Bab 261 Cinta yang Menghancurkan Jika Tak Bisa Memiliki: Bagaimana Pandangan Cinta Seperti Ini?
“Bagaimana jika Mu Feng tetap tidak menyukai Shishi?”
“Hancurkan dia, bakar semuanya. Jika tidak bisa hidup bersama, setidaknya mati dan dikubur bersama.”
Lan Xin tiba-tiba menggigil. Untuk apa boss memiliki dendam sekuat ini yang sepertinya ditujukan padanya...
Saat mengucapkan ini, dia sangat serius, tidak seperti bercanda. Menghancurkan yang tak bisa dimiliki, sungguh pandangan cinta yang mengerikan.
Lei Tingyu mengetuk kepala wanita itu.
“Jangan langsung kabur saat ada masalah. Itu solusi terburuk. Jika Jin Shishi punya nyali keluarga Jin, seharusnya kembali dan bicara baik-baik dengan Mu Feng. Hasil dialog terbuka paling hanya dua kemungkinan.”
Lan Xin menatapnya dengan tatapan penuh harap, menunggu analisis sang ahli.
"Kalau Mu Feng si orang tak berguna itu IQ-nya normal, pasti dia akan membujuk adik bodohmu untuk pulang. Kalau dia benar-benar tolol tak tertolong, tidakkah kalian berdua perempuan bodoh ini berpikir, apakah Keluarga Jin butuh sedekah orang lain? Kalau mau putus, harusnya Jin Shishi yang memutuskan dia. Apa haknya dia untuk arogan?"
Jika Shishi benar-benar menunjukkan tekad, Mu Feng tidak punya cara untuk memaksanya melakukan hal yang tidak disukai.
Dalam pandangan Boss Lei, kasus kecil seperti ini sama sekali tidak layak membuat kucingnya overthinking.
"Kalian perempuan selalu membesar-besarkan percintaan. Cinta itu apa? Bisa dilihat? Bisa diraba? Aku tidak paham apa yang kalian pikirkan. Kalau suka, pertahankan dia dengan segala cara. Kalau tidak suka, hancurkan dia dengan metode paling kejam."
Di satu sisi mencintai, di sisi lain sok suci mempertanyakan apakah pihak lawan mencintai diri sendiri. Lebih memilih kabur membawa anak daripada berani menghadapi, bahkan tidak mau mencoba sama sekali. Menurut bos, ini pandangan cinta paling bodoh dan sepihak.
"Bicaranya seolah kau pernah mengalaminya..." Pandangan cinta Lei Tingyu yang "kalau suka direbut, kalau tidak bisa dihancurkan" membuat Lan Xin merasa ini sesuatu yang ajaib.
Boss Lei diam-diam meliriknya. Tiba-tiba Lan Xin menangkap sesuatu yang sekejap di matanya.
Detak jantungnya sedikit meningkat.
"Apa... kau pernah punya perempuan yang disukai, jenis yang kalau tidak bisa dapat langsung dihancurkan?"
Lei Tingyu mengalihkan pandangan darinya.
Ruangan tenggelam dalam keheningan.
Lama sekali, baru dia menjawab.
"Ada."
Lan Xin merasa darahnya hampir membeku, Tepat seperti dugaannya... Saat boss mengatakan semua itu tadi, di kepalanya memang ada gambaran nyata.
"Siapa?"
Kali ini, diamnya lebih lama dari sebelumnya, begitu lama sampai Lan Xin mengira dia sudah tertidur.
"Tidurlah." Boss mengusap rambutnya.
Masih tidak mau memberitahunya... Lan Xin merasa kecewa, Tiba-tiba, kilasan inspirasi muncul di benaknya.
"Apakah itu kotak besi kecil di brankasmu?!"
Boss langsung siaga, berdiri sambil melototi dia.
"Bagaimana kau tahu tentang kotak itu?"
Nada bicara penuh tuntutan ini membuat Lan Xin tidak nyaman, Sudah lama dia tidak berbicara seperti ini padanya.
"Waktu itu di perusahaan, aku tidak sengaja melihatnya."
"Kau membukanya?"
Suara dinginnya membuat Lan Xin merasa, seandainya dia mengiyakan, boss akan Bertindak mencekiknya.
"Aku tidak."
"Jangan sentuh barang-barangku lagi." Ucapnya menusuk bagai es.
"..." Lan Xin merasa hatinya tertusuk sesuatu.
Tidak terlalu sakit, tapi sangat dalam, menusuk sampai ke kedalaman jiwa.
Apakah dia masih... tidak menganggapnya sebagai orang penting?
Sekarang, belum saatnya. Tangan boss menempel di perut kecilnya yang lembut.
Lan Xin dengan Prak! mendorong tangan di perutnya.
"Jauhkan!"
"Berani kau!"
"Ini perutku!" Lan Xin sangat murka karena perbuatannya tadi.
