Bab 284 Rela melakukan apapun demi dia
Menjaga kandungan bukan urusan sehari dua hari. Lan Xin juga tak bisa dipindahkan rumah sakit sekarang. Boss mentransformasi bangsal rumah sakit kecil ini menjadi ruang pasien yang hangat dan imut.
Karena Lan Xin menyukai boneka, dia menata puluhan mainan di berbagai sudut kamar agar selalu terlihat.
Hingga ketika Shishi dan Feifei mengunjungi Lan Xin di hari ketiga, mereka nyaris mengira penglihatan mereka bermasalah saat masuk ke ruangan.
Pria yang dikepung boneka-boneka berbulu itu, siapa itu?!
Meski wajahnya masih terlihat dingin dan kontras dengan lingkungan sekitar, gerakannya merawat Lan Xin sama sekali tidak asal-asalan.
"Kalian datang! Cepat, silakan duduk semua!" Lan Xin berseri-seri menyambut mereka.
Ruangan ini lebih mirip kamar anak-anak ketimbang bangsal rumah sakit.
"Lan Xin, bagaimana kondisimu sekarang?" Feifei baru tahu masalah menjaga kandungan pagi itu.
Mo Lao Er menyembunyikan hal ini darinya sampai kondisi Lan Xin stabil. Karena ini, tangannya masih berbekas gigitan Feifei sepanjang perjalanan ke sini.
“Sudah jauh membaik, pantau lagi beberapa hari, pasti tidak ada masalah.” Lan Xin masih tetap penuh percaya diri, keyakinan besar untuk menjadi seorang ibu menopangnya melewati rintangan.
Dan juga dia.
Melalui sahabat, menatap mata Lei Tingyu, Lan Xin tersenyum. Perasaannya padanya yang membuatnya bertahan, harus menjaga keselamatan bayi ini.
Para perempuan sedang mengobrol, sementara pria keluar. Mo dan Mu Feng datang bersama Fei Fei dan Shishi.
Lei Tingyu belum memejamkan mata selama dua hari, terlihat agak lesu.
Sampai di lorong, Mo menyodorkan sebatang rokok, boss menggeleng. Lan Xin sekarang tidak sensitif terhadap bau, tapi dia tak mau mengambil risiko.
“Apa kata dokter?” tanya Mu Feng.
“Kondisinya membaik, tapi masih perlu dipantau beberapa hari.” Lei Tingyu saat ini juga tidak sempat bertengkar dengan Mu Feng.
Perempuannya berjuang mati-matian menjaga kandungan, setiap hari menderita begitu banyak. Masak dia masih harus cemburu buta seperti ini, sungguh tidak menarik.
“Perusahaan tidak perlu dikhawatirkan, pemimpin dan aku akan menjaganya.” Mo menepuk bahu Lei Tingyu.
Mereka yang akan menjadi ayah semua paham perasaan Lei Tingyu.
Untuk merawat Lan Xin, Lei Tingyu bahkan tidak masuk perusahaan. Semua order dibiarkan, fokus menjaganya. Beruntung ada Gong Yun dan Mo yang menopang, jadi tidak terpengaruh.
“Si perempuan bajingan itu, bagaimana penanganannya?”
Lei Tingyu teringat Lan Xiang yang menyakiti Lan Xin, ingin sekali memotongnya seribu pisau.
"Dua hari terakhir sibuk menjaga kandungan Lan Xin, semua pekerjaan beres-beres ini jadi terabaikan."
"Sudah lumpuh, dia tidak akan bisa keluar lagi seumur hidup." Mo menjawab dengan dingin.
Kekejaman Lan Xiang hampir membuat tiga perempuan mereka celaka. Jika bukan karena Lei Tingyu yang menemukan tepat waktu, sungguh tak terbayangkan nasib ketiga perempuan itu.
"Investigasi harus dilanjutkan. Apakah ada dalang di balik Lan Xiang? Semua ini harus diselidiki tuntas. Kondisi keuangannya baru-baru ini juga harus diperiksa."
Jika bukan karena mengkhawatirkan Lan Xin, semua ini seharusnya ditangani oleh boss. Siapapun yang berani menyentuh Lan Xin, pasti tidak akan dia lepaskan dengan mudah.
"San Di, menurutmu masih ada dalang utama di balik Lan Xiang?" tanya Mo.
"Kondisi ekonominya sudah sulit, tiba-tiba menyewa pengawal untuk menyerang Lan Xin. Setelah penculikan malah tidak minta tebusan, langsung mau membunuh. Ini tidak logis! Harus diselidiki sampai tuntas!"
"Baik, serahkan hal ini padaku."
Kedatangan para sahabat membuat mood Lan Xin membaik.
