Bab 286 Semuanya adalah cinta
Hari ini, boss sedang rapat ketika telepon Lan Xin masuk.
Disambung dalam hitungan detik.
"Suami, apakah kamu sibuk?"
"Tidak sibuk."
Lei Tingyu mengangkat tangan, Supervisor yang sedang presentasi langsung terdiam, seluruh ruang rapat sunyi senyap.
Kemampuan boss berbohong di depan mata sudah berevolusi ke realm kesempurnaan.
"Hari ini rasanya bagaimana? Ada yang ingin dimakan?"
Di ruang rapat besar yang hening, hanya suara CEO yang terlalu lembut terdengar. Semua orang menunduk pura-pura tak mendengar.
"Aku ingin makan... tofu fermentasi."
"Kamu mau makan apa?!"
Boss mengira telinganya bermasalah. Perempuan yang selalu selektif dengan sampo dan sabun mandi ini berani ingin makan barang beraroma aneh.
"Ini putramu yang mau, bukan aku." Lan Xin mengelus perutnya.
"Putri."
Lei Tingyu membetulkan dengan serius.
Lan Xin memberikan tatapan sinis.
"Putri semuanya akan dinikahkan keluar, ada apa yang bagus? Kalau anak laki-laki masih bisa membawa pulang seorang menantu untuk menemaniku menonton sinetron."
"Pe-perempuan!"
boss selesai berbicara, di antara para eksekutif ada yang nyaris tidak bisa menahan tawa. boss melontarkan tatapan dingin ke arahnya, baru mereka bisa nyaris menahan tawa.
"Baiklah, putrimu bilang ingin makan tahu fermentasi buatan sendiri dari restoran spesial Fenghuang Turun ke Sembilan Langit, juga hidangan pembuka dingin sebelum makan. Oh ya, tumis sayur campur buatan Bibi Feng juga..."
Hari ini mulutnya sama sekali tidak terasa nikmat, benar-benar merindukan keahlian memasak Bibi Feng.
Menutup telepon, boss melambaikan tangan, memberi instruksi pada Qi Lei. Asisten serba bisa itu berubah menjadi pelayan pemesanan makanan yang keluar untuk memesan.
boss memperkirakan waktu sudah hampir cukup, mempercepat rapat. Sore nanti tidak ada urusan, harus pulang untuk memberi makan kucing hamil.
Karena telepon dari Lan Xin, rapat dipersingkat setengah jam lebih cepat dari biasanya.
Setelah selesai, ada seorang eksekutif yang lebih senior, mengandalkan kedekatannya dengan boss, bertanya lebih lanjut.
"CEO, apakah Nyonya sedang hamil?"
Biasanya boss yang dingin jarang menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi, tapi hari ini untuk pertama kalinya mengangguk.
"Um, baru sebulan." Memikirkan kucing hamil malang yang terus muntah, boss juga merasa kewalahan.
"Istri saya dulu juga mengalami reaksi kehamilan yang parah." Seorang eksekutif lain menyambung.
Segera ada yang menyikutnya: "Hei, istrimu mana bisa dibandingkan dengan istri boss? Tidak tahukah boss paling benci membahas urusan pribadi selama jam kerja?"
Orang itu terlambat mengetahui, keringat dingin mengucur, tapi mendengar boss bertanya dengan serius.
“Lalu bagaimana kamu menanganinya?”
“Cih! Langit akan turun hujan merah! Bing Shan juga bertanya masalah seperti ini!”
“Hanya muntah beberapa waktu lalu sembuh sendiri, juga suka makan yang asam dan pedas.”
Dengan pembukaan ini, para eksekutif yang sudah menjadi ayah atau ibu, melihat boss sedang kesulitan dengan reaksi kehamilan Pemilik Warung, segera ramai memberikan saran.
“Makan sedikit tapi sering, pagi hari lebih mudah muntah, jadi makanlah yang ringan.”
“Istri saya suka makan mi yang saya masak, hanya makan buatan saya tidak muntah, bilang rasa seburuk apapun tetap rasa cinta, sampai anak lahir, sekarang 5 tahun masih tidak mau makan mi, mungkin trauma.”
Mendengar ini, boss tenggelam dalam perenungan.
Rasa cinta?
Melihat mobil boss, Lan Xin tersenyum sampai matanya berbinar, melambaikan tangan padanya.
Melihat si kecil bersandar di pintu, hati Lei Tingyu juga hangat, menghentikan mobil, membiarkannya membuka pintu dan naik.
“Tunggu saja di rumah, untuk apa keluar?”
“Di rumah tidak menarik, keluar sekalian cari udara segar, aku jalan sendiri ke sini, di jalan tidak muntah!”