"Seluruh dirimu adalah milikku!" Boss lebih arogan dari dirinya.
“Lan Xin hampir tak berdaya menghadapi kelakuan tak tahu malunya, ”Lei Tingyu, apa kamu masih punya akal sehat? Barangmu adalah milikmu, aku tak boleh menyentuh. Milikku juga jadi milikmu, kamu bisa seenaknya menyentuh?”
“Ini benar-benar perampok!”
“Apakah kamu, baru pertama kali mengenaliku?”
Maksud tersiratnya, sejak hari pertama pun dia sudah seperti ini!
Mental tak tahu malu yang malah bangga akan perilaku memalukan ini membuat Lan Xin tak kuasa mengkritik.
“Lei Tingyu, bisakah kamu sedikit lebih rasional?”
“Rumah adalah tempat untuk berdebat?”
Jika benar-benar berdebat secara logis, hal-hal yang pernah dilakukan kucing ini padanya mana satu pun cukup membuatnya menghajarnya berulang kali?
Dalam hal retorika Lan Xin kalah, tapi tetap merasa ada yang janggal.
“Mengapa setiap ucapanmu terdengar benar, tapi selalu terasa aneh ketika diaplikasikan di situasi seperti ini?”
Inilah yang disebut pengalihan konsep dalam legenda. Tentu saja sang bos tak berniat memberitahunya. Meski tak paham, Lan Xin secara diam-diam mulai mempelajarinya di hari-hari berikutnya.
“Cepat tidur, besok sore ada persiapan jamuan keluarga.”
“Oh ya, jangan lupa undang ibumu Siluman Gunung Hitam itu~” Lan Xin teringat.
Boss Lei pura-pura tak mendengar komentar tak sopannya.
“Kak, jamuan keluarga kalian, apa pantas aku ikut?”
Shishi dengan celemek Patrick Star dan Lan Xin si SpongeBob, menjadi pasangan yang serasi.
“Ini bukan makan gratis, kamu harus bekerja! Bantu aku mencuci sayuran.”
Lan Xin menyodorkan seikat kubis ke tangannya.
Pagi-pagi, kedua kakak beradik pergi membeli sayur bersama. Boss berangkat kerja, katanya sore nanti ibunya akan datang.
"Ibu mertuamu, orangnya seperti apa?" tanya Shishi.
Lan Xin berpikir sejenak, akhirnya menemukan cara penyampaian yang relatif halus.
"Keberangkatan selain jauh hanyalah kekosongan."
Perempuan humaniora memang beda, baru buka mulut langsung mengutip puisi Haizi. Shishi yang dibesarkan di luar negeri sebagai ABC sama sekali tak mengerti.
"Maksudnya... apa?"
Lan Xin menepuk bahunya dengan penuh makna, "Pemuda zaman sekarang, meski dibesarkan di luar negeri, harus paham budaya puisi yang dalam dari tanah air."
"Kemampuan bahasa Mandarinku cuma sebatas percakapan. Puisi terlalu sulit, ajarilah aku." Shishi menggoyang-goyangkan lengan Lan Xin.
Rupanya tak hanya ipar yang misterius. Kakak sendiri kalau bicara juga rumit nan membingungkan.
Meski tak paham, tapi terlihat sangat sakti.
Lan Xin memegang pisau dapur di satu tangan dan seekor udang raksasa di tangan lainnya.
Membentuk pose seperti hendak maju bertempur.
"Sebenarnya, puisi ini juga tak kumengerti. Dari pertama kali baca sampai sekarang masih bertanya-tanya, benar-benar tak paham maksud Haizi."
Shishi terkejut oleh kelakuan anehnya yang serius, kubis jatuh dari tangan ke kaki hingga membuatnya menyipitkan mata kesakitan.
"Kak, bisakah kau jangan bertingkah aneh begini?" Dia kan sedang hamil, menyiksa ibu hamil seperti ini pantaskah!
“Aduh, lihatlah daya tahan psikologi level ini darimu, jauh kalah dibanding Boss Lei.”
Lei Tingyu mungkin sudah terbiasa dengan jalan pikirannya yang aneh, sehingga sangat sulit memprovokasi Lei yang licik, tapi menggoda Shishi yang polos tetap menyenangkan~
Lan Xin akhirnya mengerti mengapa bos sengaja atau tidak sengaja menggoda dirinya.
Menghancurkan orang yang IQ-nya lebih rendah darimu, benar-benar membahagiakan ya.
Memungut sayuran dan meletakkannya kembali di bawah keran air untuk dicuci, barulah Lan Xin menjelaskan dengan serius.
"Justru karena tak mengerti, untuk apa mengubah kalimat sederhana menjadi berbagai rumit nan membingungkan? Jadi setiap bertemu orang tak bisa kupahami, kugunakan kalimat tak bermakna tapi sangat sok* ini untuk menggambarkannya."
