"Bab 276 Mari, Kita Gila-Gilaan Sebentar!"
Mo wajah pucat, meletakkan telepon, segera naik mobil, sambil masih sempat berteriak pada Fei Fei.
"Fei Fei, tunggu aku!"
Mobilnya melaju kencang meninggalkan debu, kepura-puraan ketegaran Fei Fei yang baru saja ditampilkan, runtuh berantakan. Ia memeluk Lan Xin, air mata mengalir deras di pipi.
Lan Xin juga memeluknya, ikut menangis penuh kesedihan.
"Lan Xin, hampir saja aku menjadi perempuan paling kubenci itu. Sesaat, kurasakan telah mendapatkan seluruh dunia, tapi kini kusadari betapa menggelikannya diriku..."
Kata-kata ini hanya bisa diungkapkan pada teman baik sejati.
"Fei Fei jangan menangis, kau masih punya aku. Aku akan selalu menjadi tulang punggungmu!"
"Tuan muda, Nyonya muda menangis sangat sedih, sampai sekarang tidak mau keluar kamar."
Kepala pelayan Bibi Chen melihat Lei Tingyu kembali, melaporkan kondisi Lan Xin secara jujur.
Setelah Lan Xin menjemput Fei Fei, kedua perempuan itu mengurung diri di kamar. Entah apa yang dibicarakan, tangisan terus terdengar dari dalam.
Boss berhenti sejenak, "Suruh dapur membuat sup pengganti cairan tubuh, nanti antar ke mereka."
Menangis lama begini, jangan sampai dehidrasi.
Memandang Tuan muda berjalan ke ruang belajar, Bibi Chen bertanya heran:
"Tuan tidak mau menghibur Nyonya muda?"
"Dia akan mencari sendiri saat butuh aku."
Boss itu telah menghafal isi buku memelihara kucing sampai ke tulang sumsum.
"Kucing juga membutuhkan Ruang independen, ini adalah koneksinya. Jika dipaksa membawanya pergi, Kucing liar akan sangat sedih."
"Tuan muda, saya rasa Anda telah berubah." Bibi Chen berkata dengan serius.
Lei Tingyu sekarang, meski masih dingin ke publik, sudah mulai berdiri di sisi Nyonya muda dan merenungkan masalah untuknya.
"Bibi Chen, apakah di atas kompor masih ada daging merah panggang?"
Boss menyelesaikan penjelasan, menyisakan kepala pelayan yang bingung, lalu masuk ke ruang belajar.
"Daging merah panggang... Bukankah itu alasan khas Nyonya muda?" Bibi Chen menggelengkan kepala.
Apakah suami-istri yang bersama terlalu lama akan saling mempengaruhi? Firasatku Nyonya muda semakin mirip Tuan muda, sedangkan ucapan Tuan muda barusan jelas alasan malu yang sangat khas Nyonya muda.
Di kamar tidur, Lan Xin masih menyodorkan tisu kepada Fei Fei. Fei Fei menangis histeris, dia pun ikut menangis.
"Lan Xin, apa aku sangat bodoh? Ayahku dibawa pergi pihak ketiga, aku hampir menjadi pihak ketiga juga!"
"Bukan salahmu! Mo si sampah yang tak tahu malu!"
Sudah banyak gulungan kertas berserakan di lantai.
Beban pikiran paling pribadi hanya diceritakan pada sahabat dekat paling berharga.
"Tapi aku hampir mempercayainya..." Selama hari-hari berinteraksi ini, Fei Fei mulai menyukai Mo.
"Tanpa cinta, masih ada persahabatan. Aku selalu di sisimu! Pria apaan? Hilang satu akan ada penggantinya yang menyelipkan!"
Meski Lan Xin sedang menghibur, tangisannya justru lebih keras dari Fei Fei.
Fei Fei terpaksa berhenti dan malah menghiburnya balik.
“Lan Xin kenapa kamu? Bukannya kamu biasanya sangat kuat?”
“Aku juga tidak tahu, tiba-tiba saja ingin menangis!”
Lan Xin pun tak mengerti apa yang terjadi, emosinya di luar kendali, hatinya terasa sangat sedih. Mungkinkah hormonnya tidak seimbang lagi?
“Jangan menangis! Menangis tak menyelesaikan masalah. Kamu harus ikut senang, untung aku tidak tertipu jadi perusak rumah tangga orang.”
Fei Fei juga merasakan pedih di hati, tapi melihat Lan Xin bersedih untuknya, ia pura-pura kuat.
“Lan Xin, kenapa kamu lebih mudah menangis daripada aku yang sedang hamil ini?”
Lan Xin menyeka wajahnya.
“Benar! Kita tidak boleh menangis! Si brengsek Mo Lao Er masih bebas merdeka, untuk apa kita menangisi dia? Fei Fei, kita harus balas dendam!”
“Apa rencanamu?”
“Bukannya dia mau menikah? Kita hancurkan pesta pernikahannya! Tak ada yang boleh menyakiti orang lain tanpa membayar konsekuensi!”
