Bab 271 Pemuda, Tanpa Pukulan Hati Akan Tetap Polos
"Jangan pedulikan dia. Dia akan baik-baik saja setelah marah-marah. Bibi Chen, sudah sampai episode berapa? Malam ini kita janjian, memanggang kudapan sambil nonton? Aduh, katanya ada adegan renang Sang Zirui malam ini?"
"Bagus..." Bibi Chen merasakan hawa dingin terus menerus dari belakang, tidak perlu diragukan lagi, AC ini berasal dari Tuan muda yang sedang mengeluarkan energi dinginnya!
"Eh, aku sibuk sekali malam ini, kau temani saja Tuan muda ya!"
Sekutu sudah memperingatkan seperti ini, masih ada orang bodoh yang tidak mengerti.
"Dia kan sudah dewasa, mengapa harus aku temani? Saat kami memanggang kue, berikan sebagian padanya, habis makan pasti dia akan mencari aktivitas sendiri."
Bibi Chen memandang Lan Xin dengan penuh kasihan, membuat Lan Xin bingung.
"Bibi Chen, matamu kenapa berkedut-kedut?"
Bagus, bukan cuma memuji pria lain, tapi juga berusaha menghadiahinya dengan "sisa makanan".
Boss tersenyum tipis pada Lan Xin.
Tibalah waktu drama berlebihan, Lan Xin antusias menggendong kotak kue mendekat.
Layar TV tiba-tiba gelap.
"Ada masalah apa? Kok bisa rusak?"
Bibi Chen diam lama, memandang biang keladi dalam diam.
"Tidak apa, kalau TV kabel bermasalah, kita masih punya jaringan internet~"
Lan Xin menepuk-nepuk laptop kecilnya.
Bibi Chen tetap diam, pemuda zaman sekarang, tanpa penderitaan tidak akan menjadi dewasa!
"Hah? Internet juga hilang? Aku akan telepon teknisi!"
"Nyonya muda... Menurutku, lebih baik kau kembali ke kamar dan temui Tuan muda."
Boss yang membuat semua ini rusak bersamaan, berapa pun teknisi kau panggil, percuma saja!
Maka Lan Xin menggendong laptopnya, menyusuri setiap ruangan mencari Lei Tingyu.
Rumah keluarga Lei benar-benar sangat besar, meskipun halamannya memiliki lanskap taman bergaya Tiongkok, namun bagian utama rumah dibangun kemudian dengan total 4 lantai.
Lan Xin menelusuri setiap lapisan demi lapisan, tapi sama sekali tidak menemukan jejak sang boss.
Setelah berlari mengelilingi halaman, akhirnya menemukan boss yang sedang berenang di kolam renang.
Malam awal musim gugur ini tidak terlalu dingin, tapi juga tidak terasa hangat.
Boss dengan percaya diri memamerkan definisi otot perutnya, mengenakan celana renang hitam yang melesat di dalam air.
Lan Xin hendak memanggilnya, tapi tanpa sadar terpana oleh keperkasaannya.
Meski sering melihatnya tanpa baju... memalukan~
Tapi dari sudut pandang ini, tetap terlihat sangat tampan. Otot-ototnya tidak berlebihan, namun setiap lekuk tubuhnya terlihat proporsional - hasil latihan rutin yang konsisten.
Akhirnya ia menopang dagu sambil berjongkok di tepi kolam, menikmati pemandangan pria tampan itu dengan leluasa.
Sebenarnya boss sudah menyadari kehadirannya sejak awal.
Tapi pura-pura tidak melihat, sengaja berenang bolak-balik beberapa putaran sebelum akhirnya naik ke darat.
Pemandangan menggoda ini membuat Lan Xin menelan ludah berkali-kali, lama baru menemukan sebuah puisi yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini - bukti latar belakangnya sebagai lulusan humaniora:
"Sang selir muncul dari permandian dalam siluet samar, jubah sutra tipis separuh menutupi dada."
Begitu menginjakkan kaki di darat, boss langsung mendengar seseorang yang berusaha pamer pengetahuan meski tak berpendidikan.
"Kau membandingkanku dengan puisi tentang perempuan?"
"Ini cuma perumpamaan! Imajinasi harus diberi sayap biar bisa terbang!"
"Dendam lama dan baru, mari kita hitung bersama," mata boss berkedip, wanita yang telah membuatnya kesal seharian belum menyadari malapetaka yang akan menimpa dirinya.
"Aku sangat mengagumi orang yang bisa gaya punggung dan kupu-kupu! Aku sendiri cuma bisa gaya anjing, kapan-kapan ajarin aku dong?"
Gerakan memamerkan yang sengaja ditunjukkan boss tadi membuat Lan Xin terpesona.
"Mau belajar?"
"Uhuk uhuk!" Bayi rajin mengangguk penuh semangat.
"Bagus." Dengan dorongan kedua tangan boss, Lan Xin yang tidak waspada langsung terlempar ke kolam renang!
Byuur! Percikan air besar terbentuk.
