BAB 277 Pernikahan Adalah Sublimasi Cinta dan Saling Percaya
"Nanti kita ikuti rencana, jangan biarkan pria brengsek itu tidur lalu kabur!" Lan Xin menyilangkan tangan di pinggang.
"Shishi, kamu masih punya kembang gula asam? Kasih aku satu." Belakangan ini Lan Xin ingin makan sesuatu yang asam.
Shishi memberikan seluruh kaleng kembang gula itu pada Lan Xin.
"Kakak, semua kembang gula asam kuberikan padamu, bisakah kamu... jangan seperti itu?"
Lan Xin menyimpan kembang gula di mulutnya, pipinya mengembung seperti tikus tanah.
"Tidak boleh! Mo Lao Er ingin menikahi orang lain, itu urusannya. Tapi tindakan menikahi orang lain sembunyi-bunyi dari Fei Fei ini adalah pelanggaran moral! Dia berani berbuat, harus berani menghadapi balasan kita!"
Lan Xin merancang metode pembalasan yang super gila.
"Nanti kita serbu masuk, Fei Fei kamu masih ingat dialogmu?"
"Ingat, tapi aku juga merasa... ini tidak baik."
Meski sangat membenci tipu muslihat Mo Lao Er,
cara balas dendam yang direncanakan Lan Xin ini terlalu ekstrem.
Rencananya: Saat Pendeta bertanya ada yang keberatan atau tidak, Fei Fei akan menerobos sambil berteriak "Keberatan!"
Kemudian mendekati pengantin wanita, menggenggam tangannya dan berkata, "Yang kamu cintai jelas-jelas aku!"
Benar, rencana "sempurna tanpa celah" yang dirancang Lan Xin bukan menyuruh Fei Fei merebut Mo Lao Er.
Melainkan menyamar sebagai homoseksual, lalu mencuri pengantinnya!
Percaya saja acara pernikahan Mo Lao Er takkan bisa lanjut begini. Lan Xin memutuskan Fei Fei harus pergi sambil diam-diam membuat Mo Lao Er jijik.
"Ini rencana matangku, pasti akan membuat Mo Lao Er takkan pernah melupakanmu!" Lan Xin terlalu mengagumi kecerdasannya sendiri.
Shishi tak tahu harus berkata apa, "Kak, akhir-akhir ini kenapa aku merasa kamu berubah besar?"
Belakangan Lan Xin mudah menangis, pikiranmu juga sangat nyeleneh, bahkan muncul ide-ide aneh tak terduga.
"Fei Fei, ingat! Kita perempuan yang mencintai pria harus jadi daging pelindung hatinya, melindunginya dari perlakuan semena-mena. Bila dia berkhianat, jadilah duri terdekat dari jantungnya, pergi tapi buat dia takkan pernah lupa!"
Shishi merasa perkataan Lan Xin masuk akal, agak kagum. Tapi meski benar prinsipnya, metodenya bagaimana...
...Bisa seaneh ini?
"Jika tak bisa jadi kekasih hatinya, buat dia takkan pernah melupakan aku." Wajah Fei Fei pucat.
Lan Xin menggenggam tangannya, memberikan sorot mata penuh keyakinan.
"Kami selalu bersamamu!"
"Ya!" Shishi selalu menurut pada Lan Xin.
“Tiga tangan perempuan bergandengan, tinggal meneriakkan slogan tidak meninggalkan dan tidak menyerah.”
Di dalam gereja, Mo Huairen yang mengenakan setelan jas, hatinya terasa sangat perih.
Di seberangnya berdiri perempuan lain, seorang yang bahkan ciri wajahnya pun tak bisa ia ingat.
Dia tidak mencintainya, tapi demi Kakek, dia harus menikahinya.
Sedangkan perempuan yang dicintainya, sekarang membawa anak mereka entah ke mana, hatinya hampir mati.
Hal paling kejam di dunia adalah ketika dia baru jatuh cinta, tapi sang perempuan sudah membencinya.
Pendeta mulai membacakan sumpah pernikahan, Mo sama sekali tidak mendengar, kepalanya dipenuhi sorot mata kecewa Fei Fei sebelum pergi.
Dari cahaya sudut mata, terlihat Lei Tingyu yang duduk di barisan pertama.
San Di ada di sini, tapi istrinya tidak.
Istri San Di yang begitu dekat dengan Fei Fei seharusnya bisa merawatnya dengan baik, tapi dirinya tak bisa merawat Fei Fei dan bayi secara langsung, sungguh menyedihkan.
"Wajah Lao Er mirip seperti di pemakaman." Xin Ran si Keempat berkata pada Lei Tingyu.
"Buat susah sendiri, terjebak situasi sulit." Lei Tingyu sama sekali tidak kasian pada Mo Huairen.
Kucingnya menangis begitu banyak karena Mo Huairen menginjak-injak Fei Fei—tapi belakangan ini memang dia terlalu mudah menangis.
