Bab 315: Ratusan juta orang melihatnya menciumnya
Ponsel anyar Lei Group menyedot perhatian media global, hampir seluruh outlet media dunia ada di lokasi.
Meski sudah lama mendengar kabar bahwa CEO Grup Lei memiliki hubungan yang sangat dalam dengan istrinya, kehadiran Lan Xin yang secara terbuka mengikutinya naik ke panggung dalam acara semacam ini tetap memicu kejutan yang luar biasa.
Lan Xin yang keluar bersama bos, meski tersenyum anggun di wajahnya, dalam hati justru dipenuhi kebingungan yang tak terucapkan.
Dari sorakan "wo~" yang serentak dari para media saat kemunculannya, dia bisa menyimpulkan dengan pasti bahwa seluruh penonton di tempat itu sedang mengalami keterkejutan massal.
Ini main-main apa sih, bos! Bisa nggak kamu jangan mempermainkan orang seperti ini?!
Perasaan canggung yang menggelayuti Lan Xin sama sekali tak terpancar dari raut wajahnya.
Lei Tingyu yang sudah berpengalaman menghadapi badai kehidupan, sama sekali tak tergoyahkan oleh kejutan level seperti ini.
Dengan kepura-puraan tenang, Lan Xin melambaikan tangan ke media dan hendak turun dari panggung menuju kursi VIP-nya, tiba-tiba sang bos menarik tangannya dengan kuat.
Sebelum sempat bereaksi, bibir Lei Tingyu sudah menyergapnya tanpa ampun seperti serangan kilat!
Sial...!
Bukan hanya media yang terperangah, bahkan tim PR Grup Lei pun mengalami kebekuan mental kolektif.
Sang Tuan CEO, bisakah Anda memberi peringatan dulu sebelum menyiksa para jomblo se-ini levelnya? Topik yang diciptakan ini benar-benar di luar batas!
Bisa dipastikan, headline rubrik hiburan dan ekonomi besok pasti akan dipenuhi ciuman kontroversial ini!
Mata Lan Xin membelalak, darahnya serasa membeku di pembuluh nadi.
Di belakangnya, lautan lensa media dunia berjejal, di barisan depan bahkan duduk keluarga dekatnya, sementara siaran langsungnya menjangkau berbagai negara.
"Artinya, setidaknya ratusan juta orang melihat boss menciumnya!"
Dengan aroma mint yang samar, bercampur aura maskulin khasnya, menerpa dirinya. Bahkan ia bisa merasakan lidahnya yang penuh wibawa membuka paksa!
Semua orang tahu, ciuman CEO Lei kali ini bukan sekadar sentuhan ringan, melainkan ciuman intim yang sesungguhnya!
Perbedaan ruang membuat detak jantung Lan Xin semakin cepat. 5 detik kemudian, ia mengambil keputusan cerdas.
Memejamkan mata, mengulurkan tangan, memeluk leher boss: "Ayo, nikmatilah!"
"Byur, Kakakku ini benar-benar..." Shishi yang duduk di barisan VIP depan tak bisa menahan tawa.
"Istri, lain kali kita coba di konferensi pers perhiasan kita?" Jin Tian merasa kalah oleh pemuda itu, mengejek Feng Ting di sampingnya.
Feng Ting menggeleng, "Sudahlah. Menantu kita tampan, orang akan bilang ia setia. Jika kau yang melakukannya, mereka akan menyebutmu tidak tahu diri di usia tua."
"...Istri, kemampuanmu menggunakan peribahasa haruskah sempurna begitu?" Jin Tian tersinggung.
Di atas panggung, boss akhirnya puas melepaskan Lan Xin. Memandang wajah merahnya, ia mengangkat sudut bibir sambil membenahi helai rambut yang terurai.
Gerakan lembut itu memancing decak kagum. Semakin dingin karakternya, semakin terasa kehangatan dalam aksinya.
Lan Xin tersenyum, bertanya sesuatu dengan gerakan bibir yang tak berubah.
boss ekspresi penuh wibawa sorot mata lembut, juga membalas sesuatu dengan suara berdesis.
Adegan ini berhasil direkam oleh berbagai media.
Keesokan harinya topik panas di internet adalah: Setelah ciuman mengejutkan di konferensi pers, apa sebenarnya yang dibicarakan CEO Grup Lei dan istrinya?
Jawaban netizen beragam. Yang pragmatis menduga sang istri CEO berkata, "Kali ini kita jadi kaya, suamiku", dengan jawaban boss, "Benar, ponsel ini akan dijual sampai ke langit."
Netizen romantis bertepatan sang istri mengucapkan, "Aku mencintaimu, suamiku", dijawab, "Aku juga mencintaimu."
Tapi sebenarnya Lan Xin bertanya, "Lipstikku masih bagus nggak, si hantu?"
