Bab 356 Rencana Dewa Bertemu Rekan Tim Bodoh
Di belakangnya, ada Bibi Chen yang penuh kemarahan mengikuti.
"Suami, bagaimana bisa kamu datang? Bukannya disuruh beristirahat?" Lan Xin terkejut melihat kedatangannya, berusaha menyembunyikan sesuatu, namun sorot mata dingin boss membuatnya tak berani berbicara.
"Jika aku tidak datang, cepat atau lambat akan mati kesal karena ulahmu." Boss melototinya dengan tegas, membuat Lan Xin takut mengucapkan kata-kata.
Entah ingatannya sudah pulih atau belum, aura menyeramkan boss tetap sama ketika mengeluarkan hawa dingin AC.
"Aku hanya ingin berkomunikasi dengan ibu mertua, eh, menjalin hubungan——"
"Diam! Urusanmu akan kubicarakan nanti!" Boss murka melihat usahanya yang masih ingin berpura-pura baik.
Ibu Lei mengira Lei Tingyu berpihak padanya setelah menegur Lan Xin, namun tiba-tiba——
"Kau, bereskan barang-barang, segera keluar!"
"Putraku, kau mengusir ibumu sendiri?"
Ibu Lei tak menyangka, perkataan pertama Lei Tingyu adalah perintah untuknya meninggalkan rumah.
Upaya Lan Xin memperbaiki hubungan dengan susah payah, hancur berantakan karena ulah Ibu Lei.
"Suami, sebenarnya——"
"Apa aku mengizinkanmu bicara? Diam!" Lei Tingyu melototinya.
Bibi Chen menarik Lan Xin ke sampingnya, mengirimkan kode mata agar Lan Xin tak melanjutkan pembicaraan.
Lei Tingyu mengambil tagihan dari tangan Lan Xin, angka-angka di atas kertas itu membuat sorot matanya semakin membeku.
“Bibi Chen, sudah memberitahukan dengan lengkap bagaimana Ibu Lei menginjak-injak Lan Xin kepada Tuan muda tanpa mengubah sepatah kata pun.”
“Di siang hari Lan Xin menderita kerugian, sang kepala pelayan tua yang selalu memihak Lei Tingyu dan dirinya sudah sangat kesal. Awalnya mengira Nyonya akan mengurangi intensitasnya, tapi ternyata di malam hari malah memanggil Lan Xin sendirian ke kamar. Sudah bisa ditebak, pasti bukan hal baik.”
“Setelah berpikir panjang, langsung saja mengadukan hal ini ke Lei Tingyu!”
“Kalimat pertama yang diucapkan saat mendorong pintu: Tuan muda, jika Tuan tidak turun tangan, Nyonya muda akan tewas diinjak-injak oleh Nyonya!”
“Lei Tingyu mana bisa menerima ini. Langsung menyusul dan berdiri di luar pintu, persis mendengar adegan yang membuatnya murka ini.”
“Perempuan miliknya ini, dengan sepenuh hati memikirkan dirinya, hanya ingin memberikan kenangan indah, memaksa agar ibunya berubah menjadi sosok ibu yang peduli pada anak.”
“Tapi sang ibu justru tidak menghargai kesempatan yang diberikan Lan Xin ini, bahkan memanfaatkan harapan Lan Xin agar Lei Tingyu tidak direpotkan untuk mengancamnya.”
“Putra, Ibu juga... tidak punya pakaian musim baru, makanya... Kau yang kaya raya pasti takkan mempermasalahkan ini kan?”
“Uang, Ibu boleh tak peduli. Tapi seharusnya Ibu tidak bertindak memukulinya.”
“Ibu Lei melototi Bibi Chen, ‘Perempuan tukang gossip!’”
“Bibi Chen tak acuh menatap langit-langit, terus menerus berbisik mantra.”
“Tuan Besar di sana, jangan-jangan rohmu belum tersebar? Jangan pergi terlalu jauh, lihatlah bagaimana ada orang yang kembali dengan muka tebal seperti ini.”
“Diam kau!” Ibu Lei memarahi dengan murka.
“Aku kan tidak menerima gaji dari Ibu, kenapa harus diam?” Bibi Chen tidak mau kalah, tangannya mencengkul pinggang.
“Berani-beraninya Ibu menyakiti Nyonya mudaku! Wanita hamil pun berani dipukul, Ya ampun! Biasanya Tuan muda tidak pernah menyentuh satu jari pun Nyonya muda, Ibu seenaknya saja memukul?”
Lan Xin merasa tersentuh, Bibi Chen sangat tangguh. Tapi dia semakin khawatir ini akan memicu penyakit bos, firasatnya aura dingin di sekelilingnya semakin mengental.
