Bab 278 Boss bertindak, urus dengan lancar
Mo yang tiba-tiba bijak di saat kritis, melepaskan pernikahan yang sedang berlangsung, melangkah besar mengejar ke luar.
Semua tanggung jawab, misi, dilempar ke pinggir. Sekarang selain perempuan yang dicintainya, dia tidak menginginkan apapun!
“Brengsek! Anak durhaka!”
Ayah Mo Huairen melihat kejadian ini, marah sampai ingin menghunus pistol untuk mengeksekusi anak sialan itu.
“Paman, tenanglah.” Beberapa teman baik Lei Tingyu mengerumuni.
Lei Tingyu membungkuk, berbisik di telinga ayah Mo Huairen. Ayah Mo pun tenang.
“Kata-kata ini asli?”
"Ya, ini data investigasi." Lei Tingyu menyodorkan barang yang sudah dipersiapkan kepada Ayah Mo.
Ayah Mo membalik beberapa halaman, wajahnya masam, menoleh ke arah keluarga Li sambil berkata.
"Sepertinya perjodohan antara keluarga kita tidak akan terlaksana."
"Mengapa? Keluarga Mo harus memberi penjelasan pada kami!" Ayah Li mengamuk.
Ayah Mo melemparkan dokumen dari Lei Tingyu ke arahnya.
Ayah Li melihat sekilas, wajahnya memucat pasi, menatap putrinya yang membeku seperti patung dengan rasa tidak percaya.
"Benarkah kau mengandung anak si pemuda miskin itu?"
Pengantin wanita menggigit bibirnya mengiyakan. Ayahnya langsung menamparnya, membuat suasana menjadi kacau.
Saat keluar gereja, Ayah Mo berterima kasih pada Lei Tingyu.
"Terima kasih, Shi Zhi Lei! Kalau tidak, keluarga Mo akan jadi bahan tertawaan kalangan atas!"
Yang diinvestigasi Lei Tingyu adalah data pengantin wanita yang ternyata sudah hamil anak pria lain, ingin menjadikan Mo Huairen sebagai ayah jadi-jadian!
"Tapi bagaimana menjelaskan ini pada Tuan Besar? Operasinya sebentar lagi, aduh!" Ayah Mo mengeluh.
Lei Tingyu tersenyum, "Saya belum sempat mengucapkan selamat pada Paman."
"Selamat apa? Keluarga sedang kacau balau akhir-akhir ini."
"Gadis yang masuk bersama istri saya tadi, sudah mengandung anak Mo Huairen. Sekarang mungkin sudah dua bulan lebih."
"Apa?!" Ayah Mo merasa dunianya berputar.
Begitu banyak kejadian berbarengan!
"Kalau sudah ada anak, kenapa tidak memberitahu saya?"
“Gadis itu kondisi keluarganya biasa saja, Mo juga khawatir kalian tidak senang. Tapi sekarang, meski keluarganya biasa, setidaknya dia mengandung keturunan keluarga Mo. Jika Tuan Besar tahu, mungkin akan senang dan penyakitnya cepat sembuh.”
“Tapi... kondisi keluarga pihak perempuan bagaimana?” Ayah Mo masih ragu.
“Sekarang, kondisi apapun tidak penting lagi. Yang penting kandungannya membawa 'barang asli' keturunan keluarga Mo. Lagipula, istri saya punya persahabatan erat dengan gadis itu, meski bukan saudara kandung, tapi hampir mirip.”
Setelah Lei Tingyu mengutarakan ini, Ayah Mo mulai tergoda.
Bisa membuat orang berstatus seperti CEO Lei membuka mulut, jelas wanita itu memang dekat dengan Istri CEO Grup Lei.
“Suruh si anak durhaka bawa pulang orangnya! Aku akan lihat dulu karakter gadis ini, masalah lanjutan nanti dibahas!”
Ayah Mo sudah mulai melunak, artinya ada harapan.
Setelah Ayah Mo pergi, beberapa saudara Lei Tingyu mengerumuninya.
“San Di, urusan mak comblang seperti ini tak kusangka bisa kaulakukan.” Xin Ran bercanda.
Bahkan Gong Yun terkejut.
Lei Tingyu adalah pria yang sangat egois, bisa dibilang dingin tanpa ampun.
Bisa membuatnya turun tangan menyelesaikan masalah ini sangat mengejutkan, ini bukan gaya boss.
“Utang ini akan kutagih ke Lao Er.” Boss mendengus, tiba-tiba Gong Yun paham.
“Sebenarnya... bukan karena Lao Er kan, sampai kau campur tangan?”
