Bab 331: Jangan Terlalu Menjadi Lei Tingyu
Perkataan Mo Lao Er terpotong ketika bos menyumbat mulutnya dengan paha ayam.
"Baiklah, kalau San Di melarang aku bicara maka aku diam. Lihat Sayang, aku berhasil membawa pulang paha ayam ini~ Untukmu~"
"Mo Lao Er dengan gembira mengeluarkan buah kemenangan dari mulutnya, menyodorkan paha ayam yang sudah digigit ke Fei Fei."
"Jijik sekali, singkirkan..."
Dibenci istri sendiri... Wu wu!
Siapa sebenarnya itu, hati penasaran Lan Xin sudah berumput.
Tapi mengingat boss yang bagai udara dingin kuat ini, tak ada yang berani bicara.
Misteri ini dibiarkan menggantung sampai para perempuan pergi main kartu, sementara beberapa pria berkumpul.
"San Di, kenapa tidak langsung jelaskan padanya?" Mo Lao Er sama sekali tidak memahami psikologi macam apa yang dimiliki boss ini.
Sudah jelas-jelas punya hubungan bertahun-tahun dengan Lan Xin, kalau dijelaskan, bukankah istrinya pasti senang mati?
Harusnya dibiarkan misteri, membuat istrinya gelisah dibuatnya.
"Dunia licik ini sulit kita pahami, yang jelas kalau aku punya sejarah kesetiaan seperti San Di, pasti akan kuceritakan pada Tian Xin ku, mungkin dia akan senang berdatangan~" Xin Ran berkata dengan wajah beriak.
Mereka yang punya sejarah terlalu kaya tidak berani cerita pada istri sudah biasa, tapi kenapa San Di yang selalu menjaga diri, seumur hidup hanya mencintai satu orang, juga tak berani berterus terang pada Lan Xin?
Meski mereka juga tidak tahu, perempuan yang jadi incaran licik semacam ini sebenarnya beruntung atau sial, tapi bukankah perempuan umumnya suka mendengar ucapan bergaya seperti ini?
"Dia tidak ingat, aku juga tidak ingin menjelaskan." Boss menggoyang gelas anggur dengan nada bicara lembut.
Para pria duduk di bar kecil terbuka rumah boss, mengobrol santai sambil minum.
"Beberapa perempuan berada di area yang terlihat oleh mereka, sepertinya sedang bermain Dou Dizhu. Lan Xin kalah paling sengsara, wajahnya ditempeli kertas-kertas."
Mo Lao Er dan Xin Keempat saling tatap, menggelengkan kepala.
Perkataan San Di, jika diterjemahkan, kurang lebih: "Dia bahkan tidak ingat aku, Tuan tetap tidak akan memberitahunya, biarkan Mati sesak si tak berperasaan ini!"
"Jangan jadi seperti Lei Tingyu dalam bersikap." Mo Lao Er melontarkan kalimat emas.
Xin Keempat juga berkomentar, "Bertemu dengan pria sepertimu, Lan Xin juga cukup mengalami nasib itu."
"Kalian ini cuma iri dan kesal, aku malas menghiraukan." Boss menyesap anggur, berbicara seolah tak sengaja ke Gong Yun.
"Dia mengirim surat padaku, mungkin beberapa bulan lagi akan KEMBALI."
Tangan Gong Yun terhenti, senyum santai di sudut mulutnya pun menghilang.
Meneguk habis anggur dalam gelas, "Tak ada hubungannya denganku."
"Oh, benar-benar tak ada?" Boss mengejek, sudut bibirnya membentuk lengkungan indah.
"Um." Gong Yun meletakkan gelas, memejamkan mata lalu membukanya kembali, kembali ke wujud lembut bagai giok, tak ada lagi gejolak di matanya.
"Wenwen akan kembali?" Mo Lao Er mendekat.
"Masih beberapa bulan lagi." Boss menjawab.
"Dengan sifat Wenwen itu, mungkinkah rukun dengan Lan Xin?" Xin Ran membayangkan Lei Wenwen dan Lan Xin tinggal serumah, penampilannya pasti akan sangat garang.
"Kedua saudari ipar ini berkumpul, mengingatkanku pada judul film blockbuster: Komodo vs Piton Raksasa." Mo Lao Er menepuk bahu Boss, tertawa dengan ekspresi menjengkelkan.
“Apakah kamu mengharapkan istrimu mencabik-cabik adikmu, atau berharap adikmu menjelma menjadi bibi kecil terbaik yang menyobek-nyobek cahaya bulan putih yang kau sembunyikan di hati selama lebih dari sepuluh tahun?”
Boss menyapu pandangan dengan sikap egois "hanya aku yang paling benar" penuh wibawa ke arah Mo Lao Er.
“Mengapa bukan istriku yang bekerja sama dengan adikku mencabik-cabik kalian para pria yang mulutnya tak bisa diam ini?”
Membayangkan gambaran itu, semua orang bersama-sama merasakan hati bergetar.
Satu Lan Xin saja kekuatan mematikannya sudah mengerikan, bagaimana jika Wen Wen juga ikut bergabung, apakah masih bisa tenang?
Xin Ran mengangkat gelas ke arah Gong Yun, “Pemimpin, bawalah Wen Wen berkeliling dunia, kembalikan tanah suci untuk kami.”