Lan Xin nyaris tenggelam, kolam renang keluarga Lei sangat dalam. Dengan gaya anjingnya, ia berjuang mengapung.
"Lei Tingyu! Gila kau!" Licik sekali! Berani-beraninya mendorong dari belakang!
"Kamu sendiri yang mau belajar. Aku hanya meyakini - Praktik akan membuktikan kebenaran." Boss mengangkat tangan, menatapnya yang terlihat konyol sambil menggapai-gapai di air, hatinya berbunga-bunga.
Bagus! Sudah berani memuji pria lain, masih mau menonton adegan renang pria lain? Pantas!
Melihat sikap tak berperasaan dan penikmat keributan ini, Lan Xin menggapai-gapai ingin berenang ke arahnya. Tiba-tiba ide licik muncul di benaknya.
"Aduh! Kram nih!"
Lei Tingyu yang sejak tadi berdiri di tepi kolam menanti "pertunjukan gaya anjing", langsung terjun ke air.
Beberapa gerakan saja sudah sampai di sisi Lan Xin, langsung memeluknya.
"Suamiiii, aku takut!"
"Tenang, aku di sini."
Boss Lei berusaha keras menyeret Lan Xin ke atas, namun tiba-tiba Lan Xin menekan tangan ke bawah dengan kuat, kepala Boss Lei langsung terbenam ke dalam air olehnya!
Tekan!
"Haha!" Lan Xin yang berhasil menjebak tertawa terbahak-bahak.
Melihat gelembung air muncul di tempat kepala Boss Lei terbenam, Lan Xin merasa sangat puas.
Setelah berbuat onar, dia langsung kabur sambil berenang gaya anjing~
Kemampuan renangnya yang pas-pasan bukan tandingan Boss Lei. Baru dua kali kayuhan, Lan Xin langsung merasa kakinya ditarik kuat!
"Aaa!" Teriaknya ketakutan.
Lei Tingyu yang penuh ampun muncul dari bawah air, Lan Xin langsung tersenyum kecut.
"Aduh, aku... aku cuma main-main sama kamu! Kan kamu bos, bos harusnya jangan pelit gitu dong!"
"Takut? Telat! Tarik napas, bungkam!"
Lan Xin menuruti perintahnya. Tiba-tiba tubuhnya terhuyung saat Boss Lei menyergapnya ke dasar kolam!
Dengan niat balas dendam atas penghinaan terhadap kepalanya yang mulia plus pujiannya pada pria lain, Lei Tingyu membawanya menyelam jauh.
Tak sampai 10 detik, Lan Xin mulai kehabisan oksigen. Dia meronta-ronta ke atas tapi ditahan kuat Boss Lei. Dengan wajah kesakitan, ia menggeleng.
Tiba-tiba bibir Lei Tingyu menutupi mulutnya, bersamaan dengan aliran oksigen yang disalurkan.
Seperti orang tenggelam, Lan Xin rakus menghisap oksigen darinya. Tapi Lei Tingyu malah mengunci bibirnya, terus-menerus menggoda sampai Lan Xin hampir pingsan, baru ditarik ke permukaan.
Kembali ke darat, Lan Xin terjatuh duduk di tanah, terengah-engah dengan tubuh basah kuyup.
boss meraih handuk di samping dan melemparkannya padanya, "Kembali dengan nyanyian sejuk, menginap di Menara Batu."
Di bawah sorot mata marah Lan Xin, dengan santai menambahkan, "Pencapaian sastraku lebih tinggi darimu."
Mendeskripsikan selir kekaisaran seperti itu, sungguh sangat lemah!
Setelah kejadian kolam renang, Lan Xin sangat marah dan tidak mau berbicara dengan boss sepulangnya.
Memulai perang dingin sepihak.
Dia marah-marah sendiri, boss menjalani rutinitasnya, menghabiskan semuanya, lalu bersiap tidur dengan semangat segar.
Fei Fei mulai berkencan dengan Mo yang tidak lagi membatasi kebebasan tubuhnya, sehingga Lan Xin, Fei Fei, dan Shishi sering berkumpul bertiga.
Jalan-jalan ke mal, mengobrol santai, dan semacamnya.
Hingga Lan Xin sibuk sampai tidak punya waktu menemani Lei Tingyu.
Dulu mereka selalu pulang-pergi kerja bersama, sekarang Lan Xin punya teman perempuan sendiri dan mulai sering mengadakan pesta.
Jika saja Tian Xin dari keluarga Xin Ran tidak pergi ke luar negeri syuting film bersama Xin Ran, mungkin dia juga akan bergabung.
Meski begitu, saat mereka bersenang-senang, Lan Xin dan kawan-kawan tetap melakukan panggilan video dengan Tian Xin, para perempuan ini sangat akrab.
Karenanya, ketika boss pulang kerja dengan wajah gelap dan melihat sekumpulan perempuan cek-cek-cek mengerumuni halaman rumahnya, perasaan kesal karena diabaikan Lan Xin sudah mencapai puncaknya.