Fei Fei dan yang lain datang setiap hari untuk menghibur Lan Xin. Di bawah perhatian semua, satu minggu pun berlalu.
Akhirnya kandungan Lan Xin stabil. Semua indikator sudah normal, dia boleh pulang dari rumah sakit.
Beberapa hari terakhir, dia dan Lei Tingyu siaga penuh. Mengerahkan seluruh kekuatan hanya demi keselamatan bayi. Sekarang akhirnya berhasil, Lan Xin menangis bahagia.
Saat akan pulang, tiba-tiba Lan Xin memperhatikan detail gerakan Lei Tingyu.
"Dia mengeluarkan sebuah jimat dari bantalnya, lalu menyimpannya dengan hati-hati di saku bajunya."
"Apa ini?" Perempuan itu ingin mengeluarkannya untuk melihat, tapi dihentikan oleh boss.
"Jangan dikeluarkan. Setelah pulang, taruh terus di bawah bantal."
"...Suamiku, jangan bilang ini sebenarnya jimat pengaman kehamilan?"
Di pinggiran Kota B, terdapat Kuil Dewi yang konon sangat keramat. Lan Xin pernah dengar tentang ritual jimat pengaman kehamilan yang rumit, harus menyentuhkan kepala ke lantai dan membakar dupa.
"Daging merah panggang di kompormu hampir gosong, cepat pulang dan periksa!" Boss mencolek hidungnya.
Lan Xin membuka mulutnya lebar-lebar dalam keterkejutan.
"Kamu benar-benar... memohonkan jimat untukku? Kapan kamu sempat?"
"Saat kamu tertidur, Tuan muda menyetir 2 jam di malam hari untuk mengambilnya."
Bibi Chen yang ikut menjemput Lan Xin menjelaskan.
Boss melotot padanya, tapi Bibi Chen pura-pura tidak melihat.
"Bukannya kuil sudah tutup malam?" Bagaimana dia bisa melakukannya?
"Tuan muda datang dengan dua mobil bodyguard. Katanya biksu kepala sampai ketakutan, mengira ada perampok yang mau merebut dana dupa!"
Bibi Chen menggambarkan adegan itu sangat hidup. Lei Tingyu melotot ke pengasuhnya, tapi telinga kemerahan mengungkapkan perasaannya.
Ini mungkin hal paling bodoh yang pernah dilakukannya seumur hidup.
Lan Xin tidak bisa menggambarkan perasaan apa yang sedang dirasakannya saat ini.
Jalan yang begitu jauh, dia bergegas di malam hari, keesokan harinya masih harus berpura-pura biasa sambil merawat dirinya seharian penuh.
Walau jelas-jelas ateis, demi dia rela melakukan hal yang tak sesuai karakternya ini.
Pasti dia melihat Lan Xin terlalu lelah, tapi tak bisa menggantikan penderitaannya, terpaksa melakukan hal yang biasanya takkan pernah dilakukannya.
Lan Xin terharu hingga matanya berkaca-kaca.
Boss langsung tak tahan melihat air matanya, "Jangan nangis!"
"Aku tidak menangis..." Desahnya sambil menghirup ingus.
"Suamiku, aku pasti akan melahirkan bayi kita dengan selamat."
Lei Tingyu yang begitu angkuh pun rela melakukan hal-hal remeh yang biasanya diremehkannya, membuat Lan Xin sangat tersentuh.
Pasti dia sangat menanti-nanti kelahiran bayi ini.
"Dasar bodoh, jangan nangis lagi. Kalau terus begini, nanti anaknya lahir jadi cengeng sepertimu." Dia menyeka air mata sambil memeluk pinggangnya dan mengangkatnya dari ranjang.
"Aku bisa jalan sendiri. Ini cuma hamil, bukan cacat kaki."
"Diam di situ! Jangan asal bicara lagi!"
"Suamiku, kok jadi takhayul begini?"
Bibi Chen yang menyaksikan adegan manis ini langsung meneteskan air mata. "Tuan muda ini terlalu khawatir sampai ceroboh."
Seketika tatapan tajam Boss membuatnya terdiam. Hari ini si kepala pelawan kok cerewet sekali!
Bibi Chen yang dapat peringatan dari Boss Lei malah tak gentar, masih sempat bergurau.
"Tidak apa-apa, Tuan muda mau mencabut TV kabel, memutus kabel internet, terserah kamu mau apa! Yang penting saya sekarang cuma punya satu tugas, yaitu menjaga kandungan Nyonya muda tetap sehat. Sinetron-sinetron itu juga bisa tidak dikejar!"
Boss dengan canggung membuka mulut lalu menutupnya lagi. Lan Xin yang sedang meringkuk di pelukannya tertawa.
