Bab 324: She Taijun yang Terjebak dari Kru Film
Ucapan pelayan itu membuat semua saling pandang.
"Lelucon apa ini? Shishi sudah menikah, suami sahnya duduk di sini. Dari mana datangnya tunangan?" Lan Xin bicara blak-blakan.
Mu Feng juga merasa heran, meskipun dia dan Shishi sudah memutuskan untuk mengadakan pernikahan setelah bayi lahir.
Tapi secara hukum, prosedur pernikahan sudah selesai. Shishi secara resmi adalah istrinya.
Sekarang tiba-tiba muncul seorang nenek membawa tunangan, ini sedang main hantu apa?
Jin Tian naik pitam, menghantam meja sambil berdiri, "Memalukan! Shishi sudah menikah, kenapa masih ada urusan seperti ini!"
Feng Ting buru-buru ikut berdiri, "Jangan marah dulu, kita cari tahu dulu situasinya."
Hanya boss yang memiliki firasat tidak enak.
Tunangan nona besar, bukankah wanita pemimpin Keluarga Jin sekarang adalah dia?
Pelayan segera membawa masuk seorang nenek tua dengan rambut perak tersanggul rapi, postur kurus, wajah serius, memegang tongkat naga berlapis emas.
"Nenek ini mengingatkanku pada She Taijun yang kabur dari set serial TV 'Yang Jia Jiang'?" bisik Lan Xin.
Boss melototinya, "Jangan asal bicara! Grup Lei juga investor, jangan kau hina aktor kami!"
Shishi berdiri di samping mereka, mendengar gurauan mesra kakak dan iparnya yang menghilangkan ketegangan setiap bertemu nenek.
Pantas ipar menyukai kakak, kemampuan mengubah situasi canggung menjadi normal seperti ini memang tak dimiliki orang biasa.
"Tapi, ketika Lan Xin dan boss melihat pria muda yang masuk bersama nenek tua itu, mereka berdua tak tahu harus berkata apa."
"Bukankah ini Xiao Mingge?"
"Jin Tian, apa sebenarnya yang kau lakukan, apakah kau masih menganggapku sebagai ibu?"
Nenek Jin, yang melahirkan Jin Tian di usia hampir 40 tahun, bisa dibilang anak akhir masa tuanya.
Sepanjang hidupnya, ia melahirkan beberapa putra dengan Jin Tian sebagai bungsu, tapi hanya dia yang berbakat.
Di usia 80 tahun, meski fisiknya tak sekuat masa muda, semangat arogannya sama sekali tak berkurang dari masa mudanya.
Lan Xin menatap nenek tua yang penuh vitalitas ini sambil menghela napas panjang.
"Kenapa firasatku mengatakan gaya mu ini sangat mirip dengan Nyonya Marquis nenek buyutmu dari jauh?"
Para nenek-nenek ini, di usia senja mereka bukannya menari tarian alun-alun dengan tenang, malah datang menggertak anak muda - hal apa ini sebenarnya?
"Sunyi! Aku tidak suka ada yang menyela saat aku berbicara!" Tongkat kepala Naga nenek itu menyentak keras ke lantai sambil melototi Lan Xin.
Xiao Mingge di belakangnya melirik Lan Xin yang terus mengkritik dengan tatapan penuh kelucuan.
Dia benar-benar hidup.
Boss melihat seseorang membentak wanitanya, dengan santai maju memeluk Lan Xin sambil menyapu nenek itu dengan pandangan penuh wibawa.
"Aku juga tidak suka jika wanitaku mendapat ancaman tak berdasar saat berbicara!"
Entah senior dari keluarga mana pun, di mata boss mereka hanyalah kumpulan kulit tua yang berkumpul.
Berani mengancam kucingnya? Siap-siap kena semprot!
“Ting Yu, jangan bicara seperti itu pada senior.” Jin Tian berkata datar, namun kegembiraan di wajahnya sulit disembunyikan.
Sudah seumur hidup diinjak-injak nenek tua ini, semua anggota keluarga ini sebenarnya membencinya, namun terus menahan diri karena statusnya sebagai senior.
Nenek tua ini sudah uzur, pengetahuannya tentang urusan luar tidak banyak.
Zaman kejayaan nenek tua ini sudah 20 tahun yang lalu, sementara boss adalah pendatang baru, jadi dia tidak mengenal boss.
Tapi kalau diamati lebih detail, aura boss terasa bukan orang sembarangan.
Di luar jam kerja resmi, pakaian boss sudah diserahkan pada Lan Xin untuk dipadupadankan. Saat mengunjungi rumah mertua, tentu tidak mungkin mengenakan setelan jas rapi.
Meski hanya setelan kasual sederhana, aura kuat yang memancar dari seluruh tubuh boss tetap tak terbendung.
