Bab 326 Lupa dengan perempuan yang mati untukmu?
“Tapi bukankah kau bilang, total nilai pasarnya tidak banyak?!”
Nenek Jin baru menyadari dirinya dikeruk oleh makhluk jahat Xiao Mingge.
“Memang tidak banyak. Dengan kemampuan otaknya, bisa saja meraih peringkat pertama. Tapi menurutku sejak menikah, dia jadi hilang akal karena mainan, setiap hari hanya mengelilingi perempuan, tidak punya niat memperluas wilayah. Kalau tidak, dia pasti bisa lebih hebat.”
Ucapan Xiao Mingge menghantam Nenek Jin dengan sangat tegas.
“Maksudmu... tadi, tindakanku memberinya uang itu salah?”
Jin Tian menggelengkan kepala, “Bukan salah, tapi... sebodol itu.”
Wajah Nenek Jin pucat pasi, tubuhnya lunglai di sofa. Tongkat kepala Naganya berjatuhan ke lantai dengan suara Krak.
Semangat arogannya musnah seketika.
Dia baru saja berani mencoba menghantam salah satu orang terkaya tiga besar di dunia!
“Dia... tidak akan menghantam keluarga kita, kan?” Setelah beberapa detik, Nenek Jin baru ingat urusan resmi.
“Jika Anda bisa memperlakukan baik istri dan ibu mertuanya, mungkin tidak.” Jin Tian menggenggam erat tangan Feng Ting, berkata dengan lembut.
Lihat Feng Ting, putrimu berhasil membawa pulang menantu dengan daya tempur sehebat ini. Tidak ada yang perlu kau takuti.
Hati Feng Ting sudah terasa menggantung sejak nenek tua itu masuk.
Tapi melihat putri dan menantunya begitu tangguh, kegelisahannya akhirnya mereda.
“Xin Xin, memang memilih pria yang paling cocok untuknya.” Feng Ting sudah tidak takut lagi pada Nenek Jin.
Jin Tian mengangguk, Shishi mengangguk, bahkan Mu Feng, mantan pengejar ini, juga ikut mengangguk.
“Hidup manusia begitu panjang, pasti ada banyak orang yang cocok. Bagaimana kita tahu Lei Tingyu adalah yang terbaik?” Seseorang protes.
Orang ini adalah Xiao Mingge.
Jujur saja, Lei Tingyu ini juga bukan orang yang baru dikenalnya sehari dua hari.
Tapi melihat Lei Tingyu, pria yang bahkan darahnya pun terasa dingin, memancarkan kehangatan manusiawi seperti ini, Xiao Mingge semakin tertarik pada Lan Xin.
Nenek Jin berbalik, memandang dengan murka pada Xiao Mingge.
“Kau sudah tahu dari awal tentang Lei Ting, oh tidak, tentang menantu laki-laki tertua keluarga kami, status apa sebenarnya?”
Setelah tahu statusnya, langsung berubah sikap. Perbuatan Nenek Jin ini kembali mengejutkan pandangan hidup banyak orang.
“Anda sendiri yang tidak bertanya. Saya hanya menyampaikan skenario kerja sama, lalu Anda buru-buru menyetujui tanpa memberi kesempatan saya menjelaskan status Lei Tingyu, bukan?”
Xiao Mingge memberi hormat dengan elegan, “Sepertinya kalian sudah punya pilihan lebih baik. Saya permisi dulu, hanya——”
Dia mengangkat tangan Nenek Jin dan menciumnya dengan sopan, “Jika suatu hari nanti kalian berubah pikiran, perjanjian kita masih berlaku kapan saja.”
“Keluarga Jin sama sekali tidak akan menyetujui permintaan tidak sopan seperti ini. Tuan Xiao, silakan pulang.” Jin Tian mengeluarkan perintah mengusir.
"Perkataan, jangan diucapkan terlalu absolut. Lei Tingyu bukanlah pria yang memiliki ketahanan panjang. Jika suatu hari, jodohnya dengan putri Anda habis, saya tidak keberatan menarik kembali." Xiao Mingge berkata dengan gaya jahil.
"Antar-!tamu!" Jin Tian murka, mengeluarkan dua kata ini dari sela gigi.
Di taman mawar nan indah, Lan Xin menundukkan kepala, menghirup harum bunga mawar. Lei Tingyu berdiri di sampingnya.
Xiao Mingge keluar dari dalam rumah, melihat siluet mereka yang berdekatan, mencibirkan mulutnya, lalu langsung berjalan mendekat.
Lei Tingyu juga melihatnya, tidak menunjukkan reaksi berarti kecuali sorot mata yang semakin dingin.
"Hi, koneksiku, kita bertemu lagi. Puas dengan penampilanku kali ini?" Xiao Mingge meletakkan tangan di dada, membungkuk dengan anggun ke arah Lan Xin.
