Bab 293 Ikatan Jodoh Ribuan Li Terikat Sepiring Hidangan
Gong Yun dan Jin Tian sama-sama mencicipi hidangan kecil yang direkomendasikan Lan Xin.
Gong Yun hanya merasa rasanya unik, tapi tidak seistimewa yang digambarkan Lan Xin. Mungkin selera wanita hamil memang berbeda.
boss melihat ekspresi teman baiknya, langsung tahu ide Gong Yun sama dengan dirinya.
Sebenarnya boss juga tidak tahu, mengapa makanan Bibi Feng yang lezat hanya terasa enak luar biasa ketika dimakan Lan Xin.
Jin Tian baru satu suap, wajahnya langsung berubah drastis.
Rasa ini, teknik seperti ini, benar-benar terlalu familiar!
"Lan Xin, ini, siapa yang membuatnya?"
"Ah? Itu tante saya." Lan Xin tidak paham, mengapa reaksi Jin Tian bisa begitu bergairah!
"Katakan! Namanya siapa, di mana!" Tidak mungkin salah, ini persis rasanya!
Sama persis dengan keahlian memasaknya yang muncul tak terhitung kali dalam mimpinya!
Di masa muda, Jin Tian pernah menderita anoreksia, bertahan berkat hidangan pembuka buatan tangan wanita itu.
Setelah kepergiannya, bertahun-tahun sudah dia tidak menemukan makanan yang seenak ini.
Lan Xin kaget melihat reaksi berlebihan Jin Tian.
Boss juga merasa Jin Tian terlalu emosional. Tidak senang melihat kekasihnya ketakutan, boss membersihkan tenggorokannya.
Menyadari kekhilafannya, Jin Tian segera menampakkan ekspresi penyesalan.
"Maaf, mungkin saya terlalu bersemangat. Rasa hidangan ini... terlalu mirip dengan kekasih saya. Tapi dia sudah meninggal bertahun-tahun lalu..."
Duduk lesu, Jin Tian berpikir putus asa: Harapan apa lagi yang bisa dia punya? Bagaimanapun juga kabar kematiannya dulu dia verifikasi sendiri.
"Itu, kalau kamu suka, aku bisa bungkuskan sebagian untukmu. Oh ya——" Lan Xin tiba-tiba mendapat kilasan inspirasi.
"Paman Jin, sampai sekarang masih lajang kan? Tanteku juga single, mau tidak kukenalkan kalian?"
Bibi Feng meski wajahnya cacat, tapi begitu lembut dan baik hati, dipasangkan dengan Paman Jin yang beretiket sempurna, terasa sangat serasi.
Boss hampir saja dikalahkan oleh imajinasi absurd kucing hamil ini.
Mengetuk kepala gadis itu, "Apa isi kepalamu setiap hari? Jangan sembarangan menjodohkan orang!"
Lan Xin menutupi kepalanya, bergumam pelan.
"Menurutku, Paman Jin bukan tipe yang peduli status sosial. Jodoh ribuan li terikat sepiring masakan, kedengarannya sangat romantis."
Boss melototi gadis itu sebelum menoleh ke Jin Tian.
"Istriku kurang pertimbangan, membuat CEO Jin malu-maluin."
Jin Tian adalah bangsawan bergelar, tak kekurangan uang maupun status. Apa Kucing Liar ini benar-benar tak tahu diri sampai menghadiahkan Pangeran kepada wanita tua cacat wajah hanya dengan sepiring makanan?
Untunglah Jin Tian berhati lapang. Jika diganti orang lain, mungkin menganggap Lan Xin sedang menghina.
"Tidak apa, aku menghargai keluguan Lan Xin. Hanya saja mungkin aku harus menolak tawaranmu dengan halus. Bukan soal status, tapi..."
Mengingat wanita yang telah tiada bertahun-tahun itu, hati Jin Tian masih terasa perih.
Setelah sekian lama, tetap tak bisa melupakannya. Bahkan saat menyantap hidangan serupa, rasa sakit itu masih menyayat-nyayat.
“Perasaan ini pantas dikenang, sayangnya waktu itu sudah kabur.”
Lan Xin memperhatikan ekspresi Jin Tian, entah mengapa tiba-tiba teringat kalimat ini.
"Bagus, bagus sekali ungkapan 'sayangnya waktu itu sudah kabur'." Jin Tian mengangguk dua kali, Lan Xin memang berbakat, ucapannya selalu tepat sasaran.
Boss melihat hal ini, mengangkat gelas anggurnya, mengalihkan topik pembicaraan. Semua orang bisa melihat Jin Tian pernah menjadi orang yang penuh kisah.