“Mo Huairen belum punya muka sebesar itu.”
"Lei Tingyu mengeluarkan ponsel, mulai mencetak nomor Lan Xin."
Ponsel menyambung, tapi tak ada yang mengangkat.
"Pemimpin, tindakan San Di ini bukan untuk Lao Er, lalu untuk apa?" Xin Ran bertanya penasaran.
"Masih bisa untuk apa lagi? Demi kotak besi kecilnya yang sudah bertahun-tahun tak rela dibuang."
Gong Yun berani memastikan, tindakan Lei Tingyu yang begitu indah menyelesaikan masalah Mo Lao Er, delapan puluh persen alasannya berasal dari benda di rumah San Di itu.
"Aku hanya tak tega melihat wanitaku terus menangis karena kebodohan Mo Lao Er." Boss menjelaskan dengan tenang.
Semua orang tak tahu harus berkata apa.
"Sebenarnya mau memanjakannya sampai seberapa parah?"
Ini benar-benar berlebihan!
Demi mengurangi air mata wanitanya, sampai merencanakan skema sematang ini!
Mo Huairen kembali dengan wajah lesu.
"San Di, kemana wanitamu membawa ibu anakku?"
Dia tak bisa mengejar Fei Fei, telepon pun tak diangkat.
Boss melototi dia, "Kalimat itu seharusnya aku yang tanya!"
Sekarang dia juga tak bisa menghubungi Lan Xin.
Saat ini, Mu Feng yang datang ke pernikahan juga mendatangi mereka dengan panik.
"Lei Tingyu, bisakah kamu menghubungi Lan Xin? Sepertinya Shishi sedang dalam masalah!"
"Apa?!" Boss mengerutkan kening.
"Aku baru saja melihatnya bersama Lan Xin, lalu meneleponnya. Setelah tersambung, baru bicara dua kalimat tiba-tiba dia berteriak 'Ah!', lalu sambungan terputus."
Wajah Boss berubah pucat.
Ada yang tak beres!
Tiga pria itu serentak menelepon nomor wanitanya masing-masing. Kali ini, semuanya tak ada yang mengangkat.
“Apa mungkin terjadi masalah?” Mo Huairen dadanya berdebar-debar.
boss mengeluarkan ponsel, menekan beberapa tombol, layar ponsel berkedip beberapa kali, tiba-tiba menampilkan peta.
"Aku melacak ponsel Lan Xin, cari sesuai arah ini. Lao Er, kita kerahkan orang masing-masing. Ada firasat ini tidak beres."
boss mengatur strategi, cepat-cepat berlari ke mobilnya.
Kucing liar, kau harus tetap aman, tunggu aku!
...
Lan Xin siuman perlahan, merasa agak mual dan pusing.
Setelah lama, baru teringat apa yang terjadi.
Dia bersama Fei Fei dan Shishi bertiga keluar dari gereja.
Fei Fei emosinya labil, Lan Xin yang mengemudikan mobil Shishi sementara Shishi di kursi belakang menghibur Fei Fei yang sedang menangis.
Rencana awalnya tiga wanita ini akan mencari tempat untuk minum jus sebagai pengganti anggur, melepas stres.
Shishi menerima telepon dari Mu Feng yang menanyakan lokasinya. Baru terdengar "Ah-" dari Shishi, percakapan terputus.
Tiba-tiba ada truk besar melaju langsung ke arah mereka!
Lan Xin membuat belokan tajam, mengandalkan keterampilan mengemudi cepatnya, mengerem mendadak.
Dua wanita hamil di kursi belakang terhempas, hampir terjatuh.
Ponsel Shishi terjatuh di mobil, belum sempat diambil sudah ada yang mengetuk jendela.
Lan Xin mengira supir truk mau menuntut ganti rugi, lalu membuka jendela.
Tapi tiba-tiba orang itu menghantam tengkuknya, membuatnya pingsan tak sadarkan diri.
Setelah sadar kembali, Lan Xin mendapati dirinya tidak bisa bergerak sama sekali, terikat erat dalam posisi meringkuk.
Dalam beberapa detik, Lan Xin berhasil mengingat seluruh kejadian yang dialaminya.
“Sial, bagaimana dengan Shishi dan Fei Fei?”
Lan Xin segera mencari dan melihat kedua saudari perempuannya yang juga terikat erat terbaring di sampingnya, baru kemudian merasa sedikit tenang.
Shishi dan Fei Fei masih tertidur pulas. Lan Xin tidak tahu apakah mereka terluka atau tidak, sehingga rasa khawatir mulai muncul.