Gong Yun berdiri, “Apa hubungannya denganku? Sudah... berlalu.”
Xin Ran dan Mo Lao Er saling tatap, memandang bayangan punggung sang pemimpin yang pergi, berbisik-bisik.
“Pemimpin, apakah ini benar-benar melepaskan, atau belum melepaskan?”
Lihatlah bayangan punggung penuh kesedihan yang seolah seluruh dunia berhutang padanya ini, zizeett.
“Bertaruh 1 juta, pemimpin belum bisa melupakan Wen Wen.” Mo Lao Er sekarang sangat ingin menjodohkan Gong Yun, pria lajang sepuluh ribu tahun ini.
Fei Fei di keluarganya dulu sangat menyukai Gong Yun, di rumah masih tersimpan boneka kecil pemberian Gong Yun.
Meski telah dibuang diam-diam oleh Mo Lao Er yang licik dan tak tahu malu, tapi fakta bahwa istri pernah memiliki poin terhadap Gong Yun tetap menjadi ganjalan di hati Mo Lao Er.
"Aku bertaruh satu juta denganmu, aku yakin pemimpin tidak akan kembali ke mantan. Lihatlah raut dingin tanpa ampun pemimpin ini. Dulu saat acara pertunangan Wen Wen kabur, pemimpin sudah sangat bermurah hati dengan tidak menembaki seluruh keluarganya, itu semua demi menghormati San Di."
Adegan masa lalu itu takkan pernah bisa dilupakan Xin Ran.
Lei Wen Wen secara terang-terangan mempermalukan Gong Yun di hadapan seluruh dunia. Sebagai pria mana pun takkan bisa memaafkan, apalagi Gong Yun adalah pria yang sangat bangga.
Mo Lao Er menggunakan gelas sebagai chip taruhan, menancapkannya dengan gaya bagai petir ke meja. Xin Ran pun menirunya, sementara Lei Tingyu mengambil gelas anggurnya sendiri dan meletakkannya di sisi Mo Lao Er.
"San Di, kau juga bertaruh mereka akan bersama?"
"Masak sih, San Di? Setelah menikah kok ikut-ikutan bergosip?"
Cahaya tajam berkilat di mata boss, "Ini bukan gosip, tapi bentuk pemeliharaan berkala atas wilayah kekuasaan yang sudah mapan."
Jangan dikira boss akan lupa, dulu Lan Xin juga sangat mengagumi Gong Yun.
Xin Ran diam selama 2 detik, tiba-tiba mendorong gelasnya ke arah mereka, "San Di sudah memasang taruhan, pasti ini kepastian! Aku menarik kembali!"
Mo tertawa puas, "Tidak bisa ditarik! Taruhan sudah ditempatkan!"
Xin Ran mengutuk pelan, "Bersama kalian benar-benar tidak mungkin berteman... Rugi satu juta ini, sungguh keterlaluan."
Melihat ekspresi penuh percaya diri boss, jelas dia sudah punya strategi.
"Ngomong-ngomong, San Di, Wenwen kan adik kandungmu? Kok kamu tega menjebaknya seperti ini, tidak pantas ya?" Xin Ran masih menyimpan sedikit harapan, kalau Si Licik ketiga ini mundur, mungkin masih ada kemungkinan.
"Di kasino, tak ada saudara."
Sepatah kata boss langsung menggugurkan fantasi terakhir Xin Ran.
Mo Lao Er menggosok-gosokkan tangannya, "Aduh, tiba-tiba dapat tambahan 1 juta yuan. Aku harus mikir, mau ajak istriku liburan ke mana nih?"
Tidak tahu malu... Xin Ran sudah tak berdaya. Bertemu dengan teman-teman jahat seperti ini, dia pun mengakui kekalahannya.
Tapi melihat Gong Yun yang berdiri di balkon termenung memandang Bulan Purnama, Xin Lao Si merasa seimbang kembali.
"Hehe, keluar sedikit uang buat liat San Di merancang jebakan buat pemimpin, juga cukup memuaskan."
Mo merangkul bahunya, "Bukan cuma pemimpin, San Di juga sudah menjerat adik kandungnya sendiri."
"San Di ini benar-benar punya ritme menaklukkan langit, bumi, dan udara. Siapa yang tidak disukai langsung dihitungin. Kecuali cahaya bulan purnama yang disembunyikan di hatinya lebih dari sepuluh tahun, siapa yang belum pernah dia analisis?"
Baru saja Xin Ran selesai bicara, langsung merasakan hawa dingin dari belakang.
Boss berdiri dengan anggun, "Mungkin aku harus ngobrol dengan Tian Xin di rumahmu tentang masa muda liarmu dulu, setiap malam jadi pengantin baru."
Xin Ran buru-buru memeluk lengannya, "Jangan dong! Aku tarik kembali ucapan barusan, ok? Kamu pria paling... ya itu lah di dunia ini, kami semua sampah, gitu aja ok!"
Lan Xin akhirnya kalah total sampai kehabisan amunisi dan persediaan. Di wajahnya sudah tidak ada tempat kosong untuk tempel kertas lagi, lalu mendekat.
"Sayang, kalian sedang ngobrol apa?"
“Mengobrol... soal si Keempat yang di masa lalu bahkan menembus udara di siang hari.”
Byur! Anggur di mulut Xin Ran menyembur keluar.
