Bab 350 Hadiah yang Menyentuh Hati dan Ginjal
Lan Xin belum tahu, Lei Tingyu sudah membalaskan dendamnya dalam sekejap jentikan jari.
Dengan diam-diam meretas semua koneksi yang meneruskan foto tersebut.
Dia sedang asyik membuka hadiah.
"Kotak boss paling kecil, kunci mobil... logo Ferrari ini!"
Teman-teman sultan ya memang sesama sultan.
Lan Xin memegang kunci mobil, mengingat boss sudah amnesia, lalu menahan rasa senangnya sambil berkasa-kasai:
"Boss tidak paham seleramu. Mobil sport macam ini pasti sudah kau bosankan. Ini mungkin untukku. Lagipula teknologiku mengemudi memang bagus, terpaksa kuterima saja."
boss tidak mengalami amnesia dulu, dia dilarang keras mengemudi. Lan Xin ingin merebut kembali hak mengemudinya dengan memanfaatkan amnesia-nya!
“Tidak boleh.”
Dua kata dari boss langsung membatalkan permintaannya.
“Kenapa! Aku jago mengemudi, kok!”
“Insting.”
Sialan instingmu ini... Rencana licik Lan Xin gagal. Dengan kesal, ia melempar hadiah dari Gong Yun ke samping.
“Hadiah terbesar dari si Keempat, barang apa ini?” Lan Xin menunjuk bungkusan hadiah terbesar.
“Perlengkapan golf? Masak sih si Keempat pelit banget?” Lan Xin menyindir.
Lei Tingyu melirik dengan cahaya sudut matanya, “Tongkatnya dari platinum. Bagian pegangan bertabur berlian. Bagian yang kamu pegang itu ada tanda tangan pesepakbola top. Harganya mungkin tidak kalah mahal dengan mobil dari si Sulung.”
Lan Xin buru-buru menarik tangannya, takut merusak tanda tangan yang bernilai puluhan ribu itu.
“Kalian ini keterlaluan! Ngasih hadiah mewah semua. Hadiahku jadi malu untuk diberikan.”
Dibandingkan para sultan ini, hadiahnya terlihat terlalu sederhana.
“Bukannya kamu sudah memberi?” Boss mengira kembang api itu hadiahnya.
“Masih ada lagi. Tapi sekarang aku jadi enggan memberikannya...” Dibandingin hadiah begini, malu ah!
Lan Xin akhirnya mengambil hadiah Mo Lao Er. Ditimbangnya di tangan – tidak terlalu berat, tapi juga tidak ringan.
“Aku selalu punya firasat Mo Lao Er tidak akan memberi hadiah bagus. Soalnya waktu ulang tahun Fei Fei dulu, aku memberinya... alat yang tebal.”
"Meski tak diucapkan, tapi kalau dipikir, pasti juga bukan sesuatu yang polos."
Lei Tingyu yang awalnya berbaring santai, mendengar ini langsung bangkit seketika.
"Kamu pernah pakai?"
"Bercanda apa! Dengan kehadiranmu, buat apa pakai yang palsu? Fei Fei juga kayaknya nggak mungkin pakai, cuma iseng aja kok."
Dia selalu merasa Mo Lao Er akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membalaskan dendam Fei Fei, jadi isi kotak ini bikin ada firasat tidak enak.
"Sudahlah, jangan dibuka. Sudah malam, kita istirahat saja."
Lan Xin mendorong kembali kotak pemberian Mo Lao Er, tapi tanpa disadari Lei Tingyu telah mengambil kotak itu dan membukanya dalam beberapa gerakan.
Lan Xin menjulurkan lehernya melihat isinya, lalu menarik napas lega.
"Apa sih? Nyaris mati ketakutan! Kukira ada barang memalukan, ternyata cuma emas. Mo Lao Er ini orangnya norak banget, ngapain kasih emas segini banyak?"
Lan Xin mengira akan ada barang tidak pantas, tapi isi kotak hanya tumpukan emas berkilauan.
Tapi saat Lei Tingyu membentangkan benda emas itu dengan jarinya, senyum Lan Xin langsung menghilang.
Ini... jelas-jelas celana dalam *itu*!
Dibangun dari emas murni dengan benang-emas yang terjalin membentuk model yang membuat wajah memerah - memakai atau tidak memakai, sama saja tak berguna!
