Bab 352 Ingin Memberikan yang Terbaik di Dunia untuknya, Karena Layak
Reaksi Lan Xin sama sekali tidak seperti yang Lei Tingyu bayangkan.
Menurut artikel di jaringan, bukankah wanita yang menerima hadiah mewah seharusnya sangat senang?
“Kamu tidak suka?”
“Bukan begitu... Tapi ini terlalu banyak sampai tidak bisa dipakai semua.”
Lei Tingyu memperhatikan ekspresi Lan Xin yang memang tidak bahagia, dalam hati memutuskan untuk segera meretas situs-situs yang memberi saran bodoh itu.
Jika baju dan tas tidak disukai, ganti dengan barang lain saja.
Tangan Lei Tingyu baru menyentuh telepon, Lan Xin seolah memiliki mata di belakang kepala, langsung menudingnya.
"Jangan kirim perhiasan! Ayahmu sendiri yang punya bisnis perhiasan! Juga jangan kirim produk perawatan, wajahku cuma segini besar, yang di rumah saja belum habis!"
Lei Tingyu meletakkan ponselnya, benar-benar bimbang.
Lantas, apa sebenarnya yang disukai perempuan itu?
"Beneran, janganlah kau menghamburkan uang seperti ini. Meski keluarga kita kaya, jangan sampai segitunya. Barang yang cukup saja, jangan terlalu mewah..."
Lan Xin bergumam sambil berjalan ke luar. Ia menyadari karakter Lei Tingyu pasca amnesia memang memiliki perbedaan halus.
Lei Tingyu kembali merenung dalam-dalam. Sepertinya ia "memelihara" istri yang sangat unik, sama sekali berbeda dengan gambaran di internet.
Setelah memberi peringatan pada suami penghambur uangnya, Lan Xin turun untuk menyiapkan makanan yang dimintanya, lalu pusing melihat tumpukan barang itu.
"Nyonya muda, bagaimana kami harus menangani ini?" Bibi Chen juga kebingungan.
"Nanti aku akan telepon untuk mengembalikan semuanya."
"...Apakah ini tepat?"
"Kenapa tidak? Pakaian beli ratusan ribu di toko saja ada janji pengembalian 7 hari. Barang mewah yang jauh lebih mahal ini tentu juga ada kebijakan serupa——Tapi jangan dikembalikan semua, sisakan beberapa."
Biar Lei Tingyu yang sombong itu tidak jadi kesal.
"Kurasa ini pertama kalinya merek-merek ini bertemu Nyonya muda yang mau mengembalikan barang..."
Gumam Bibi Chen pelan. Menantu keluarga kaya non-tipikal ini sungguh pandai berhemat.
"Nyonya muda, apa Tuan muda tidak marah jika tahu barang-barang ini dikembalikan?" Tanya pelayan yang membantu merapikan di samping dengan suara lirih.
“Ada apa yang perlu dimarahi? Dia adalah suamiku, bukan selirku. Apa itu suami? Itu orang yang akan menjalani hidup seumur hidup bersamaku. Aku harus menghemat dan mengatur keuangan untuknya. Hanya pada orang yang tidak kita pedulikan, kita akan menghamburkan uang seenaknya.”
Ucapan Lan Xin ini tepat terdengar oleh Lei Tingyu yang sedang bersiap turun tangga. Dia berhenti, bersandar dengan satu tangan di pagar ukir, mendengarkan percakapannya dengan orang lain.
“Tapi Tuan muda begitu kaya, seharusnya dia tidak mempermasalahkan ini kan?”
“Dia tidak mempermasalahkan, tapi aku yang peduli. Orang luar hanya melihat sisi glamurnya, siapa yang melihat saat dia berjuang? Contohnya sekarang, meski sedang sakit masih harus terkuras habis menangani tugas resmi. Waktu yang orang lain gunakan untuk pacaran, dia habiskan untuk bekerja – tentu ini perilaku yang baik, tapi sungguh melelahkan.”
Dia sedang sakit hati memikirkan dirinya... Pria yang bersandar di pagar itu, sudut bibirnya naik membentuk lengkungan tanpa disadarinya sendiri.
“Ah, Tuan muda sungguh beruntung bisa menikahi Nyonya muda yang begitu baik.” Gumam Bibi Chen sambil memandang tumpukan barang mewah itu.
“Sebenarnya, semasa Nyonya (ibu) masih ada, kami juga sering membantu membereskan barang. Tapi bukan untuk mengembalikan, melainkan karena beliau terus membeli.”
“Ibu mertua?” Lan Xin teringat sosok yang pertama kali ditemuinya sempat disangkanya perampok.
“Um, Nyonya adalah penggemar fanatik barang mewah. Hampir semua merek terkenal, setiap ada model terbaru pasti harus dibeli. Kami sering membantunya membereskan, beberapa bahkan belum sempat dipakai sudah disimpan di rak tinggi.”
