Bab 348: Cintai Aku Selamanya, Hanya Aku Satu-satunya
Lan Xin menyiapkan banyak kembang api, menghiasi malam dengan cahaya yang memukau.
Tapi dia tak tahu, yang selalu dipandangnya adalah wajahnya yang bercahaya oleh kembang api, lebih indah dari kembang api itu sendiri.
“Bagaimana bisa kamu terpikir untuk memberiku ini?”
Dia mengira hanya pria yang seharusnya memberi wanita hadiah semacam ini.
Senyum Lan Xin penuh rasa malu.
“Aku juga tidak tahu apa yang kamu suka, jadi aku lakukan semua hal yang kupikir paling romantis, berharap bisa membagikan suasana hati bahagiaku padamu.”
Ini adalah kalimat paling tulus yang pernah didengar Lei Tingyu, sederhana namun sangat menyentuh hatinya.
“Sebenarnya aku juga merasa, mungkin pria tidak menganggap kembang api istimewa. Tapi keindahan hanya berarti ketika ada orang yang menikmatinya bersama. Tidakkah kau merasakan ketulusanku yang meluap untukmu?”
Jawaban boss adalah memeluknya erat, membiarkannya mendengar detak jantungnya yang tak biasa - detak yang dipercepat hanya untuknya.
“Dia terus memeluknya seperti itu, sangat lama, saat kembang api habis terbakar, tiba-tiba dia melepaskan Lan Xin.”
“Dengan penjelasan yang hampir seperti kalimat pasti, dia berkata padanya.”
“Sebelumnya, apakah aku tidak pernah melakukan hal romantis khusus untukmu?”
“Sebenarnya... masih lumayanlah.”
Lan Xin tertawa kaku dua kali.
Boss memang tidak pernah melakukan hal romantis khusus untuknya.
Tapi waktu bersamanya selalu penuh kebahagiaan, ini juga sudah cukup baik.
Baru saja dia berusaha mencari, tapi puzzle terkait tidak muncul.
Ini hal yang sangat disesalkan.
Saat seorang perempuan menggunakan cara paling romantis yang bisa dibayangkannya untuk merayakan ulang tahun orang tercinta, saat dengan ekspresi paling polos berkata tidak tahu kesukaannya, sehingga memberikan barang yang dia sendiri sukai.
Pada momen itu, hati Lei Tingyu sangat perih.
Dia yakin, dalam perjalanan hidupnya sebelumnya, tidak pernah ada perasaan seperti ini.
Perasaan ini disebut penyesalan.
Mengapa tidak memberikannya kenangan indah, malah membiarkan seorang perempuan berusaha sejauh ini untuknya?
Saat kehilangan ingatan, dia mengisi kebahagiaannya sepenuh mungkin, sedangkan dirinya sendiri tidak bisa mengingat hadiah indah apa yang pernah diberikan.
Penyesalan yang hampir menakutkan ini mengepung Lei Tingyu erat-erat, membuatnya hampir tercekik.
Dia memeluknya erat-erat, seolah sedang mempertanyakan dirinya sendiri.
Mengapa tidak memberikan kenangan romantis untuk perempuan menggemaskan ini.
Masih lumayan, dia masih di dekatnya sendiri, mampu bertoleransi, terlihat sempurna, sebenarnya diri yang tidak sempurna.
"Jin Lanxin, apakah kamu punya barang yang benar-benar diinginkan?" tanya Lei Tingyu dengan serius.
Bahkan jika saat ini Lanxin mengatakan padanya bahwa dia menginginkan bintang di langit, matanya tidak akan berkedip sedikitpun.
Rencana ulang tahun yang terlihat penuh celah ini, secara ketat, tidaklah sempurna, bahkan banyak tahapannya terlihat seperti lelucon.
Tapi justru menyentuh hatinya dengan dalam.
"Ada, yang paling kuinginkan adalah cintamu, Lei Tingyu, jangan kira aku baik padamu tanpa alasan!"
Jawaban Lanxin terdengar sangat lantang, juga penuh percaya diri.
"Aku ingin kamu mulai dari sekarang sampai kita menjadi tanah liat dan tulang, terus mencintaiku, hanya aku seorang, aku Jin Lanxin bukan orang tanpa pamrih, aku sangat egois! Aku memberi, harus mendapat imbalan, berapa banyak perasaan yang kuberi, harus kau kembalikan, hanya boleh lebih, tak boleh kurang, aku tidak mau rugi!"
Deklarasi penuh wibawa ini terucap, hati Lanxin dipenuhi kepuasan.
Memuji dirinya sendiri sepuluh ribu kali ah, benar-benar berbakat, kata-kata kecil yang keren ini, sempurna!
Kepercayaan diri seperti ini, semua diberi olehnya, sikap semaunya sendiri ini juga hasil manjanya yang berlebihan.
