"Bab 275: Kenangan Masa Lalu Bagai Asap, Selamat Tinggal Mo Huairen"
"Nyonya Lei, menyelamatkan wanita bukan tugasmu." Boss mengangkat wajahnya yang merah padam.
"Merawat perasaan suamimu adalah kewajiban utamamu."
"Lei—Mm!"
Gerakan harmonis dimulai, Lan Xin kembali dimakan habis-habisan!
Lama setelahnya, Boss bertelanjang dada bersandar di kepala ranjang, memeluk Lan Xin yang masih basah kuyup.
"Sudah reda marahnya?"
"Mm..." Jika dia bilang belum, makhluk ini pasti akan lanjut!
"Sayang, apa yang harus kulakukan sekarang?" Hati Lan Xin begitu sesak.
Dia merasa telah membantu kejahatan. Tanpa dirinya, bagaimana mungkin Fei Fei kenal Mo, lalu tertipu pria brengsek?
"Lakukan apa yang perlu dilakukan, pahami posisimu, jangan berpikir macam-macam." Boss mengusap rambutnya.
"Seandainya bisa mengambil kandungan Fei Fei... Dunia ini bagaimana? Yang harus hamil tak kunjung, hubungan terlarang malah wariskan anak. Membayangkan teman baikku jadi ibu lajang bikin kesal."
Lan Xin meraba perutnya sendiri. Sudah berusaha keras, tapi tetap tak ada.
Beberapa hari lagi masuk hari Ibu Bulanan. Setiap hari dia minum vitamin prenatal dan rutin periksa denyut nadi ke ahli pengobatan tradisional.
Setelah Keluarga Lan tumbang, tekanan hidupnya hilang, hormon juga kembali normal, tapi mengapa belum punya bayi?
Malah Fei Fei dan Shi Shi, langsung hamil sekali coba...
"Dunia yang kejam ini! Yang ingin punya anak tidak dikabulkan, yang tidak mau malah berlimpah!"
Baru saja mengeluh, tubuhnya kembali dirobohkan sang bos...
"Sepertinya, kinerjaku belum memuaskanmu ya."
Lan Xin terpaku seperti ayam mati kelaparan. Sedang larut dalam kesedihan, kok kamu malah berubah mode lagi!
"Makanya, aku harus buru-buru... memenuhi keinginanmu untuk hamil."
Si bos kecil sukses memasuki markas, keduanya terguncang hebat. Sensasi ini sungguh luar biasa.
Ini kan lagi bahas urusan penting, kok malah jadi program punya anak lagi!
Keesokan harinya, dengan tubuh lunglai, Lan Xin merias wajah tipis agar terlihat segar. Sebagai perwakilan keluarga istri, dia harus menuntut keadilan untuk sahabatnya!
Bos sepertinya sudah tahu rencananya. Dia mengerahkan 8 bodyguard, membawa pasukan besar langsung menyerbu kediaman Keluarga Mo.
Tepat seperti dugaannya, sebelum masuk gerbang vila, anak buah Mo sudah berbaris menghadang.
Lan Xin mendengus kesal. "Menganggap keluarga kami tak ada yang berani melawan?"
Tangannya melambai, delapan bodyguard membentuk barikade. Anak buah Mo juga tak mau kalah, kedua kubu saling berhadapan.
"Suruh Mo Huairen keluar!" teriak Lan Xin penuh wibawa.
"Nyonya Lei, jangan persulit kami." Polisi yang menjaga berkata, "Perintah atasan, hari ini siapa pun boleh masuk kecuali Anda."
"Aku sengaja menyulitkan kalian, mau apa? Siapa berani menyentuhku, coba!" Lan Xin mendorong bodyguard-nya sendiri, berdiri di hadapan lawan dengan sepatu hak tinggi bagai seorang ratu.
Meski pemimpin sudah memberi perintah, mereka tahu ini adalah leluhur keluarga kami. Mereka tak benar-benar berani bertindak terhadap Lan Xin.
Pemandangan ini terekam di mata Mo dari kejauhan, ia menghela napas pasrah.
San Di benar-benar telah memanjakan perempuan ini sampai tak kenal aturan.
Menekan nomor Lei Tingyu.
"San Di, kau bawa dia pulang, boleh?" Hampir terdengar seperti permohonan.
"Lao Er, sampai kapan kau mau sembunyikan ini dari perempuanmu?" Boss balik bertanya.
Mo Huairen tertegun.
"Lari dari masalah bukan cara menyelesaikannya."