“Menghancurkan... tidak baik kan?”
Meski membenci Mo, Fei Fei tak ingin menjadi seperti istri yang ditinggalkan.
Mengganggu pernikahan orang, toh akhirnya dia akan jadi suami orang lain.
Lagipula tindakan itu akan membuat diri mereka terlihat murahan.
“Kalau sampai terlihat seperti dua wanita rebutan pria, bukankah si brengsek malah semakin puas?”
Lan Xin tiba-tiba diliputi aura dramatis, tersenyum puas.
“Siapa bilang kita akan merebut pria?” Itu kan tidak kreatif sama sekali?
Saat ini, Mo tidak tahu dirinya telah dijadikan sebagai pria brengsek tak terkalahkan nomor satu di alam semesta. Dia masih menjaga di luar ruang pasien, menunggu hasil penyelamatan darurat kakeknya.
Lan Xin berhasil menidurkan Fei Fei, namun hatinya masih merasa sedih.
Boss sedang membaca buku di ruang belajar. Lan Xin dengan mata merah dan hidung tersedu muncul di pintu.
Melihatnya, tanpa basa-basi langsung terjun ke pelukannya, menangis histeris.
"Suami, di sini sakit!" Dia menutupi area dada.
"Di sini juga sakit." Boss mengusap keningnya sendiri.
Lan Xin menghentikan air matanya, memandanginya dengan bingung.
"Rumah kita hampir jadi posko bantuan wanita. Dengan frekuensi dua kali dalam 20 hari, kau terus membawa orang-orang ke sini."
Sebelumnya ada Jin Shishi, sekarang datang lagi Mi Feifei.
Ekspresi Lan Xin yang berkaca-kala membuat Boss tak tega.
Menariknya untuk duduk di pangkuannya.
"Mengapa bisa menangis seperti ini untuk orang lain?"
"Dia sahabat terbaikku, suami. Menurutku manusia yang utuh harus punya kekasih, teman, dan keluarga. Kau sangat penting bagiku, tapi Fei Fei juga penting."
Boss hampir spontan bertanya: "Kalau begitu, siapa yang lebih penting di antara kami berdua?"
Menyadari pertanyaan seperti itu kekanak-kanakan dan tak bermakna, Boss dengan dipaksakan menghentikan ucapannya.
Lan Xin menyandarkan kepala di bahunya, namun merasakan Boss sedikit bergerak. Teringat gigitan kemarin, dia buru-buru membuka kemejanya, dan tepat seperti dugaannya terlihat memar.
"Sakit tidak?" Perempuan itu langsung meneguk dari botol. Entah kenapa kemarin dirinya sangat marah, hari ini juga sangat sedih.
Emosi naik turun drastis ya.
"Masih lumayan." Boss sebenarnya ingin menggunakan kesempatan ini untuk memberinya pelajaran, tapi melihat air mata yang menetes di lukanya, niat itu pun menguap.
"Menangis apa? Aku bahkan belum memarahimu." Sekarang dia juga tak punya pilihan.
Kucing ini sebenarnya kenapa? Kok jadi mirip orang yang mudah menangis, sedikit-sedikit nangis!
"Aku merasa diriku sangat tidak berguna, tidak bisa melakukan apa-apa, malah menggigitmu, maafkan aku suami..."
"Jangan menangis, aku tidak apa-apa." Boss menghela napas, mengusap rambutnya.
Hasilnya, Lan Xin semakin menjadi-jadi tangisannya, membasahi kemejanya. Akhirnya Boss terpaksa menyegel mulut mungilnya dengan ciuman yang membuatnya limbung, bahkan lupa untuk bersedih.
Waktu itu emosinya di luar kendali karena tekanan berlebihan menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Mungkinkah kali ini juga karena tekanan yang terlalu besar? Hormonnya tidak seimbang lagi?
Boss sambil mengoptimalkan strategi ketampanan untuk mengalihkan kesedihannya yang berlebihan, sambil berpikir dalam hati.
Besok harus memanggil tabib tua untuk memeriksa Lan Xin lagi.
Kalau terus begini "tidak seimbang", benar-benar membuatnya pusing.
Beberapa hari kemudian, Shishi, Fei Fei dan Lan Xin, tiga perempuan berdiri di luar gereja.
Shishi yang paling pengecut, menarik-narik lengan baju Lan Xin.
"Kak, bagaimana kalau kita urungkan saja..."
Hari ini adalah hari pernikahan Mo Huairen, pasangan Lei Tingyu juga mendapat undangan.
"Tapi yang masuk ke aula untuk menyaksikan upacara, hanya Lei Tingyu, Lan Xin bertindak solo."
Tiga perempuan mengenakan setelan jas hitam seragam, memakai kacamata hitam, terlihat sangat gagah layaknya tim khusus wanita.
Memikirkan hal yang akan dilakukan nanti, telapak tangan Shishi berkeringat karena gugup.
Ini terlalu gila!
