Bab 318 Sangat Tertarik Padanya
"Sungguh keterlaluan!"
Jin Tian sudah mengulang kalimat ini beberapa kali sepanjang malam.
Melihatnya mondar-mandir di dalam ruangan, Feng Ting akhirnya tak tahan dan berbicara.
"Sebentar lagi anak-anak pulang, tak perlu segitu khawatirnya kan?"
Sejak Lan Xin dan Shishi pergi clubbing bersama, sang ayah yang cemas terus menunjukkan ketidaksenangan.
"Ting Yu dan Mu Feng tidak ada. Jika mereka tahu istri mereka main ke klub malam, menurutmu apa reaksi mereka?"
Jika menantu yang kalem itu mungkin tak masalah.
Tapi memikirkan Lei Tingyu yang temperamental dan dingin bagai es di depan publik, Mu Feng merasa pusing.
Boss di konferensi pers bersama Lan Xin dengan tegas melakukan propaganda terbaik untuk produk baru Lei Group.
Sekarang setelah seminggu, produk baru Lei Group sudah kehabisan stok di pasar yang sangat panas, banyak daerah kehabisan persediaan.
"Seharusnya Tingyu membawa Xin Xin ikut ke M negara saat urusan bisnis, daripada membiarkannya bandel begini!"
"Alasan Lei Tingyu tidak membawa Lan Xin pergi bersama, sebagian besar karena tidak ingin membuatnya kelelahan dalam perjalanan, memilih meninggalkannya di sisi orang tua."
Tak disangka baru kurang dari 3 hari boss pergi, Lan Xin malah pergi ke party klub malam bersama Shishi.
"Sudahlah, cepatlah istirahat sebentar. Berputar-putar，tidak pusing? Dua anak itu bukan sengaja pergi, kan Shishi yang tertipu?"
Feng Ting dibuat pusing oleh cara Jin Tian yang berputar-putar membahas masalah.
"Sial! Andai tahu dari awal kalau ultah teman sekelas yang dia sebutkan diadakan di tempat begini, harusnya dari tadi menyuruh mereka bawa bodyguard!"
"Bukannya bodyguard rumah sudah dalam perjalanan ke sana? Takkan ada masalah."
Shishi menerima telepon undangan pesta ulang tahun teman. Karena bosan pergi sendiri, dia mengajak Lan Xin. Tak disangka setelah sampai di lokasi, pihak lawan tiba-tiba mengubah tempat ke bar besar.
Pesta berubah menjadi klub malam dadakan. Dua ibu hamil terjebak di dalam, terpaksa menelepon ayah mereka. Jin Tian sudah gelisah sejak menerima telepon itu sampai sekarang.
"Sebenarnya, kamu cuma kesal karena para putri tidak mengajakmu main bersama kan?" Feng Ting akhirnya menyingkap beban pikiran kecil Ayah Jin.
Jin Tian canggung mengatupkan mulutnya dua kali, tak bisa membantah.
"Ah, Feng Ting... Apakah aku sudah tua? Dua anak ini sudah besar begini."
Sudah lewat usia dimana masih bisa main bersama ayahmu.
Feng Ting melihatnya seperti ini, mengira dia kembali teringat akan tahun-tahun terpisah mereka, baru ingin menghiburnya, tapi mendengar dia bicara sendiri.
"Jadi, selagi dua yang besar ini tidak ada, mari kita lahirkan yang kecil lagi. Kali ini aku ingin membesarkan anak sendiri, tidak percaya kalau lahirkan satu lagi, dia tetap tidak mau main dengan ayahnya!"
...Feng Ting tak tahu harus berkata apa.
"Bisakah kamu serius sedikit?"
"Aku sudah paling serius, istri. Shishi dan Xin Xin itu perempuan. Meski bisa mewarisi hartaku, tapi gelar bangsawan tidak bisa mereka warisi. Air gemuk tak mengalir ke sawah orang!"
"Jadi?"
Jin Tian memeluknya, Hehe mendorongnya hingga rebah.
"Lahirkan putra lagi~"
Feng Ting akhirnya paham, otak unik Lan Xin itu diwarisi dari siapa.
"Kita sudah sepuh begini, kamu masih mau punya anak? Putri-putri kita pasti kolaps!"
Shishi dan Lan Xin sama-sama sedang hamil.
Jika Jin Tian masih mau punya anak, berarti cucu-cucu nanti punya paman kecil yang lebih muda dari mereka?
"Tak apa. Kita tua nanti masih ada dua ipar yang bantu jaga warisan. Ayo istri, selagi anak-anak tidak ada, bikin putra~"
"Aku baru sadar, sejak awal kamu sudah mengincar Ting Yu..."
