“Bab 344 Satu Jurus Dipakai Terus, Selama Ini Menguasainya!”
Dengan kecepatan yang tak terduga, boss dengan cepat menyelesaikan proses persetujuan.
Gong Yun dan lainnya melihat hasil persetujuannya, sangat terpukul.
“Makhluk ini amnesia, masih hebat juga.”
“Aku akan mogok kerja, urusan grup Lei itu lebih baik dia sendiri yang urus.”
“Betul! Hidup ini indah, lebih baik aku gunakan waktu untuk menemani istri membuat anak, kenapa harus dihancurkan oleh liciknya yang memakai kecerdasan?”
Beberapa saudara mulai mengeluh.
Seorang yang hilang ingatan, berani memodifikasi skenario dengan sempurna, menghancurkan semua orang dengan kekuatannya.
“Sekarang, mari bahas soal aku tertembak.” Setelah menyelesaikan urusan resmi, boss dengan gaya menutup penutup pulpen.
Lan Xin tak menyangka setelah lebih dari 10 menit, dia masih memikirkan hal itu, wajahnya merah membara.
“Jangan dengarkan omongan mereka, biar aku yang jelaskan. Kakak, pekerjaanmu tidak sibuk? Lao Er, Fei Fei masih menunggumu pulang? Xin Ran, tidakkah kau harus membuat anak?”
“Ini perintah mengusir kami ya!”
“Sayang sekali, kenapa kakiku tidak bisa berdiri? Dan, aku sangat ingin curhat!”
Semua memutuskan, San Di telah menghancurkan mereka dengan kecerdasan, satu-satunya balasan adalah mengganggu hubungan pasangan ini.
Kali ini Lei Tingyu tidak membela Lan Xin, malah bersikap seolah siap mendengarkan dan menyuruh mereka cepat berbicara.
Lan Xin panik, mengambil mangkok sup yang sudah dingin dan menggantinya dengan yang hangat, “Aku yang menyuapimu makan!”
"Sambil menyuapi boss sesuap demi sesuap dengan gaya pura-pura sibuk, agar diskusi mereka tak membuatnya terlalu memalukan."
"Luka tembakmu waktu itu demi melindungi adik ipar—tentu saja kami juga merasa ajaib, karena makhluk dingin sepertimu yang rela mempertaruhkan nyawa untuk melindungi orang, sungguh kejutan bagi kami."
Perkataan Mo Lao Er membuat gerakan tangan Lan Xin menyuapi sup semakin lembut, sorot matanya penuh rasa bersalah menatap boss. Boss tampak sedikit memerah mendengarnya.
"Singkirkan basa-basi, fokus pada intinya! Siapa yang berani mengusik perempuanku? Sudah ditangkap?"
"Kata 'perempuanku' itu, haruskah diucapkan semudah itu?"
Setelah cukup bergurau, Mo Lao Er juga berhasil menyaksikan ekspresi langka boss yang seperti malu—
Meski hanya bertahan kurang dari 2 detik, tapi sudah cukup berharga! Makhluk ini yang sudah berteman dengan kami belasan tahun, kapan pernah terlihat seperti ini!
Kejadian hari itu diulang oleh Mo. Lan Xin yang mendengarkan di samping, wajahnya hampir membara.
Boss terus menyantap sambil mendengarkan.
Kisah yang diceritakan Mo Lao Er dengan gaya super provokatif, ditemani sup yang begitu nikmat saat masuk ke mulut, membuat Lei Tingyu sangat nyaman.
Lan Xin merasa canggung, semua tindakan bodohnya terekspos begitu saja.
"Aku akan membereskan mangkuk." Ia bergegas meninggalkan tempat yang membuatnya memerah ini...
"Masih mau."
Baik orangnya, maupun makanan buatannya, sama-sama memberi kenyamanan yang tak tertandingi.
“Apa aku tidak salah dengar? Dokter jelas-jelas bilang makhluk ini sudah kena anoreksia, tapi berani minta tambah makanan?”
“Itu kan sup cinta buatan tangan istri sendiri, tentu bisa dimakan. Bukankah sifat buruknya selalu seperti ini?”
Lan Xin pura-pura tidak mendengar gurauan Xin Ran, dengan wajah merah berkata pada bos.
“Kamu sudah lama tidak makan, tidak boleh langsung makan banyak. Dokter bilang sebaiknya makan sedikit tapi sering. Dua jam lagi aku akan menyuapimu.”
Lan Xin bersembunyi di suite kecil dalam, menutup pintu lalu memutar keran air dan menepuk wajahnya.
Wu wu wu, memalukan sekali! Semua perbuatannya itu sudah ketahuan.
Ga berani ketemu orang lagi.
Dari luar terdengar suara Mo Lao Er yang terputus-putus, hampir tak ada suara bos. Lan Xin juga tidak berani menebak reaksinya setelah mendengar.
