saja begitu sulit?" Suara Ibu Lei semakin tinggi.
Lan Xin segera merasakan aura penolakan yang menyelimuti Lei Tingyu, menarik lengan bajunya dan menggelengkan kepala.
Jangan marah karena orang lain. Aku akan sedih, ini tidak layak.
Merasakan sorot mata penuh kecemasan Lan Xin, raut wajah Lei Tingyu sedikit melunak.
"Kamu mau makan?" boss bertanya pada Lan Xin.
Ibu Lei dan Bai Xiaonan serentak murka.
Lei Tingyu sama sekali tidak memberi mereka muka. Maksudnya, jika Lan Xin mau makan, maka masuk. Jika Lan Xin tidak mau, maka tidak.
Lan Xin memandangi Ibu Lei dan Bai Xiaonan, meski melihat orang yang tidak disukai makan sangat melelahkan, tapi tatapan penuh kebencian mereka membuatnya mengubah keputusan.
"Steak di restoran ini enak sekali, ayo masuk dan makan."
Lan Xin membenci mereka, tapi pasti mereka juga akan kehilangan selera makan saat melihatnya?
Bukan hanya kehilangan selera, sekilas pandang saja sudah cukup!
Ibu Lei dan Bai Xiaonan yang duduk berseberangan dengan Lei Tingyu dan Lan Xin sama sekali tak berselera.
Hanya Lan Xin yang makan dengan lahap, Lei Tingyu pun hampir tak menyentuh makanannya karena kurang suka dengan menu di sini.
Tapi boss tidak diam saja, dengan anggun memotong steaknya menjadi potongan rapi berukuran sama sempurna, lalu menukarnya dengan Lan Xin sambil terus memotong fillet ikannya.
Gerakan halus ini di mata Ibu Lei dan Bai Xiaonan adalah bentuk provokasi terselubung.