Feng Ting membongkar kebenaran: Jin Tian sudah lama mengincar bakat bisnis Lei Tingyu!
Boss bersin, tak tahu kalau ayah mertua yang licik sedang menggerutui dirinya.
Mengeluarkan ponsel, menelepon Lan Xin.
Baru berpisah beberapa hari, tapi rasanya sudah lama sekali.
"Hai, suami?" Lan Xin berteriak keras.
Mendengar suara musik keras di belakangnya, bos mengerutkan kening.
"Kamu di mana?"
Mungkinkah istrinya yang sedang hamil ini seharusnya berada di rumah untuk beristirahat?
Dentuman musik rock heavy metal yang menggelegar membuat darah bos mendidih.
"Jangan tanya! Aku dan Shishi ditipu temannya. Katanya mau ulang tahun, tiba-tiba ganti tempat. Kami terpaksa ikut..."
Suara Lan Xin terdengar dari depan kamar mandi bar, deru musik masih menggema kencang.
"Berani-beraninya ke bar?! Jin Lanxin, apa bulu kucingmu sudah gatal-gatal?" Suara bos melengking menusuk.
Dua wanita hamil di bar!!
Lan Xin menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Jangan marah-marah dong. Kami kan juga korban penipuan. Tenang, bodyguard dari rumah sudah di jalan. Kami juga tidak akan lama."
"Nama bar-nya, cepat bilang!"
"Notting Hill. Jangan kirim bodyguard kita lagi. Ayah sudah mengirim orang. Kami juga tidak kemana-mana kok."
"Diam kau! Sekarang juga kembali ke lobi dan tetap di samping Jin Shishi! Jangan bergerak dari situ!" Suara bos seperti hendak meledak.
"Oh..." Lan Xin mengangguk patuh sebelum menutup telepon.
Dicelatkannya lidah ke arah ponsel.
"Dasar cerewet. Nggak ada yang bahaya di sini. Kan semua orang pada ada."
Budaya bar di Negara E sudah ada sejak lama, lingkungan holistik relatif lebih aman dibanding dalam negeri, dan tempat ini juga tergolong kelas atas, umumnya tidak ada orang sembarangan yang masuk.
"Wanita yang menyiramku air, kita bertemu lagi." Nada suara yang malas membuat Lan Xin menengok.
Xiao Mingge berdiri di belakangnya, mengenakan jeans penuh lubang, di dada tergantung untaian manik-manik warna-warni, rambut acak tapi stylish, penampilan hippies standar.
Jika bukan karena suara yang terlalu menyebalkan ini, Lan Xin hampir tidak mengenali kalau makhluk ini adalah orang yang berpakaian rapi di konferensi pers.
"Keluar rumah tidak memeriksa Almanak Kuning, jadi korban bertemu denganmu."
Xiao Mingge menggunakan bahasa Inggris, Lan Xin juga membalas dengan bahasa yang sama, sepertinya dia tidak begitu paham bahasa Mandarin.
"Almanak Kuning... itu apa?" Dia menggigit kata-kata dengan susah payah.
Lan Xin malas memandangnya, bersiap melewatinya, tidak ada yang perlu dibicarakan dengan jenis orang seperti ini.
Tapi saat bersimpangan, lengannya ditangkap, dengan sedikit tenaga Lan Xin langsung ditarik ke hadapannya. Dengan gaya main-main, dia mengangkat dagu Lan Xin.
"Wanita, kau menyiramiku sampai basah kuyup, membuatku malu di hadapan dunia. Bukankah seharusnya kau temani aku minum secangkir sebagai permintaan maaf?"
Lan Xin melepaskan genggamannya dengan keras, berkata penuh remeh:
"Kau sendiri yang mau jadi ubi jatuh di tanah, jangan salahkan orang lain menginjakmu dengan sepatu berpaku. Kau yang murahan, jangan marah kalau dianggap murahan. Sekarang, minggir dariku!"
"Apa yang dia ucapkan, semuanya adalah hal-hal yang tidak dimengerti olehnya."
Ubi jalar, sepatu berpaku... Kosakata yang sangat asing bagi bule ini, keluar dari bibir mungilnya yang cantik dengan suara merdu, membuat Siao Ming Ge merasa ini terdengar sangat indah.
Sejak wanita ini menyiramkan air ke wajahnya, bayangannya telah tertanam dalam di hatinya, sulit terhapuskan.
Orang jenius itu sangat tertarik padanya.