"Sebenarnya kamu ingin apa? Memainkan permainan membosankan ini, menarik bagimu?" Lan Xin terjun ke depan, mencubit setangkai mawar dan menunjukkannya ke arahnya.
"Hasilnya, tetap dibongkar kebohongannya oleh suami incumbent-mu yang gagah perkasa, bukan?" Xiao Mingge mengangkat tangan.
"Kalau sudah cukup mempermalukan diri, pergilah." Boss berbicara dingin membekukan, setiap katanya cukup membuat orang membeku menjadi es.
Xiao Mingge menyelipkan satu tangan ke saku, menatap penuh kejahilan ke Lei Tingyu, benar-benar tidak gentar oleh Boss.
Orang yang bisa menyamai aura Boss tak banyak, Xiao Mingge termasuk yang beruntung.
Penglihatan dua pria ini terkunci bersama, seketika memicu nyala api berlapis-lapis, siap meledak kapan saja.
"Hehe, sepertinya kau benar-benar peduli padanya." Senyum Xiao Mingge tidak sampai ke mata.
"Kalau tidak mau mati, menjauhlah darinya."
"Kau Lei Tingyu, ternyata punya orang yang begitu kau pedulikan, sungguh mengejutkan—— Yang jadi pertanyaan, jika dia tahu hal itu, apakah masih akan mempercayaimu tanpa syarat dan mencintaimu seperti sekarang? Jika dia tahu ada perempuan yang demi kau——"
"Diam!"
"Apa yang kukatakan membuatmu takut? Lei Tingyu yang hebat ini, orang mati di depan mata pun tidak akan berkedip, sekarang kau malah punya saat-saat ketakutan?"
Ucapan Xiao Mingge yang setengah serius ditanggapi boss dengan tendangan langsung, membuat Lan Xin terdiam takjub.
Hamparan bunga mawar yang mekar cantik di belakang langsung hancur tertindih. Xiao Mingge dihentakkan Lei Tingyu ke semak bunga, duri tajam melukai kulitnya.
Xiao Mingge berdiri, mengacungkan tinju ke arah boss.
"Lei Tingyu, brengsek! Kau lupa Mingmei? Dia mati sia-sia!"
"Xiao Mingge, kesabaranku ada batasnya. Jangan terus-menerus menantang batas toleransiku!" Boss berkelahi dengannya.
Dua pria itu berkelahi, hamparan bunga mawar hancur lebur. Kelopak bunga yang rusak, dua pria tampan namun penuh amarah itu menghancurkan segalanya dengan brutal.
Lan Xin di samping hanya bisa panik tak berdaya. Ingin membantu tapi takut jadi beban boss, akhirnya hanya bisa menyaksikan kedua pria itu bertarung.
Tiba-tiba, Xiao Mingge mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke kepala Lei Tingyu. Lan Xin merasa jantungnya hampir berhenti berdetak!
"Lei, sekarang aku benar-benar ingin membunuhmu!" kata Xiao Mingge dengan aura haus darah.
"Jangan!" Penglihatan Lan Xin berkunang-kunang. Melihat Xiao Mingge akan menarik pelatuk, dadanya terasa sesak seperti tertindih batu.
Boss tetap teguh bagai Gunung Tai, tanpa perubahan ekspresi. Aura rajanya yang merendahkan segalanya di matanya akhirnya memancing amuk Xiao Mingge. Tanpa ragu, dia menarik pelatuk!
"Hong!"
Setelah suara itu, penglihatan Lan Xin gelap. Dia menggigit ujung lidahnya untuk mencegah dirinya pingsan.
Boss masih berdiri dengan mantap, tanpa luka ledakan di tubuhnya. Melalui air mata yang tak terkendali, Lan Xin melihat bahwa yang keluar dari pistol Xiao Mingge bukan peluru.
Melainkan, sepercik api.
Nyala api itu berjarak kurang dari satu sentimeter dari mata indah boss, berkedip-kedip dalam sorotan mata Lei Tingyu yang dalam.
Ini hanyalah korek api berbentuk pistol.
Butuh beberapa detik bagi Lan Xin untuk menyadari realitas. Dia menepuk dadanya yang hampir copot - benar-benar membuatnya hampir mati ketakutan!
"Sepertinya wanita yang kau pilih sekarang ini kualitas psikologinya payah. Hal kecil saja sudah bikin dia panik begini," kata Xiao Mingge sambil mengurangi intensitas aura membunuhnya, tersenyum nakal.
Seolah orang yang tadi bertarung habis-habisan dengan boss itu bukan dirinya.
“Kebiasaanmu suka main-main iseng masih belum berubah, sama buruknya yang membuat orang jijik.” boss mengejek.
“Ah! Brengsek kamu ini!” Lan Xin menyadari ini hanya lelucon, lalu mengambil ranting mawar yang terinjak di tanah, mengayunkan ke arah Xiao Mingge!
