Bab 266 boss jelas-jelas memihak
Sebelum Shishi bicara, Bai Xiaonan masih merasa bangga karena pakaiannya lebih mewah dari Lan Xin. Tapi sekarang terlihat jelas, Lan Xin dan Lei Tingyu memakai sweter pasangan merek yang sama.
Ronde pertama, Bai Xiaonan terpojok. Tapi dia cepat mengumpulkan kembali niatnya, mendekati Lei Tingyu, dengan haligus menyikut Lan Xin ke pinggir, lalu bertanya dengan penuh kelembutan.
"Meski sekarang sudah musim gugur, tapi suhu masih cukup tinggi. Apa tidak terlalu berat untukmu?"
"Masih lumayan." jawab boss singkat dan jelas.
"Saat di luar negeri, aku sesekali juga BBQ bareng orang. Bagaimana kalau aku bantu?"
Setelah berkata demikian, Bai Xiaonan kembali melontarkan ucapan bernada jahat ke Lan Xin.
"Lan Xin, kamu benar-benar tidak bisa menyayangi orang. Tingyu sibuk seperti ini, kamu malah makan di pinggir?"
"Nada bicaranya terdengar seperti bercanda, tapi setiap kata mengandung pisau di balik senyuman."
Ini jelas sengaja menggambarkan Lan Xin sebagai pribadi yang tidak pengertian. Ibu Lei dari kejauhan mengamati lalu mengangguk puas.
"Bagus, pantas putri kaum bangsawan, setiap ucapan tak tersentuh cela."
"Benar juga, sejak kecil hingga dewasa mana mungkin Tingyu melakukan hal seperti ini. Istri ini benar-benar tidak bisa merawat orang, mana mungkin saya bisa tenang."
Lan Xin dikeroyok oleh dua orang ini. Baru hendak membantah, tiba-tiba mendengar boss ikut menyambung.
"Um, dia memang tidak bisa merawat orang."
Sambil berkata demikian, kipas di tangannya disodorkan ke Bai Xiaonan. Melihat nada bicara Lei Tingyu yang tidak terlalu dingin, Bai Xiaonan girang bukan main.
Cepat-cepat menerima kipas, Lei Tingyu berdiri di samping. Dengan santai ia memeluk bahu Lan Xin, lalu berkata rileks:
"Karena Nona Bai rela melayani semua, kami bisa beristirahat sebentar."
"Byur..." Shishi berusaha menahan tawa tapi gagal.
Wajah muram Lan Xin pun seketika cerah.
Boss memeluknya menuju meja makan. Di tengah jalan, Lan Xin berbisik:
"Tingkat ketegeasanmu memang tak tertandingi."
Boss meliriknya, "Berani-beraninya meragukan aku? Nanti malam kuhabisi kamu."
Shishi mengikuti di belakang mereka, menengok ke belakang. Bai Xiaonan berdiri di depan panggangan barbekyu dengan wajah pucat pasi, penampilannya yang muram dipadu asap mengepul dari panggangan menciptakan kesan komikal yang tak terduga.
Persaingan sengit di keluarga kaya seperti ini sudah sering Shishi lihat sejak kecil, tapi ini pertama kalinya dia menyaksikan pria bisa memainkan peran sepenting ini di medan tempur yang biasanya didominasi perempuan.
"Satu kalimat langsung membunuh, ipar memang sakti ya..."
Ketiga orang itu duduk. Ibu Lei yang awalnya merasa unggul, kini merasakan sesak di dada yang tak tertahankan.
"Ting Yu, bagaimana bisa kau menyuruh tamu membantu? Hal-hal seperti ini biarlah Lan Xin yang mengerjakannya."
Dia mengajak Bai Xiaonan datang untuk bersama-sama mengeroyok Lan Xin, tapi bagaimana bisa satu kalimat putranya langsung mengubah Bai Xiaonan jadi pelayan?
"Lan Xin terlalu bodoh, tak bisa melakukan apapun dengan benar. Bukankah Nona Bai wanita paling hebat dalam hati Ibu? Pasti mudah bagimu melakukan ini semua."
Lei Tingyu mengambil sejata tusuk sate dan memaksakannya ke tangan Lan Xin.
"Si Pecinta Makanan, hanya bisa makan saja."
Sekilas terlihat seperti mencela Lan Xin, tapi semua orang bisa mendengar keberpihakan dalam nada bicaranya.
Saat ini, hati Ibu Lei benar-benar kolaps.
Seumur hidupnya dia terbiasa berdebat dengan perempuan-perempuan yang menggunakan taktik jarum tersembunyi dalam kapas, saling serang dengan sopan. Tapi kenapa Lei Tingyu sama sekali tidak mengikuti pola itu?
Di mana trik standar yang seharusnya?
Kini Bai Xiaonan yang terjebak dalam situasi sulit, seperti mengubur dirinya sendiri.
Berdiri di depan pemanggang yang berasap dan panas, tapi tidak boleh kehilangan kendali, toh dialah yang mengajukan diri untuk menggantikan Lei Tingyu.