Maka, Lei Tingyu membelai lembut wajahnya, berbisik di dekat bibirnya.
"Seperti yang kau inginkan, mulai sekarang, sampai hari kita menua, aku Lei Tingyu hanya mencintaimu seorang."
Cinta...
Lanxin sangat bahagia, menunggu begitu lama, bisa mendengar kalimat ini, benar-benar tidak mudah.
“Dia tidak bisa mengendalikan air mata bahagianya, menarik napas kuat-kuat sambil berkata, 'Aku tidak menangis, ini cuma keringat kebahagiaan mata!'”
Sepasang tangan meraba-raba tubuhnya bolak-balik.
“Meski aku sangat mengagumi semangatmu, tapi aku tak keberatan kau menyimpan semangat ini sementara waktu sampai kita kembali ke kamar.”
Lei Tingyu menggenggam tangannya, menaruhnya di bibirnya sendiri, lalu menciumnya dengan lembut.
“Apa sih, kau terlalu banyak mikir! Aku cuma mau lihat bawa ponsel atau tidak. Momen berkesan seperti ini harus direkam! Separuh hidup nanti bergantung pada rekaman ini!”
Membuat pria yang tidak pandai mengekspresikan diri mengucapkan kata 'cinta' adalah hal yang sangat sulit. Kalau tidak direkam sekarang, nanti tidak akan ada kesempatan lagi untuk mendengarnya.
Boss menghela napas pasrah, mengeluarkan ponsel dari saku. Puzzle dalam pikirannya bertambah beberapa keping lagi.
Sebelumnya mungkin sudah berkali-kali dia merusak suasana romantis dengan ucapan yang tidak pantas.
“Ayo suamiku, kita foto bersama! Sudah lama aku ingin unggah ke lingkaran pertemanan. Fei Fei si bajingan itu tiap hari tiga kali mengunggah foto dengan Mo Lao Er. Kita juga harus punya!”
Lan Xin mengangkat ponselnya, berpikir sejenak lalu menurunkannya, berteriak ke pelayan yang masih bertugas:
“Masih ada kembang api? Tambahkan latar belukan!”
Diskusi: Level tertinggi pamer kemesraan di lingkaran pertemanan!
Tadi sudah pakai semua, kembang apinya habis.
Beberapa pelayan saling pandang, tidak berani merusak mood tuan dan nyonya rumah.
Salah satu dari mereka tiba-tiba mendapat ide.
“Nyonya muda, saya masih punya beberapa batang kembang api untuk putri saya. Boleh saya simpan?”
Apaan sih, tadi kembang api di langit tidak kefoto, cuma sisa beberapa yang dipegang? Sudahlah, lebih baik ada daripada tidak, ayo!
Boss melihat Lan Xin antusias mendekat, membawa setumpuk barang yang terlihat kekanak-kanakan.
Lalu menyerahkan ponselnya ke pelayan, meminta mereka mengambil foto candid.
Rasanya sangat konyol...
Gerakan kikuk yang dipertahankan lama hanya untuk pamer di lingkaran pertemanan—tingkah kekanak-kanakan seperti ini ditolak mentah-mentah oleh Lei Tingyu.
Berbalik, bersiap kabur.
Lan Xin yang bersemangat sudah menyergap, memaksakan sebatang ke tangannya.
“Ayo suami, kita foto yang paling cantik! Bikin mereka mati kesiksa! Haha, bayangkan ekspresi iri mereka, romantis banget~”
“...Romansa kamu benar-benar kesenangan rendahan.”
Janjinya sendiri untuk memberikan sang istri seluruh dunia—meski harus menahan malu dan kekonyolan, harus tetap menemani sampai selesai.
Si ahli fotografi gadungan ini merancang beberapa pose "romantis" yang hasil fotonya memang bagus, meski proses pengambilannya membuat malu.
“Suami, angkat kembang apinya lalu tengadahkan kepala 45 derajat! Aku akan berdiri di sampingmu, lalu kita saling tatap——Xiao Liu! Ambil 6 foto beruntun! Buat kesan seperti orang penuh kisah hidup!”
“Ceritanya masih terdengar meyakinkan, urat nadi di kepala sang boss langsung berdenyut-denyut.”
Tapi hari ini, Lan Xin terlalu lihai menjilat si boss, sampai-sampai gerakan bodoh pun sang boss mau ikut melakukannya.
Lan Xin menerima ponsel dan memeriksanya, lalu berkata pada orang yang memotret dengan wajah puas.
“Besok telur tehnya tidak akan kukurangi, malah kutambah dua paha ayam. Teknik fotomu masih bisa diterima.”
Kasihan Lei Tingyu yang karena terharu sesaat, akhirnya harus ikut pose konyol bersamanya.
