Bab 358 Menjadi Istri Harus Mengaturmu
Pria di treadmill mengenakan pakaian olahraga, earphone masih menempel di telinga, keringat bercucuran.
Melihat pemandangan ini, Lan Xin hampir pingsan.
Tangan di pinggang seperti teko, citra perempuan terdidik dilupakan. Mengaum ke arah pria pencari mati itu.
“Lei Tingyu! Kau masih mau sembuh atau tidak?!”
Seperti ada suara petir? Boss melepas earphone, melihat perempuan yang sedang mengeluarkan suara setara guntur.
“Tidak apa-apa. Lari 10 menit lagi.”
Rencana kebugaran boss selalu stabil, bangun pagi harus lari pagi, 3 kali seminggu menyempatkan fitness, akhir pekan sesekali main golf dengan teman, setiap malam harus berhubungan intim dengan istri...
Tapi karena sakit, semua ini berhenti, terutama poin terakhir, tidak boleh berhubungan intim, boss sangat tidak puas di hati.
Merasa tubuhnya hampir berkarat, Lan Xin yang bertingkah seperti kepala rumah tangga ini, memanfaatkan kesabaran dan manjanya dia, setiap hari memantau boss layaknya mengawasi narapidana.
Asal dia turun dari ranjang terlalu lama, perempuan ini langsung mengejarnya sambil menggerutu.
Susah-susah memanfaatkan kelengahan sang kepala rumah tangga untuk bergerak meregangkan tulang dan otot, eh malah dikejar-kejar lagi!
Lei Tingyu memaksakan earphone kembali ke telinganya, tetap ingin melanjutkan latihan.
Lan Xin murka, "Berani ya si Lei Aojiao ini, tidak patuh begitu?!"
Dengan langkah besar mendekat, pertama mencabut earphone-nya, lalu mematikan treadmill.
Mata boss tiba-tiba menjadi dingin, "Minggirlah kau!"
Sayangnya, situasi sekarang sudah berbeda, AC mendinginkan orang luar masih bisa, tapi Lan Xin sudah kebal!
"Apa yang kau lihat? Mata besar saja sok gaya?!"
Lan Xin sama sekali tidak terima, menyilangkan tangan di pinggang terus menegur.
"Diam!"
"Aku tidak mau diam! Kau yang salah malah sok benar? Jangan kira dengan bersikap serius aku akan takut! Kalau memang jagoan, pukul saja perutku ini!"
Lan Xin menepuk-nepuk perutnya, berpose seperti pendekar wanita, cukup heroik.
"Lei Tingyu melototinya dengan marah, tapi dia tetap tidak takut. Bagaimanapun juga, bayi dalam perutnya adalah medali emas super yang membuatnya tidak takut apapun di dunia ini!"
"Perempuan yang cerewet." Sang boss hanya terlihat galak di luar tapi lembut di dalam, mana mungkin tega benar-benar menyakitinya.
Karena itu, dia mengabaikan protesnya dan melanjutkan menghidupkan mesin treadmill.
Melihat hal ini, Lan Xin langsung ikut naik ke treadmill. Sang boss langsung menekan tombol emergency, menoleh sambil melototi dengan geram.
"Kau cari mati?"
Ibu hamil mana bisa ikut-ikutan lari!
Lan Xin memandang langit-langit dengan sudut 45 derajat, mulai meniup peluit brengsek. Ekspresinya jelas menunjukkan dia sudah yakin menang.
"Kalau terus nekat begini, awas nanti telur dalam perutmu keguguran!"
Dengan kesal dia mengelus perutnya, tapi akhirnya berhenti berlari. Turun dari treadmill, beralih ke barbel di samping.
Lan Xin tetap mengekor. Belum sempat dia menyentuh alat fitness, pinggangnya sudah dipeluk erat. Setiap langkahnya diikuti geseran tubuhnya. Dengan kondisi terhuyung-huyung begini, bukan olahraga, jalan biasa saja susah.
"Jin Lan Xin, apakah di kehidupan sebelumnya kau ini permen karet?"
Bagaimana bisa ada perempuan yang begitu nyebelin tapi pandai merayu?
"Masa lalu bukan urusanmu! Yang penting sekarang sebagai istrimu, aku harus mengawasimu! Lei Tingyu, kau tidak boleh sembrono seperti ini! Luka di sini baru sembuh, kalau sampai terbelah lagi dan jantungmu keluar gimana?"
"Ombong! Aku sudah hampir pulih total."
Lan Xin menggelengkan kepala dengan serius, "Tidak boleh, meski luka di permukaan sudah pulih, tapi daging di dalam pasti belum sembuh benar. Kalau terbelah nanti merepotkan."