Tapi dalam bayangannya, bukankah Lei Tingyu seharusnya tetap tinggal untuk membantunya menyodok bumbu? Itu kan tata krama dasar!
Lan Xin mengunyah daging yang disodorkan boss, dalam hati bergumam.
Untunglah, aku tidak sepintar Bai Xiaonan.
Bergaul dengan orang seperti boss, memang tidak boleh terlalu pintar.
Akhirnya Lan Xin, Shishi, dan boss makan dengan lahap, sementara Nyonya Lei dan Bai Xiaonan sangat kesal.
Sedangkan John yang hanya numpang datang dari awal sampai akhir, hanya punya satu pikiran.
Benar-benar lapar...
Di bawah kondisi boss yang jelas-jelas memihak, akhirnya berakhirlah Perjamuan Hongmen yang penuh suka dan duka.
Lan Xin dan Shishi tinggal membereskan kekacauan, sementara Lei Tingyu dan rombongan Nyonya Lei duduk di ruang tamu, entah membicarakan apa.
"Kak, aku sudah mengerti."
"Apa?" Lan Xin masih meresapi penampilan boss tadi.
"Aku kedepannya harus mencari pria seperti kakak ipar."
"Kenapa? Kamu juga punya kecenderungan menyiksa diri?" Lan Xin mengira hanya dirinya yang punya selera aneh suka memeluk gunung es.
"Aku merasa bukan wanita yang pintar, jadi ingin cari pria yang bisa seperti kakak ipar, bisa melindungi dari badai."
Pada momen ini, pandangan cinta Shishi mulai berubah.
Rupanya, keluarga kaya dan hubungan asmara bisa mencapai keseimbangan seperti ini.
"Cinta ternyata memiliki puluhan juta bentuk, yang pernah dilihatnya hanyalah salah satunya. Hanya tinggal sehari di tempat Lan Xin, Shishi justru memahami banyak hal."
"Sebenarnya, menurutku kamu harus terbuka dan jujur, bicarakan dengan Mu Feng. Apapun keputusanmu untuk melanjutkan hubungan dengannya, dia tetap ayah sang bayi. Menghindari masalah bukan pilihan yang baik."
Perkataan Lan Xin terhenti mendadak, pandangannya tertancap pada pria di luar pekarangan.
Mungkinkah ini yang disebut "saat menyebut Cao Cao, Cao Cao langsung datang"?
Shishi mengikuti arah pandang Lan Xin, Mu Feng berdiri di luar pagar rumah.
Lan Xin menyemangati dengan mendorong bahu Shishi, memberi isyarat agar jangan lari.
Shishi ragu-ragu melirik Lan Xin. Saat melihat Mu Feng, di hatinya ada sedikit perubahan emosi. Baru setelah melihat kode semangat dari Lan Xin, dia maju dengan tenang.
Memandang Shishi menghampiri Mu Feng, Lan Xin tersenyum lalu berbalik masuk ke dalam rumah.
Setiap orang menghadapi hidupnya sendiri, dia pun harus berurusan dengan ibu mertua yang tak menyukainya.
"Shishi, kenapa kamu di sini?"
Kedatangan Mu Feng kali ini sebenarnya untuk menemui Lan Xin, memintanya memikirkan lagi di mana mungkin menemukan Shishi.
Tak disangka, justru di sini dia bertemu Shishi.
Lagipula, kenapa dia memakai celemek? Sejak kapan hubungannya dengan Lan Xin jadi begitu akrab?
"Mari kita bicara, Mu Feng. Aku ingat di tengah kompleks ini ada paviliun terbuka, ke sana yuk?"
“Shishi berusaha terlihat tenang. Selama berinteraksi dengan Lan Xin, dia belajar banyak.”
“Sepertinya, ada yang berbeda dengannya?” Mu Feng merasa Shishi sekarang bukan lagi wanita yang selalu mengelilinginya dan mudah tersipu.
Keduanya berjalan menuju paviliun dan duduk sejajar.
“Aku sudah mencarimu lama, mengapa kamu di sini bersama Lan Xin?” Mu Feng memulai pertanyaan.
“Ada beberapa hal yang belum bisa kupahami sebelumnya, jadi aku ingin menyendiri. Mu Feng, meski kamu tidak mencariku, aku akan mencarimu.”
“Mengenai anak dalam kandunganmu, sudah kupikirkan. Selagi perutmu belum membesar, aku akan menemanimu kembali ke Negara E dan menjelaskan langsung pada ayah. Kita harus segera menikah.”
Mu Feng sudah memikirkan ini matang-matang, ini adalah tanggung jawab yang tak bisa dielakkan.
Karena Shishi menyukainya dan mereka sudah memiliki bayi, pernikahan adalah pilihan terbaik.
Tapi kali ini, naskah tidak berkembang sesuai harapannya.
“Aku tidak ingin menikah, Mu Feng. Inilah yang ingin kusampaikan padamu.” Shishi berbicara dengan berani.