Makan malam menjadi sedikit getir karena interlude kecil ini.
Setelah makan, pelayan menghidangkan teh harum yang sudah diseduh. Lan Xin bertiga melanjutkan diskusi tentang fotografi.
Hanya karena hidangan kecil tadi, Jin Tian terlihat tidak fokus.
Setelah mengobrol sebentar, pelayan mendekat dan berbisik sesuatu ke telinga Lan Xin. Mata Lan Xin langsung berbinar.
"Paman Jin, Kakak, aku masih punya satu koleksi bagus yang baru selesai dibingkai. Tolong lihatkan, ini favorit pribadiku."
Foto hitam-putih kucing pemberian Bibi Feng itu, bingkainya sudah kuno. Karena sangat menyukainya, Lan Xin menyuruh orang untuk membingkai ulang.
Pelayan tadi mengatakan galeri sudah mengantar lukisan itu. Barang bagus tentu harus dibagi dengan yang mengerti nilai.
Pelayan segera membawa kotak tersebut. Sambil membuka tutupnya, Lan Xin mulai memperkenalkan.
"Kupikir segala sesuatu di dunia ini memiliki semangat. Aku dapat ini secara kebetulan. Meski bukan karya maestro, tapi terlihat sangat cocok."
"Lei Tingyu melihat Lan Xin, kemudian mengeluarkan lagi foto yang baginya terlihat seperti kucing dari segala sudut itu untuk pamer, mendengus dengan sikap meremehkan."
"Ke depannya jangan biarkan dia bergaul dengan para penggila fotografi ini. Sepanjang hari dia hampir tak menoleh ke arahku."
"Nanti pasti akan kutulis kaligrafi dengan kuas dan pasang di kamar tidur, biar begitu buka mata langsung kelihatan."
"Fotografi membuat tiga generasi miskin, DSLR menghancurkan hidup! Pemain kamera cuma orang yang hilang akal karena mainan!"
Gong Yun mengangguk, "Bagus, sudutnya diambil dengan baik. Ekspresi kucing lincah ini terlihat sempurna. Meski hitam-putih, tapi seolah kucing hidup ini mau melompat dari kertas."
"Puncak seni fotografi bukan menampilkan kesepian, tapi membuat orang merasakan cinta akan kehidupan melalui karya."
"Paman Jin, bagaimana menurutmu ini?" Lan Xin memalingkan kepala bertanya pada Jin Tian.
Tapi reaksi Jin Tian di luar dugaan semua orang!
Dengan tergesa-gesa dia maju dan menggenggam tangan Lan Xin. Foto berharga itu terjatuh ke lantai, BREEENG! Kaca pecah berantakan.
Lei Tingyu dengan cepat menarik Lan Xin ke belakangnya, melindunginya dengan tubuh sambil menatap tajam ke arah Jin Tian.
"Dari mana kau dapat foto ini?!" Suara Jin Tian naik setidaknya 3 oktaf.
Wajahnya yang biasanya kalem kini terdistorsi, ketenangannya hilang. Emosinya tampak sangat tidak stabil.
“Ini diberikan oleh tante yang memasak untukku, Paman Jin, ada masalah?”
Jin Tian merasa darahnya membeku, napasnya menjadi hati-hati dan waspada.
“Siapa namanya?!”
Foto ini adalah yang paling disukainya di masa lalu. Dulu dia pergi tanpa pamit, tidak membawa apa-apa kecuali foto ini.
“Paman Jin...” Lan Xin terkejut dengan reaksi berlebihan Jin Tian, memandang Lei Tingyu meminta bantuan.
“CEO Jin, boleh tahu apa tujuan Anda menanyakan ini? Maaf, tante itu adalah senior yang sangat dihormati istri saya. Jika Anda tidak menjelaskan maksudnya, kami tidak akan memberitahu.”
Boss mengutarakan isi hati Lan Xin, Lan Xin mengangguk cepat-cepat.
“Foto ini... saya yang memotretnya, Tian, tulisan ini memang saya yang tulis sendiri dulu.”
Jin Tian menutup matanya dengan kesakitan, dia bisa merasakan setiap sel di tubuhnya berteriak dengan fanatik.
Sebuah jawaban hampir terungkap, mungkinkah itu dia? Tapi bukankah dia sudah tewas?
Semakin besar harapan, semakin besar kekecewaannya. Maka Jin Tian hampir menahan napas menunggu jawaban Lan Xin.
“Kamu yang memotret? Tidak mungkin! Paman Jin apakah Anda keliru? Saat Bibi Feng memberikannya padaku, dia jelas-jelas bilang ini difoto langsung oleh kekasihnya.”
