Bab 359 Lanjutkan pura-pura amnesia~
Mo Lao Er sedang menemani Fei Fei jalan-jalan.
"Istri, kamu sudah jalan seharian, tidak capek?"
Apakah semua wanita hamil sepenuh energi ini? Dia baru saja menelepon San Di. Katanya istrinya juga sangat bersemangat, sedang menyeret San Di melihat rumah baru.
"Harus olahraga ringan, bagus untuk bayi... Tapi memang agak capek juga..." Fei Fei memijat-mijit kakinya.
Dia sama sekali tidak membawa apa-apa. Mo Lao Er sudah seperti pohon Natal berjalan, kedua tangan penuh membawa barang, hampir saja menggantung tas dengan mulut.
"Fei Fei bersikeras ingin merasakan kembali sensasi berjalan-jalan di jalan seperti dulu, melarang Mo Lao Er menyetir. Mereka berjalan kaki, hampir membuat Mo Lao Er kelelahan."
"Di depan ada hotel milik kita, ayo kita masuk istirahat sebentar, buka kamar untuk tidur siang. Nanti setelah bangun suruh sopir menjemput, setuju?"
Mo Lao Er menunjuk ke arah hotel di depan. Fei Fei mengangguk.
"Hehe, ini tempat pertama kali aku dengan istriku. Penuh kenangan manis-asam." Mo Lao Er teringat masa lalu.
"Pria brengsek! Masih berani mengenang? Aku kadang masih marah ingat perlakukanmu dulu." Fei Fei melotot. Mo Lao Er buru-buru mengangkat barang dan menyusul.
Sepanjang jalan dia terus memanggil "istriku" berulang kali, baru berhasil membujuk Fei Fei agar tidak marah.
Mereka masuk hotel bergantian. Hotel Mo di Kota B termasuk yang paling mewah. Melihat pasangan pemilik datang, resepsionis segera menyiapkan Presidential Suite terbaik.
Saat mengambil kunci, mata Mo menyipit memperhatikan beberapa orang yang baru masuk.
Bukankah itu ayah tiri muda San Di bersama beberapa sepupu dari garis ayahnya?
John memimpin beberapa anggota cabang keluarga Lei, tidak melihat Mo Huairen di resepsionis.
"Silakan masuk, Nyonya sudah menanti lama." Suara John terdengar oleh Mo Huairen.
Fei Fei penasaran ingin menoleh, tapi Mo menahan bahunya.
Setelah orang itu masuk ke dalam elevator, barulah Fei Fei bertanya.
"Suamiku, kamu kenal mereka?"
"Masih lumayan, mereka semua musuh bebuyutan San Di. Istriku, istirahatmu kali ini benar-benar bernilai. Untuk kasus San Di kali ini, setidaknya dia harus memberi kita amplop merah besar."
Bukankah istri John adalah ibu Lei Tingyu? Bertemu diam-diam dengan anggota keluarga Lei lainnya di tempat seperti ini, tentu saja tidak ada hal baik yang terjadi.
Mo bahkan tidak sempat tidur siang dengan istrinya. Ia bergegas ke ruang pemantauan dan mengambil screenshot CCTV lorong hotel.
Ibu Lei menyambut mereka di pintu, bahkan berjabat tangan dengan beberapa "barang" keluarga Lei. Setelah mereka masuk ke ruangan, Mo mengirimkan screenshot ini kepada Lei Tingyu.
Selain gambar ini, ada satu baris kalimat: Rapat pemegang saham Grup Lei akan segera diadakan.
Saat ini Lei Tingyu sedang mendampingi Lan Xin berkeliling rumah baru.
Tidak sebesar rumah keluarga Lei, namun vila tunggal ini memiliki ruang lebih luas dibandingkan apartemen dupleks. Jaraknya juga tidak terlalu jauh dari Grup Lei, sangat memudahkan perjalanan bos pulang-pergi kantor jika pindah ke sini.
Desain rumah ini dirancang berdua. Lei Tingyu bertanggung jawab atas gambar renovasi, sedangkan aksesori kecil di dalamnya semua dipasang langsung oleh Lan Xin.
