Bab 294 Hari-hari dengan dukungan suami, sungguh menyenangkan
“Apakah nama lengkapnya Liao Feng Ting?”
“Bagaimana kau tahu?!” Lan Xin bertanya dengan terkejut.
“Dia sekarang... masih baik-baik?” Jin Tian hampir menahan napas, menunggu jawaban.
Sangat takut, jawaban Lan Xin padanya adalah Feng Ting sudah lama mati, semuanya hanyalah halusinasi yang tercipta karena antisipasinya yang berlebihan.
"Bagus, membuka restoran spesial. Masakan kecil yang baru saja kau makan tadi adalah buatannya. Aku juga ingin memperkenalkan kalian."
Begitu Lan Xin selesai bicara, Jin Tian langsung terjatuh ke belakang dalam posisi tegak. Gong Yun yang tak jauh darinya segera menggapai untuk menahannya, sementara Boss Lei langsung merangkul Lan Xin dalam seketika.
Langit runtuh pun tidak ada hubungan sama sekali dengan Boss Lei. Dia tak peduli nasib Jin Tian, asalkan saat terjatuh jangan sampai menghantam kucingnya.
Gong Yun membaringkan Jin Tian di sofa. Setengah hari kemudian barulah dia bisa bernapas lagi, dua tangannya erat menjabat tangan Lan Xin.
"Apa yang kau katakan benar? Dia benar-benar tidak mati, masih hidup?"
Suaranya sudah mulai bergetar.
"Hidup dengan baik. Hanya wajahnya yang cacat, jadi sering memakai topeng."
"Cacat wajah..." Jin Tian menyebut ulang dua kata ini dengan hati perih. Tanpa disadari air mata tua sudah membanjiri matanya.
Feng Ting masih hidup! Yang penting dia masih hidup! Asalkan dia hidup, dia tidak peduli apakah wajahnya cacat. Semua itu tidak penting. Sekarang dia hanya ingin segera menemukannya, memperbaiki kesalahan besar selama bertahun-tahun ini.
"Lan Xin, harap beritahu aku alamat Feng Ting." Jin Tian berdiri dengan bergembira, menggenggam bahu Lan Xin sambil memandangnya dengan penuh permohonan.
Lan Xin ragu sejenak, Jin Tian segera menjamin.
"Aku bersumpah, tidak ada niat jahat. Tentang kisah antara aku dan Feng Ting, akan kuceritakan nanti. Sekarang aku sangat ingin menemuinya, bisakah kau memberiku alamatnya?"
"Akan kuantarkan." Boss membuka mulut, menggenggam erat tangan Lan Xin untuk menenangkannya.
Lan Xin langsung merasa sangat tenang, memandang Boss dengan penuh rasa syukur.
Sungguh nyaman memiliki suami yang selalu mendukung.
Betapapun bingungnya dirinya, Boss selalu lebih dulu memikirkan solusi untuk membantunya.
Membawa Jin Tian menemui Bibi Feng, jika ada masalah, Boss akan langsung campur tangan. Ini juga bentuk perlindungan untuk Bibi Feng.
Lei Tingyu mengemudi, membawa Lan Xin dan Jin Tian menuju restoran spesial Feng Ting. Sepanjang jalan, Lan Xin memperhatikan tangan Jin Tian yang sedikit bergetar. Pasti hatinya sangat tegang.
Bisa membuat Paman Jin yang berstatus tinggi begitu gugup, pasti ada kisah tersembunyi antara dia dan Bibi Feng.
Sampai di restoran spesial, Lan Xin turun duluan. Mengetuk pintu belakang dua kali - Bibi Feng tidak ada di rumah. Meneleponnya.
"Bibi Feng, kamu di mana?"
"Aku sedang menangani masalah di depan. Tunggu sebentar." Suara lembut Bibi Feng terdengar dari telepon.
Lan Xin hendak berkata sesuatu ketika tiba-tiba mendengar suara Bai Xiaonan di seberang telepon.
"Kenapa ada rambut di hidanganmu ini?"
"Lan Xin, tunggu sebentar. Aku segera selesai." Bibi Feng menutup telepon.
Lan Xin mengerutkan alisnya, melipat lengan baju dan hendak maju, namun ditahan oleh bos.
Menunjuk ke arah perutnya.
Lan Xin menjulurkan lidah, "Lagi-lagi lupa sama bayi!"
"Feng Ting kenapa?" tanya Jin Tian dengan cemas.
"Ada orang sinting yang mengganggunya, aku mau periksa."
Begitu mendengar suara Bai Xiaonan, Lan Xin langsung paham.
Perempuan licik yang tak kunjung pergi ini jelas sedang mencari-cari kesalahan Bibi Feng. Waktu itu di tempat ini pulalah Lan Xin membuatnya malu, hingga dendam terpendam.