"Lagipula, selain celana dalam emas yang sangat 'itu' tadi, di dalam kotak ternyata juga ada cambuk emas, diletakkan bersama pakaian, cukup untuk memicu imajinasi tak terbatas."
Ekspresi Lei Tingyu saat ini penuh dengan makna tersirat.
Alis yang terangkat, sorot mata jahat, dipadukan dengan ketampanan alaminya, aura jahatnya semakin kentara. Terutama karena di tangannya masih memegang benda tak terkatakan itu.
"Mo Lao Er ini benar-benar tak tahu malu! Untuk apa dia memberi kami barang-barang begini? Cepat simpan! Aku akan meleburnya jadi beberapa gembok emas untuk bekal anak nanti!"
Dengan panik dia merebut kotak itu dari tangan Lei Tingyu dan memaksakan semuanya masuk ke dalam.
Dari belakang, dia memeluknya erat, dagu menempel di bahu gadis itu, berbisik lembut.
"Menurutku, hadiah Lao Er ini cukup memuaskan, dibuat dengan perasaan."
"Dibuat dengan ginjal kali! Lei Tingyu, kau adalah mutiara di antara CEO. Jangan sampai terpengaruh Lao Er yang bejat itu! Lagipula lukamu belum sembuh total, tidak boleh olahraga berat, mengerti?!"
Misalnya, memaksanya mencoba pakaian dalam listrik? Sama sekali tidak boleh!
"Simpan saja. Nanti setelah aku sembuh, kau bisa memakainya untukku. Kita tidak boleh menyia-nyiakan niat baik teman."
Lan Xin tak kuasa menahan kritik: "Waktu kau menghitung-hitung temanmu dengan licik, kenapa tidak sok suci begini?"
"Aku benar-benar tidak mengerti logika kalian pria. Memakai barang begini di badan, tidak menjepit bulu?"
Kritikan Lan Xin membuatnya tersenyum kecil. Awalnya, lengan yang memeluknya masih bergetar halus, kemudian akhirnya dia tertawa terbahak-bahak.
Bulu terjepit...
Kalimat ini menusuk tepat ke titik lucu si gunung es. Lei Tingyu merasa, jika terus bersama Lan Xin, lukanya mungkin akan terbelah.
Tertawa.
"Hadiah apa yang ingin kau berikan padaku?" Lei Tingyu akhirnya berhenti tertawa.
Wajah Lan Xin memerah sedikit, "Dari awal kukatakan, hadiahku tidak seberharga milik mereka, tapi kupikir ini sangat bermakna."
"Sebenarnya, jika tidak mau bermakna, berikan saja ginjal." Sang bos hampir tertawa lagi.
Bersama perempuan absurd seperti ini, citra dirinya sebagai bos gunung es bisa runtuh dalam hitungan menit.
Lan Xin mengeluarkan kotak kecil dari tumpukan hadiah, lalu menyodorkannya dengan wajah merah.
"Ini, untukmu."
Kemasannya sangat elegan. Lei Tingyu membuka lapisan demi lapisan dengan hati-hati.
Di dalamnya terdapat dasi merek ternama yang mahal, layak untuk statusnya. Tapi dibanding hadiah lain, memang terkesan sederhana.
Di bagian belakang, terdapat sulaman kasar berbentuk huruf TYLX.
"Kau yang menyulam ini?"
"Ini singkatan nama kita."
"Um, syukurlah kau yang menyulam. Kalau tidak, merek ini mungkin sudah bangkrut karena jahitan semrawut ini." Ucapan pedas Lei Tingyu bertolak belakang dengan gerakan jarinya yang mengelus-elus dasi penuh kasih.
"Aku menyulamnya diam-diam saat kau tidur. Dari tiga yang kubuat, hanya ini yang layak ditunjukkan."
"Mengapa, bisa terpikir untuk menyulam nama kita bersama?" Dia meletakkan dasi, menatapnya dengan suara berat dan menggoda.
"Aku dengar katanya, jika perempuan memberi pria dasi, artinya ingin mengikatnya. Aku... ingin mengikatmu."
Mata Lei Tingyu menjadi sangat dalam.
"Kemarilah."
Dia ingin menciumnya lagi.
Lan Xin menggelengkan kepala mati-matian, melihat ekspresi tidak senangnya yang tak terbendung, buru-buru menjelaskan.
"Begini, aku tidak menolak kerjasamamu. Pertama, lukamu benar-benar tidak boleh bergerak keras. Kedua, di kotak itu masih ada barang lain, teruslah melihat."