"Hati kamu cuma aku yang anggap berharga. Kalau orang lain, coba sentuh sedikit langsung jadi manusia es!"
"Mulut tajam. Lupa dulu waktu melihatku, ketakutan sampai mau mati?" Boss menjentik keningnya.
"Hah? Suami, kamu ingat lagi?"
Segmen memorinya belakangan semakin banyak bermunculan.
"Um, ingat sedikit-sedikit."
Yang bisa dia ingat sekarang semuanya tentang Lan Xin. Memori orang lain masih kurang jelas.
"Sepertinya efek obat semakin melemah." Lan Xin mengatupkan mulut kesal.
"Aku pulih ingatan, kamu tidak senang?" Boss mencubit pipinya.
"Bukan begitu. Cuma berharap kamu... jangan terlalu capek. Setelah sehat nanti, pasti akan dikepung pekerjaan lagi. Aku juga ingin kamu bisa liburan, istirahat yang cukup."
Susah payah dapat istirahat sebentar, sepertinya harus kerja lagi. Lan Xin benar-benar enggan melepasnya.
"Cari uang untuk menghidupimu, masih berani protes, hah?"
Hanya si Kucing bodoh ini yang mau menyuruhnya lebih banyak istirahat daripada cari uang.
"Aku kan mudah dihidupi, kasih nasi sedikit sudah cukup. Lagipula uangmu sudah cukup untuk aku dan bayi pakai berpuluh generasi. Ngapain harus mati-matian?"
Lan Xin berpikir sejenak, lalu menampakkan senyum licik khasnya.
“Bagaimana jika kamu terus mengalami amnesia selamanya, lalu melepaskan jabatan CEO Grup Lei? Lagipula keluarga kami adalah pemegang saham terbesar, akhir tahun juga ada dividen. Nanti kamu bisa ajak aku jalan-jalan menikmati pemandangan, bagus tidak?”
“Mimpi di siang bolong, mana mungkin.” Lei Tingyu tertawa getir, pola pikirnya masih sama anehnya dulu.
“Kenapa sih? Bukankah ada banyak pemegang saham di keluarga Lei yang seusia kamu? Biarkan mereka yang mengelola, kita tinggal bagi uang di akhir tahun, enak kan!”
Bagi Lan Xin, ketenaran dan kekayaan tidak lebih membahagiakan daripada bisa bersama sang bos setiap hari.
“Data tentang orang-orang keluarga Lei baru saja dikirimkan oleh bos. Rapat pemegang saham sebentar lagi digelar, kita harus mempelajarinya. Dari data terlihat mereka semua orang-orang yang tidak kompeten.”
Jika Grup Lei diserahkan pada mereka, mungkin dalam waktu setengah tahun sudah muncul krisis. Pada akhirnya bos tetap harus turun tangan. Pemimpin sejati tidak akan membiarkan diri terjebak masalah seperti itu.
“Katanya dulu mereka semua pernah menindasmu waktu kecil. Ngapain juga bagi saham ke mereka?” Lan Xin masih menyimpan dendam.
Meski Lei Tingyu tidak ingat peristiwa masa lalu, dari data yang diberikan Gong Yun, dia bisa menyimpulkan beberapa hal.
“Total saham yang mereka pegang tidak sampai 10%, tidak cukup untuk mengancam kita. Grup Lei memang dulu dimiliki bersama oleh generasi ayah mereka.”
Yang tidak diungkapkan bos adalah: selama ini dia telah menarik kembali banyak saham. Orang-orang itu hanya numpang hidup, sama sekali tidak berbahaya.
Lan Xin mengobrol santai dengannya sebentar, lalu pelayan datang mencari mereka. Katanya desainer rumah baru mereka menelepon. Rumah baru yang sudah lama mereka renovasi itu akhirnya selesai proses penghilangan formaldehida dan bisa dikunjungi.
"Suami, aku akan pergi melihat. Kamu tinggal di rumah—" Lan Xin belum selesai bicara saat matanya mengikuti arah pandangan boss. Dia menyipitkan mata.
Makhluk ini masih mengawasi peralatan olahraga. Jangan-jangan begitu dia pergi, si pria ini akan mulai lari tanpa kenal lelah lagi?
Jelas benar.
"Suami, ikutlah denganku. Rumah ini kan semua desainmu. Mungkin setelah melihatnya, ide-ide barumu akan muncul lagi."
Lei Tingyu dengan menyesal menarik pandangannya dari peralatan olahraga. Melihat Lan Xin, dia menggelengkan kepala.
"Kepintaranmu benar-benar digunakan di tempat yang salah."
"Hmph, kalau bersama pria sepertimu, kalau tidak banyak akal-akalan pasti sudah mati diinjak-injak. Ayo cepat ganti baju..."