Kali ini sengaja membawa beberapa orang untuk mempermalukan Bibi Feng.
Lan Xin dan Jin Tian bergegas menuju pelataran depan. Belum sempat masuk, suara menggelegar Bai Xiaonan sudah terdengar.
"Usahamu di sini tidak perlu dilanjutkan lagi.
"Bai Xiaonan, kau lagi-lagi mengganggu Bibi Feng saat aku tidak ada!" Lan Xin mendobrak pintu masuk.
Melihat Bai Xiaonan menekan Bibi Feng, Lan Xin menyambar maju, menyelipkan sang chef lembut itu ke belakangnya, lalu menghadang dengan sikap protektif.
"Keluarga Bai, perut kenyang malah bikin jemu? Daripada garuk-garuk tembok, ngapain ke sini?"
Tatapan Bai Xiaonan berapi melihat Lan Xin muncul. Dasar perempuan hina yang beruntung!
"Bukannya buka togo ya untuk melayani pelanggan? Lan Xin, jangan ikut campur! Masakannya yang bermasalah, kau tak bisa lindungi dia!"
"Masalah apa?"
“Di piringnya ada rambut!” Bai Xiaonan mengambil sehelai rambut panjang dengan wajah puas.
“Saksi dan bukti lengkap, tokonya hari ini harus ditutup.”
Bibi Feng menjelaskan dengan pasrah, "Pelanggan terhormat, masakan saya tidak mungkin bermasalah. Lagipula di sini ada CCTV, kita bisa putar ulang rekamannya."
Dia sangat ketat dalam hal higienitas makanan. Setiap kali selalu membawa perlengkapan perlindungan, khawatir terjadi hal seperti ini.
Jin Tian dan Lei Tingyu berdiri di luar pintu. Mendengar suara dari dalam, tubuh Jin Tian langsung kaku.
Itu dia! Suaranya masih sama lembutnya!
“CCTV-mu rusak.”
Bai Xiaonan berkata puas. Sebelum masuk, dia sudah menyuruh bodyguard-nya memotong kabel CCTV.
“CCTV-nya rusak ya...” Lan Xin mengedipkan mata, tiba-tiba maju dan membuka mulut Bai Xiaonan sebelum sempat bereaksi.
Menggenggam tangan Bai Xiaonan yang memegang rambut, dengan cepat memasukkan rambut itu ke mulutnya!
“Ah Goblog!” Bai Xiaonan muntah-muntah, sementara Lan Xin tertawa terbahak.
“Nona Bai, katanya makan apa nambahin apa. Kau kurang akal, harusnya makan jantung babi, bukan rambut!”
“Berani-beraninya kasar padaku!” Bai Xiaonan marah sambil menuding Lan Xin yang membuat ekspresi hantu.
“Lha wong CCTV-nya rusak, siapa yang lihat aku kasar?”
Lan Xin tetap tenang, menoleh ke beberapa “saksi” yang dibawa Bai Xiaonan di dalam ruangan.
“Saya Lan Xin, istri CEO Grup Lei. Suami saya Lei Tingyu. Kalian barusan melihat apa?”
Meski beberapa orang ini diundang oleh Bai Xiaonan, mendengar nama Lei Tingyu, mereka serentak berbalik arah.
“Selama makan tadi, kami tidak melihat apa-apa.”
Usai berkata, takut Lan Xin menggunakan pengaruh Lei Tingyu - sosok yang tak boleh disinggung - mereka cepat-cepat berdiri dan pergi. Melihat Lei Tingyu di pintu, wajah mereka langsung pucat pasi.
Boss melirik sekilas ke arah mereka, melambaikan tangan. Orang-orang ini sampai tak berani bersuara, buru-buru pergi.
Hutang budi tipis bagai kertas. Bai Xiaonan yang awalnya ingin menjijikkan Bibi Feng sekaligus menghalangi Lan Xin, malah terkaget-kaget dikalahkan oleh serangan balik tiba-tiba Lan Xin yang justru membuatnya merasa sangat menjijikkan.
Memandang wajah terdistorsi Bai Xiaonan, Lan Xin menoleh ke Bibi Feng:
“Untuk menghajar orang jahat, tak perlu penjelasan. Karena sejak awal dia sudah berniat buruk. Lain kali ada yang datang cari masalah, Bibi langsung ambil sapu dan usir saja! Kalau ada masalah, saya Lan Xin yang akan menanggung!”
Bai Xiaonan akhirnya kehilangan ketenangan karena emosi. Tangannya terangkat hendak menampar Lan Xin, tiba-tiba melihat pria yang masuk dari luar pintu. Wajahnya langsung memucat.
Bagaimana Lei Tingyu bisa datang?
Dan pria di belakang Lei Tingyu itu... Jika ingatannya tidak salah, bukankah itu pangeran dari Negara E, CEO Jin Si, Jin Tian?