Nenek tua itu mengamati Lei Tingyu dengan seksama. Tatapan tenang boss yang bahkan belum sampai level melotot, sudah membuatnya merinding, menyadari pemuda ini tidak boleh diremehkan.
Akhirnya pandangannya beralih kembali ke Jin Tian, dan Feng Ting yang berdiri di sampingnya.
Wajah Feng Ting sudah diperbaiki total, waktu juga tidak meninggalkan banyak jejak di wajahnya.
Melihat Feng Ting, mata nenek tua itu menyala sinar kebencian. Perempuan licik yang terus membayangi putranya selama 20 tahun ini, sudah pergi tapi berani kembali.
Saat memindahkan pandangan ke Lan Xin di sebelah Feng Ting, nenek tua itu kembali terkejut.
“Sepertinya! Benar-benar mirip dengan Feng Ting, memiliki wajah yang hampir sama, tapi kalau dilihat lebih detail, tidak persis sama.”
“Lan Xin lebih mirip Feng Ting, tapi ada beberapa bagian yang sangat mirip dengan Jin Tian.”
“Ibu, ada keperluan apa kedatanganmu kali ini?” Jin Tian membuka mulut, mengganggu pandangan tidak bersahabat dari Nenek tua.
Sejak Ibu masuk, tangan Feng Ting menjadi dingin. Trauma psikologis dari bertahun-tahun lalu masih membekas.
“Jin Tian, saat keluarga kami sedang berdiskusi, bukankah orang luar ini seharusnya mengundurkan diri?” Nenek tua menuding Lei Tingyu dan Mu Feng yang sedang menemani Shishi.
“Di sini tidak ada orang luar. Mereka semua adalah menantu laki-laki kami——Justru Ibu, Tuan Xiao yang kau bawa ini, tidak ada hubungannya dengan keluarga kami, bukan?”
Pertanyaan Jin Tian langsung mengarah pada Xiao Mingge yang berdiri di belakang Nenek tua.
“Memalukan! Menantu keluarga kami bukan sembarang orang bisa jadi! Mingge-lah calon menantu laki-laki pilihanku!”
“Tapi Shishi sudah menikah dengan Mu Feng. Bukankah Ibu juga tahu soal pertunangan mereka dulu?”
Sampai sekarang, Jin Tian masih yakin bahwa tujuan kedatangan ibunya adalah untuk Shishi.
“Urusan si nak Shishi tidak usah dibahas. Yang kumaksud adalah dia!” Tangan Nenek tua menunjuk ke arah Lan Xin.
Lan Xin yang asalnya sedang menonton keramaian tiba-tiba disebut namanya. “Ah?” Dia terkejut, sementara Boss mengerutkan kening.
“Apa maksudmu?” Suara Lei Tingyu dipenuhi aura permusuhan.
Nenek tua Jin dengan angkuhnya menegakkan kepala.
“Keluarga Jin kami, menumpuk emas dan mengumpulkan giok, kehormatan turun-temurun. Kau menikahi perempuan miskin tanpa alasan, aku tak berkomentar. Tapi harus menerima beban yang dibawanya——”
“Ibu, Lan Xin adalah putriku, putri kandung!” Jin Tian tak tahan mendengar, memotongnya.
Lagipula, cahaya sudut matanya melihat wajah Lei Tingyu sudah menjadi muram.
Jin Tian takut nenek tua ini terus berbicara akan memancing sifat buruk menantunya yang memang mudah marah.
“Memalukan! Kau bilang ini putrimu, langsung jadi putrimu? 20 tahun ini, mereka ibu dan anak di luar sana, apa yang terjadi, kau lihat? Sembarang orang datang lalu bilang itu putrimu, mau aku mengaku?”
“Xin Xin dan aku sudah tes DNA, dia memang putriku.”
“Jangan sebutkan hal-hal berantakan itu padaku! Aku tak mengaku!” kata nenek tua dengan kasar.
“Kami juga tak butuh pengakuanmu.” boss bersuara lagi.
Nenek tua terpaksa mengalihkan pandangannya ke Lei Tingyu, “Pemuda galak ini keluarga siapa? Kau tak tahu aku ini senior?”
“Tahu atau tidak itu tak penting. Yang penting kau tak tahu siapa dirimu. Suamiku hanya menghormati orang yang baik padaku. Nenek ini, tadi mencurigai ibuku, menyangkalku, sekarang berpura-pura jadi senior. Ada peribahasa khusus untukmu, apa ya?”
“Mata tak melihat bulu mata.” boss memberi penjelasan.
Lan Xin menggelengkan kepala, “Terlalu ambigu, mereka yang lama di luar negeri tak mengerti. Ganti yang lain!”
“Gagak hinggap di tubuh babi.” Bos menyindir kembali mengeluarkan tenaga.