"Suruh perempuanmu mundur dulu, aku akan cari cara sendiri—" Mo tiba-tiba berhenti, matanya menatap lurus ke depan.
"Lao Er?"
"Sudah terlambat... Kau benar San Di, lari bukan solusi." Sebelum Lei Tingyu bereaksi, Mo menutup telepon.
Fei Fei kembali.
Kenapa dia pulang sekarang? Dengan sengaja ia mengirimnya pergi berbelanja!
"Lan Xin, apa yang kau lakukan?" Fei Fei turun dari mobil, terkejut melihat Lan Xin berhadapan dengan anak buah Mo.
"Fei Fei, ikut aku!" Lan Xin meraih lengan Fei Fei.
"Dia tak boleh pergi!" Akhirnya Mo maju ke depan.
"Lan Xin, sebenarnya apa yang terjadi?" Fei Fei pulang lebih awal karena merasa tak enak badan saat berbelanja.
“Bajingan ini akan menikah dalam dua hari, aku akan membawamu pergi.”
“Apa?” Fei Fei terpaku.
Mo pucat pasi, akhirnya dia mengetahui!
“Apa yang dia katakan benar?” Fei Fei bertanya dengan tenang.
Mo ragu sejenak, lalu mengangguk.
“Mengapa?” Fei Fei merasakan hatinya seperti tertusuk.
Sudah memutuskan menikahi orang lain, tapi terus mengklaim bertanggung jawab padaku.
Jika bukan karena Lan Xin, apakah aku akan menjadi pihak ketiga dalam legenda?
“Aku akan menikah, tapi itu permintaan keluarga. Kita masih bisa seperti dulu, aku akan memberikan kehidupan terbaik untukmu dan anak.”
Tiba-tiba Mo ketakutan, ekspresi Fei Fei saat ini penuh dengan pandangan merendahkan yang tak tersembunyikan.
“Kita putus. Anak ini jadi milikku. Tidak ada hubungan lagi. Transfer uang nafkah ke rekeningku tiap bulan.”
Mo merasa seluruh tenaganya terkuras. Pengalaman paling mengerikan dalam hidupnya tak sebanding dengan ini.
“Surat nikah benar-benar sepenting itu?” Dia tak percaya gadis seberani Fei Fei masih mempedulikan status formal.
“Sebelum menikah, main dengan banyak wanita hanya membuktikan kau playboy. Tapi setelah menikah, berhubungan dengan selain istri adalah masalah karakter. Mi Feifei tak sudi bersama pria bermasalah moral, apalagi merusak keluarga orang.”
Reaksi Fei Fei sangat tenang, tapi Lan Xin yang menggenggam tangannya bisa merasakan suhu tubuhnya yang abnormal dingin.
Kasihan Fei Fei...
“Fei Fei melepaskan tangan Lan Xin, bergegas mendekati Mo Huairen. Dia berada di posisi yang bisa disentuhnya hanya dengan mengulurkan tangan, tapi Mo merasa seluruh dunia seperti tenggelam dalam musim dingin yang mencekam.
Karena sorot matanya padanya seperti melihat barang tidak berguna.
Tiba-tiba, Fei Fei mengangkat tangan dan menamparnya dengan keras.
"Tamparan ini untuk bayimu."
Anak buah Mo melihat pemimpinnya ditampar hendak maju, tapi orang-orang yang dibawa Lan Xin dengan tatapan tak kalah tajam menghalangi. Mo mengangkat tangan menghentikan anak buahnya.
Fei Fei mengangkat tangan lagi, tamparan kedua mendarat.
"Yang ini karena kau hampir menjadikanku perusak pernikahan orang."
"Fei, kau bukan perusak." Mo menggenggam tangannya, tapi Fei Fei melepaskan diri.
"Kini kita berimbang. Dua tamparanku melunasi semua hutang. Masa lalu telah menjadi asap. Selamat tinggal, Mo Huairen."
Kepergiannya terasa seperti perpisahan abadi. Mo menatap bayangannya, dan tiba-tiba menyadari: di detik ini, dia jatuh cinta pada perempuan ini.
Dulu hanya suka, sekarang ini cinta.
Saat dua tamparannya mendarat, Mo baru menyadari cintanya.
"Fei!" Dia menahannya. Ingin mengatakan tak akan menikahi perempuan lain, ingin membawanya pulang, sekarang juga, segera!
Tapi ponselnya berdering. Bunyi khusus untuk ayahnya. Harus diangkat.
"Kakekmu sekarat. Segera ke rumah sakit."