Luas rumah keluarga Lei sangat besar, bahkan berjalan kaki pun butuh beberapa menit.
“Makanannya mana?” Lan Xin melirik ke sekeliling, boss mengusap rambutnya.
“Sebenarnya kangen aku atau makanan?”
Sebenarnya keduanya, tapi jujur pasti dicubit pipi, jadi Lan Xin membuat ekspresi memelas, mengusap perutnya.
“Ini yang putra Anda minta makan, tidak ada hubungan denganku.”
Anak belum keluar, dia sudah kebiasaan mengalihkan semua kesalahan ke anak.
“Ini putri.” Boss bersikukuh, memiliki obsesi tak jelas terhadap putri.
“Baiklah, Ayah sang anak, putrimu bertanya di mana makanan diletakkan?”
“Di dalam bagasi.”
Dia sama sekali tidak akan meletakkan benda berbau aneh itu di mobilnya yang menyebarkan gas berbahaya.
Sampai di rumah, Lan Xin hampir tidak sabar ingin melihat pesanan makanannya.
Tapi saat Boss mengeluarkan beberapa kotak bahan makanan, wajahnya menampakkan ekspresi kecewa yang sangat.
“Barang yang kuminta mana?”
“Acar sayur semuanya di sini. Sisanya, sudah kusuruh Bibi Feng menyiapkan bahan dan rasio.”
Boss menghabiskan hampir dua jam mempelajari dengan fokus cara memasak setiap hidangan.
Lan Xin terkejut menudingnya, “Kamu tidak akan memasak sendiri untukku, kan?”
Sepuluh menit kemudian, para koki di dapur panik melihat Tuan muda dengan langkah gagah menjemput Nyonya muda - hewan yang dilindungi tingkat tertinggi keluarga, berdua memasuki dapur.
“Tuan muda, ada yang perlu diperintahkan?” Koki kepala tegang mendekat.
“Tidak apa, kami masuk untuk membuat makanan. Kalian lanjutkan pekerjaan masing-masing.”
Satu kalimat Lan Xin membuat semua orang tegang.
Lei Tingyu yang membuat sensasi ini tidak merasa kehadirannya memberi tekanan besar pada karyawan dapur, dengan serius mengeluarkan buku catatan kecil berisi metode tulisan tangan Feng Ting.
Lan Xin melihat dari awal sampai akhir, meski biasanya sangat sensitif terhadap bau, dia malah menemani Lei Tingyu sibuk di dapur setengah hari tanpa sedikitpun rasa mual.
Bahan makanan sudah diolah sebelumnya. Setelah tahu Lan Xin hamil, Feng Ting sengaja memilih beberapa hidangan yang tidak memicu mual dan menyiapkannya dalam bentuk setengah jadi, sehingga boss tinggal mengolahnya sendiri saat kembali.
Meski Lei Tingyu tidak menjelaskan bagaimana caranya sampai ke restoran masakan pribadi dan meminta Bibi Feng mengajarinya, Lan Xin bisa membayangkan dari cara kerjanya yang sangat teliti.
Nak, kau harus kuat ya. Ini masakan tangan ayahmu sendiri, jangan dimuntahkan lagi!
Dua puluh menit kemudian, empat hidangan dan satu sup terhidang di hadapan Lan Xin.
Penampilan, aroma, dan rasa... semuanya biasa saja.
Harus diakui, boss memang tidak punya bakat memasak. Bahan setengah jadi yang sudah disiapkan 50% oleh Bibi Feng pun bisa diolahnya berantakan.
Tumis sayur campur terlalu matang sampai daunnya menguning.
Sup agak asin, daging kukus tepung juga berubah bentuk karena waktu pengukusan yang tidak tepat.
Tapi ini makanan terlezat yang dimakan Lan Xin sejak hamil.
Setelah makan sampai kenyang, boss duduk di sampingnya sambil menahan napas menunggu dia muntah.
Lihatlah Lan Xin menghabiskan semangkuk nasi, meletakkan mangkuk, tiba-tiba tangannya menutup mulut. Kepala pelayan di belakangnya dan boss di samping langsung tegang.
Sial, mau muntah lagi!
“Aku kan sudah bilang, jangan sembarangan kasih makanan ke wanita hamil. Lihatlah daging kukus ini berantakan...” Bibi Chen bergumam pelan.
Lan Xin menarik tangannya dari mulut, menguap lebar, lalu mengelus perutnya dengan wajah puas.
"Kenyang~ Aku ngantuk nih. Bayiku ini pecinta makanan jalanan ya."
Ternyata tidak muntah? Boss menarik napas lega.
Tampaknya bayi masih memberi muka untuk ayahnya. Meski masakan ayahmu ini tidak enak, tapi sarat dengan cinta.