Berpura-pura jadi siput di dalam, sengaja berlambat-lambat menyiapkan sup untuk makanannya berikutnya. Setiap kali harus memberinya nutrisi berbeda.
Bahan makanan yang dikirim sudah diproses sebelumnya. Lan Xin tinggal memasukkan ke panci sup dan menghitung waktunya.
Bahan yang sama, cara mengolahnya bahkan lebih sederhana. Tapi ternyata hanya masakannya yang bisa dia makan.
Lan Xin berpikir macam-macam: Apakah ini berarti dari kedalaman hati dia hanya mengakui dirinya sendiri?
Suara di luar sudah hilang. Lan Xin mengintip lewat celah pintu. Beberapa orang itu sudah pergi.
Ruang pasien hanya tersisa Lei Tingyu.
“Dia menutup mata, terlihat seperti tertidur.”
Lan Xin berjalan mendekati dengan hati-hati, menggunakan jari-jarinya menggariskan lekuk wajahnya dari kejauhan.
Baru 2 hari saja, firasatnya mengatakan pria ini semakin kurus. Garis wajahnya seolah terukir oleh kapak, meski tegas namun membuat hatinya perih.
Dari awal memang tidak gemuk... Sekitar setelah melalui semua ini, otot-otot di tubuhnya pasti menghilang. Entah berapa lama lagi diperlukan untuk bisa sembuh total nanti.
Saat dia membuka mata, Lan Xin yang memerah wajahnya berusaha menarik kembali tangan, namun tertangkap olehnya.
Bagian yang tersentuh jarinya terasa seperti dialiri listrik, membuatnya gemetar.
“Temani aku beristirahat.” Katanya dengan santai.
“Oh.” Lan Xin menurut berbaring di sisi lain ranjang, jarak antara mereka agak jauh.
“Datanglah!”
Lan Xin menggesekkan tubuhnya, ingin seperti kebiasaan menyembunyikan wajah di pelukannya namun takut menyentuh lukanya. Akhirnya hanya memeluk lengan pria itu dan menempelkan wajah ke bantal.
“Jangan pernah menyebut kejadian tadi lagi, sangat memalukan.”
Sejarah memalukan gadis remaja dengan sifat kekanak-kanakan yang berusaha melindungi suaminya, ironisnya malah salah melindungi - memukul sang penyelamat yang dianggap musuh.
“Tidak memalukan, menurutku... itu bagus.”
Lan Xin bahkan lupa malu, terkejut mengangkat wajah dari bantal dengan mulut kecilnya terbuka.
“Kau berani memberiku penilaian positif seperti ini?”
"Anak ini terus menerus dikeruk oleh Lei Tingyu sampai-sampai mendengar pujian darinya saja terasa sangat tidak nyaman."
"Seharian wajahnya selalu bodoh." Jika bukan karena posisi berbaring yang tidak nyaman, ingin rasanya memukul kepalanya.
"Suami... kali ini salahku, sampai kau terluka dan ingatanmu hilang." Lan Xin akhirnya menggunakan kesempatan ini untuk mengungkapkan perkataan yang selama ini ditahan di hati.
"Um, jadi kau harus memberiku kompensasi."
"Baik!"
"Harus masak untukku!" Masakannya memang rasanya enak.
"Iya, masak, setiap hari masak, tidak pernah sama!" Lan Xin mengangguk seperti menumbuk bawang putih.
"Jangan tinggalkan aku terlalu lama, tetap dalam jarak 3 meter!"
"Tapi setelah kau pulih, kan ada pekerjaanmu juga. Aku pun punya lingkaran pergaulan sendiri. Nanti kalau bayi sudah lahir, masa harus kubawa anak sambil mengikutimu kerja?"
"Berani kau menolak?"
"Nggak... Ini kan cuma menjelaskan kondisi objektif!"
"Jangan lupa, lukaku ini..."
Lan Xin hampir menyerah. Sifat buruknya tidak pernah berubah, jurus ini mau dipakainya sampai tua untuk terus menguasai dirinya?
"Baiklah, selama kondisinya memungkinkan, aku akan tetap di dekatmu. Ini selalu boleh, kan?"
"Janji lisan tidak punya bukti. Ambil kertas, kau tulis yang kudikte!" Si boss benar-benar serius.
Ini jelas menggunakan kesempatan cedera untuk mengukuhkan statusnya sebagai penguasa Lan Xin selama seratus tahun tanpa goyah!
“Pasien yang utama, Lan Xin juga tak bisa berbuat apa-apa. Siapa suruh dia sekarang sedang sakit? Itu pun karena menyelamatkannya. Untuk membujuknya, terpaksa menandatangani kontrak tidak setara yang ke sekian kalinya dengan boss.”
“Ini memang takdir.”