“Lei Tingyu hampir tidak pernah menyebut ibunya. Yang paling sering dibicarakan adalah saat ibunya datang mencari-cari kesalahan waktu itu sampai membuatnya tidak senang, selain saat membersihkan makam.”
Lan Xin bisa merasakan bahwa hubungannya dengan ayah tampak baik, tapi jelas-jelas tidak akur dengan ibunya.
“Banyak nyonya keluarga kaya memang seperti itu. Kasus seperti saya ini bisa dibilang langka.” Lan Xin tidak ingin berkomentar lebih lanjut tentang ibu Lei Tingyu.
Tapi hari ini Bibi Chen sepertinya sangat ingin curhat. Reaksi Lan Xin membuat anggota lama yang telah melayani keluarga Lei selama puluhan tahun ini terharu.
“Saat dia baru menikahi Tuan Besar, sang Tuan belum mengambil alih Lei Group. Beliau masih eksekutif di sana, dan sebagian besar gajinya dihabiskan Nyonya untuk belanja. Hasilnya... Anda sudah tahu.”
Perempuan yang dimanja habis-habisan ini akhirnya kabur bersama selebriti muda.
Lan Xin diam sejenak. “Jangan bicarakan hal-hal ini di hadapan Tuan muda belakangan ini.”
Masalah amnesia Lei Tingyu bahkan tidak diketahui oleh kepala pelayan.
Lan Xin tidak ingin boss mengingat-ingat kenangan pahit ini. Karena Lei Tingyu sudah kehilangan ingatan, dia ingin mengisi memorinya sekarang dengan kebahagiaan, menghapus kesedihan.
Tanpa disadari, semua percakapan ini didengar diam-diam oleh pria di lantai atas.
Dasar perempuan bodoh... Lei Tingyu berbalik hendak kembali ke kamar. Setelah mendengar ini, semakin kuat keinginannya untuk membelikan banyak hadiah untuk Lan Xin.
Ingin memberikan yang terbaik di Dunia untuknya, karena dia layak menerimanya.
“Nyonya muda, Nyonya sudah kembali.”
"Laporan pelayan membuat Lei Tingyu yang sedang bersiap kembali ke kamar berhenti, Lan Xin juga terkejut berkata."
"Benarkah?"
"Ya, sedang di luar, mobilnya sudah berhenti."
"Aduh, mulut sialku ini! Ngapain aku bicara omong kosong begini, malah mengundang orang datang!" Bibi Chen menampar pipinya sendiri.
Lan Xin memandangnya dengan geli, "Bibi Chen, ini bukan salahmu."
Ibu Lei Tingyu belum muncul saja sudah memberikan tekanan besar pada semua orang.
"Nyonya muda, bagaimana kalau Tuan muda diajak masuk ke kamar? Aku akan bilang kalian tidak ada, lalu kalian kabur lewat pintu belakang ke rumah baru atau apartemen dupleks."
Bibi Chen memberi ide pada Lan Xin.
"Sudahlah, kita semua satu keluarga. Tak perlu sembunyi-sembunyi begini." Lan Xin berpikir sejenak lalu berkata pada Bibi Chen.
"Nanti antar kue kering yang sudah kubuat ke kamar Tuan muda. Untuk sementara jangan biarkan dia turun. Aku akan berbicara berdua dengan ibu mertua."
"Baik!"
Mata Lei Tingyu berkilat. Ia sudah menebak apa yang akan dilakukan Lan Xin.
Setelah merenung beberapa detik, ia memutuskan untuk bekerja sama dan diam-diam kembali ke kamar, seolah tak mendengar apa-apa.
Ibu Lei masuk dengan berkilauan perhiasan, ditemani pacar mudanya John. Melihatnya, Lan Xin segera menyambut dengan ramah.
"Ibu! Kalian sudah kembali!"
Ibu Lei mengerutkan kening jijik, "Siapa yang mengizinkanmu memanggilku begitu akrab? Apa hubungan kita dekat?"
Jika di hari biasa, daya tempur Lan Xin pasti meledak-ledak, menangkis ucapan siapapun. Tapi sekarang dia memohon pada Ibu Lei, maka dipaksakanlah senyumannya.
"Sebelumnya semua ini karena ketidakdewasaan saya, Sang Tuan pasti punya keluasan hati."
"Hmph, mana putraku?"
"Ting Yu akhir-akhir ini flu, kondisi tubuhnya tidak baik. Ibu, ikut saya ke ruang belajar, ada hal yang ingin saya bicarakan."
"Tidak perlu! Aku tidak ada urusan denganmu!"
"Tapi, saya punya beberapa model terbaru Hermès dan LV. Tadinya ingin mengobrol sambil menghadiahkannya pada Ibu. Tampaknya ibu mertua tidak berminat memberi saya kesempatan berbakti ya."
Lan Xin pura-pura menyesal.