Boss tersenyum membalas, "Masih bisa dilihat. Kalau panggil aku si hantu, nanti kamu sengsara."
Di bawah sorotan kamera, Lan Xin turun dari panggung dengan tenang lalu duduk di posisi VIP.
Jin Shishi langsung menoleh bertanya, "Kak, ipar sedang ngapain sih?"
Lan Xin berbisik, "Dia kan tipe orang tidak normal, susah dimengerti orang biasa."
Keduanya tersenyum anggun, terlihat harmonis seperti saudari. Tak ada yang menyangka isi percakapan mereka.
"Putri-putriku memang berpendidikan tinggi. Sebagai ayah, aku sangat lega," ujar Jin Tian penuh haru.
Xin Xin yang lama di luar ternyata bisa beradaptasi baik dengan gaya kalangan atas.
Feng Ting ingin melototi suaminya, tapi ini memang realita keluarga kaya.
“Penampilan luar yang gemilang dan anggun, tapi tak ada yang tahu kisah di baliknya. Sudahlah, putrinya bisa beradaptasi dengan baik, itu sudah membuatnya puas.”
“Kak, tadi saat kakak ipar menciummu, apakah Kakak sangat bergembira?”
“Mm, pasti ada dong. Dia itu maniak ciuman.”
Obrolan rahasia kedua gadis itu mengalun pelan hingga sampai ke telinga Jin Tian. Mulutnya berkedut, berpura-pura tak mendengar.
“Aku lihat kamu juga terlihat sangat menikmati, bahkan sempat menutup mata.” Shishi berani mengatakan apapun pada Lan Xin.
“Harus ditutup! Sekarang media seluruh dunia sedang mengawasi kita. Bayangkan jika aku tidak melakukannya, bagaimana jika dunia mengira teknik ciuman kakak iparmu buruk?”
Topik semacam ini benar-benar... Jin Tian melanjutkan 'tuli selektif'-nya, tapi masih bisa mendengar bisik-bisik dua anak itu.
Di hadapan Shishi, Lan Xin selalu mencari kesempatan untuk menurunkan pengalaman menjadi kakak.
“Shishi, kalau nanti Mu Feng-mu juga begini, kamu harus belajar dariku. Yakini satu prinsip: Pohon tanpa kulit pasti tewas, orang tanpa muka tak terkalahkan!”
“Tapi kurasa karakter Mu Feng sepertinya... tidak akan seperti ini?” Sebenarnya dalam hati Shishi ada sedikit rasa iri.
Kakak ipar itu sangat jantan. Di arena apapun, berani langsung mencium.
“Soal pria, jangan hanya lihat penampilan. Lihat sikap genit terpendam kakak iparmu ini, mana mirip orang yang suka melakukan hal begini? Mu Feng kalau diberi semangat, juga berpotensi tak terbatas!”
“Aku akan coba setelah pulang...” Shishi adalah orang yang paling memuja Lan Xin, apapun yang dikatakan Lan Xin, dia percaya.
“Batuk!” Jin Tian akhirnya tidak tahan mendengar, berdehem dua kali.
“Ayah, apa tenggorokanmu tidak nyaman?” Lan Xin baru teringat, di sampingnya masih ada ayah yang sedang duduk.
“Masih... baik!” Jin Tian menoleh ke belakang, tersenyum kaku pada Feng Ting.
“Memiliki banyak putri, menjadi ayah juga merepotkan.”
Dengan irama seperti ini, putri bungsu yang dibawa nakal oleh putri sulung, adalah hal yang bisa terjadi dalam hitungan menit.
“Setidaknya, hubungan mereka baik.” Perkataan Feng Ting sangat menghibur Jin Tian, memang benar.
Saat dunia luar menduga Lan Xin dan Jin Shishi akan berseteru hebat, berdebat terbuka untuk memperebutkan kekayaan, sebenarnya kedua saudari ini justru membahas topik harmonis dan bersahabat semacam ini.
Meskipun, agak melenceng...
Konferensi pers secara resmi dimulai, Lei Tingyu dengan tenang dan penuh wibawa menjelaskan fungsionalitas ponsel baru pada media seluruh dunia.
Lan Xin tergila-gila menatap Lei Tingyu di atas panggung, dia seperti menjadi orang lain, menguasai dunia, begitu percaya diri dan memesona.
Memiliki aura yang kuat, hanya dengan berdiri sendiri di panggung, sudah cukup memfokuskan pandangan seluruh dunia.
“Kukira CEO Lei Group adalah sosok yang hebat, ternyata hanya pria yang tergila-gila pada wanita.”
Sebuah suara, tidak keras tidak pelan, tepat terdengar oleh Lan Xin. Dia menoleh, melihat pria yang berbicara di kursi VIP, terpaku.