“Hamba rendahan berani bicara kasar padaku! Ting Yu, lihatlah, istrimu sudah membuat rumah ini kacau balau! Tidak tahu tata krama!” Ibu Lei gemetar marah dibuat kesal oleh Bibi Chen.
“Cukup! Kemas barang-barangmu dan pergi. Tagihan perhiasan akan kupotong dari uang belanja bulananmu secara cicilan.” Lei Tingyu sudah muak dengan drama ini.
“Tidak! Nak, ini sama saja dengan memutus jalan hidup ibumu, bagaimana bisa kau melakukan ini!”
“Setiap bulan akan kuberikan sepuluh ribu dolar AS untuk Ibu, hematlah cukup untuk hidup.”
Setelah mengucapkan itu, Lei Tingyu menggenggam tangan Lan Xin, bersiap kembali ke kamar untuk menghitung semua kesalahannya.
“Oh, Lei, kau tidak boleh memperlakukan ibumu seperti ini!” John melihat Lei Tingyu memotong tunjangan Ibu Lei, buru-buru menghadangnya.
“Kau siapa?” Lei Tingyu sama sekali tidak mengenali John, tapi entah mengapa merasa pria ini sangat mengganggu pandangan.
“Dia John.” Lan Xin berbisik memberi isyarat.
"Entah siapa kau, manfaatkan sebelum aku marah, cepat keluar! Bibi Chen, cari beberapa orang bantu mereka membereskan tas!"
Lei Tingyu membawa Lan Xin masuk ke kamar tidur. Lan Xin bisa merasakan kemurkaan di tubuhnya, sadar kali ini niat baiknya mungkin malah jadi kejahatan.
Takut boss marah sampai merusak tubuh, Lan Xin memutar matanya, bersiap menggunakan gerakan berlutut merangkul kaki sebelumnya. Tapi dilihatnya boss cepat-cepat naik ranjang, bersandar setengah di tempat tidur.
Hah, tak ada kaki untuk dipeluk. Harus bagaimana ini...
Ekspresi bingungnya tertangkap mata Lei Tingyu, di hati langsung merasa lucu.
Untuk menghajar perempuan nakal jenis ini, harus tegas! Biar kau lihat masih bisa macam-macam!
"Suami, dengarkan penjelasanku. Hal ini bukan sengaja kusembunyikan." Lan Xin yang tak bisa merangkul kaki, mendekat mencoba bersembunyi di pelukan suaminya.
Boss mendorongnya diam-diam, memaksa diri tidak menatapnya.
Karena begitu melihat wajah kecil itu, pasti hatinya akan melembut.
"Kalau bukan Bibi Chen yang memberitahu, sampai kapan kau mau menyembunyikannya?"
"Sembunyikan selama mungkin..." gumam Lan Xin pelan. Merasa boss melototi, buru-buru menjelaskan dengan murah senyum.
"Aku juga tak menyangka, rencana jeniusku ketemu rekan tim bodoh. Bukan, maksudku ibumu bukan babi. Maksudku, Ah! Sebenarnya apa yang mau kukatakan?!"
Kok malah seperti semakin menggelapkan situasi?
"Dengan kepintaran semampumu, masih mau menipuku?"
“Hmm... Sebenarnya aku hanya tidak ingin membuatmu merasa sedih.” Di bawah tatapan agresif Lei Tingyu, Lan Xin akhirnya mengungkapkan tujuan sebenarnya.
“Luka-lukamu belum sembuh total. Jika kau harus memikirkan hal seperti ini, tidak ada manfaatnya untuk pemulihan luka. Tapi sepertinya, aku malah memperburuk keadaan.”
Rencananya sempurna secara teori, tapi Ibu Lei tidak mau bekerja sama. Alih-alih berhasil, malah membangunkan Lei Tingyu dan membuat situasi semakin rumit.
Ekspresi Lan Xin penuh kecemasan, “Apakah aku ini... benar-benar bodoh?”
Dia hanya ingin melindungi pria yang dicintainya, tapi bukannya membantu malah memperlihatkan sisi paling serakah dari Ibu Lei.
“Memang begitulah kamu - bodoh.” Amarah Lei Tingyu mereda melihat penyesalan mendalam di wajahnya.
“Kemari!”
Lan Xin segera mendekat. Desahan frustasi yang samar terdengar di telinganya.
Telapak tangannya menyentuh lembut pipi Lan Xin.
“Sakit tidak?”
Mendengar laporan Bibi Chen bahwa Lan Xin ditampar ibunya, amarahnya langsung meledak.
“Tidak apa-apa. Tenaga ibumu tidak besar. Waktu itu ditampar juga tidak sakit.”
“Dia pernah memukulmu sebelumnya?!” Mata Lei Tingyu menyala semakin merah.
Perempuan miliknya sendiri saja tidak tega menyentuh, bagaimana mungkin orang lain berani menyakitinya?