"Tuan Mo Huairen, apakah Anda bersedia menikahi Nyonya Li Lisa?"
Setelah sumpah yang bertele-tele, Pendeta akhirnya mengajukan pertanyaan kunci ini.
"Saya—" Mo terhenti.
"Satu kesediaan, bernilai seribu emas, tak terucapkan."
Tiba-tiba, dia melihat siluet cantik di pintu, merasa seluruh dirinya seakan hidup kembali.
Itu Fei Fei, Fei Fei datang!
Menyaksikan Fei Fei melangkah masuk, Mo sama sekali tidak merasa panik, tidak takut dia mengacaukan permainan, justru sangat senang!
Fei Fei masih mau menatapku!
Lan Xin dan Shishi mengikuti di belakang Fei Fei. Melihat Lan Xin memberi kode semangat pada Fei Fei, Mo tersenyum getir.
Si San Di ini, benar-benar tukang pengacau dunia!
Sepertinya terlalu lama diam, Pendeta mengulangi pertanyaannya.
"Tuan Mo Huairen, apakah Anda bersedia menikahi Nyonya Li Lisha?"
Mo tetap tidak menjawab, sorot matanya terus menatap Fei Fei.
Tatapan mereka bertemu, secara bertahap orang-orang mulai menyadari keanehan.
Pengantin wanita mengikuti pandangan Mo, melihat Fei Fei.
Boss Lei juga melihat kucingnya.
"Byur! Kostum San Sao ini meniru Kekaisaran Peretas?" Xin Ran tertawa melihat setelan resmi Lan Xin, kacamata hitamnya sungguh unik.
Istrinya Tian Xin juga ikut bersemangat.
"Wah! Apa San Sao membawa pasukan perebut pengantin? Aduh kenapa aku pulang terlambat, harusnya ikut tim perebut pengantin, keren sekali!"
Di lokasi ada yang tegang, ada yang bersemangat, juga ada yang marah.
Senior pengantin sudah mulai menyadari masalah.
Sorot mata Mo seolah siap kapan saja lari bersama Fei Fei.
“Tuan Mo Huairen, apakah Anda bersedia——” Pendeta yang tak sabar akhirnya mengulang pertanyaan.
“Diam!” Terdengar raungan Mo yang membuat sang pendeta langsung membungkam.
Pengantin wanita menatapnya dengan keraguan, "Mo?"
Fei Fei tahu, satu kata darinya saja bisa mengacaukan pernikahan ini.
Tapi saat melihatnya berdiri gagah dengan setelan jas di samping pengantin, yang terbayang justru kenangan mereka berdua.
Dari awalnya saling membenci, hingga akhirnya saling menerima.
Saat hamil dulu, reaksi kehamilannya parah. Mo merawatnya dengan segala cara agar dia bisa makan.
Dia rela terluka untuk menyelamatkannya, menahan segala siksaan selama kehamilan.
Jika sebuah hubungan sudah sampai di ujung jalan, perlukah diakhiri dengan saling melukai?
"Fei Fei?" Lan Xin memandanginya bingung. Bukannya mengikuti skenario, Fei Fei justru berdiri diam berhadapan dengan Mo.
"Maaf, kami tampaknya tersesat. Mohon maaf telah mengganggu. Selamat atas pernikahan kalian!" Fei Fei tiba-tiba membungkuk dalam sebelum berlari keluar.
Dia berbalik meninggalkan aula.
Jalan yang dia tempuh bersama Mo sejak awal memang salah.
Langkah Fei Fei semakin cepat. Lan Xin dan Shishi buru-buru menyusulnya.
Orang tua pengantin menghela napas lega - ternyata hanya kesalahpahaman.
"Lanjutkan pernikahan." Orang tua Mo memberi isyarat.
“Pendeta, bacakan sumpah pernikahan sekali lagi.” Mo menatap arah kepergian Fei Fei, mensyaratkan.
Pendeta tak punya pilihan, terpaksa membacakan dari awal lagi.
“Pernikahan adalah sublimasi cinta dan kepercayaan timbal balik. Bukan hanya mensyaratkan kedua pihak saling mencintai seumur hidup, tetapi juga saling mempercayai sepanjang hayat. Hari ini, Tuan Mo Huairen dan Li Lisa——”
“Kau benar, pernikahan adalah sublimasi cinta dan kepercayaan timbal balik.” Mo tiba-tiba mengganggu ucapan pendeta.
Pendeta membeku, semua tamu terpana, hanya Boss Lei yang mengangkat sudut bibir.
Seseorang, akhirnya bijak.
“Maaf, Nona Li, sepertinya aku tidak bisa menikahimu.” Tiba-tiba Mo berkata, lalu berbalik dan berlari keluar.
Dia tidak mau menikahi perempuan lain, dia hanya ingin Si Apel Kecil miliknya sendiri.