"Yang paling kusuka adalah ayunan di halaman ini. Bayi kita pasti akan menyukainya. Dulu kita bahkan sampai berdebat hanya untuk hal ini."
Sejak menginjakkan kaki ke dalam, Lan Xin terus-menerus mengobrol dengan bos tentang kenangan. Lei Tingyu justru berdiri di halaman, menatap beberapa pohon magnolia yang tegak menjulang.
Memori di kepala seperti film yang diputar ulang.
"Ini bunga yang paling kamu sukai." Dia berkata dengan yakin.
"Ya, kamu benar-benar mewah, berani memindahkan langsung, dan tidak hanya di sini, perkebunan kami di luar negeri juga penuh." Lan Xin seolah mengkritik, tapi senyum puas menghiasi wajahnya.
Setiap tanaman di sini adalah hasil penelitian bersama mereka. Tinggal di sini pasti membuat suasana hati bagus setiap hari.
Ingatan di kepala datang seperti air pasang. Lei Tingyu tiba-tiba teringat banyak hal.
Saat itu juga, pesan WeChat Mo masuk. Melihat foto-foto orang tersebut dan jadwal RUPS grup Lei, sang bos menyunggingkan senyum dingin.
Liburannya sepertinya hampir berakhir.
"Ayo, jangan bodoh berdiri di situ, masuk ke kamar lihat~"
Lan Xin mendorongnya masuk. Lei Tingyu memandangi tawa tanpa hatinya, merasa seperti sepuluh ribu tahun telah berlalu.
Hampir saja dia melupakannya. Syukurlah, akhirnya ingat juga.
Memasuki vila penuh cinta ini, ingatan Lei Tingyu yang terus pulih akhirnya tersusun lengkap.
Seperti prediksi dokter, memori yang hilang sementara karena reaksi obat akan kembali seiring metabolisme tubuh.
Sekarang, reaksi obat sepertinya sudah sepenuhnya menghilang.
Dia ingin memanggilnya, ingin menceritakan soal ingatannya yang pulih.
Tapi terdengar Lan Xin bergumam sambil mendorong pintu.
"Beberapa hari lagi, kita akan pindah ke rumah baru. Kehilangan ingatan tidak masalah, kita bisa menciptakan banyak kenangan indah di sini!"
Lei Tingyu teringat betapa baiknya Lan Xin padanya saat dia kehilangan ingatan beberapa hari ini.
Meluncurkan kembang api dan segala cara untuk membuatnya bahagia, tak ada pria yang akan menolak kebahagiaan seperti ini.
Sambil diam-diam berpikir licik: Tubuhnya sudah hampir pulih sepenuhnya, janinnya juga stabil.
Jika dia terus berpura-pura amnesia, bisa memanfaatkan kesempatan untuk menipu si Kucing liar agar berusaha membahagiakannya di ranjang.
Alasannya adalah dia "tidak ingat" semua yang terjadi dulu...
"Xin Xin, jika aku benar-benar tidak bisa mengingat, apakah kau akan mengisi semua memoriku?" Memori-memori di ranjang itu...
"Tentu! Bersama wanita penuh cerita sepertiku, kujamin setiap hari akan penuh tawa!" Lan Xin tidak menyadari si bos licik sedang merencanakan sesuatu.
Bagus. Sang bos tersenyum penuh makna.
Maka, sebelum "mengingat" semua pose yang pernah mereka coba, dia memutuskan untuk tetap "amnesia".
Mengenai ibunya dan orang-orang bodoh dari keluarga Lei, apapun rencana mereka, bos merasa tidak lebih penting dari upaya menipu Lan Xin untuk "menemukan memori pose".
Jadi biarkan mereka membuat keributan.
Di ruangan hotel, Ibu Lei dan semua orang berkumpul.
“Salah seorang sepupu perempuan Lei Tingyu mengeluarkan selembar dokumen dari tasnya.”
“Ini adalah catatan hasil investigasi rumah sakit, ada bukti tertulis yang membuktikan Lei Tingyu memang pernah dirawat di rumah sakit bulan ini. Bahkan ahli dari luar negeri juga sudah datang. Meski rumah sakit memblokir informasi, sulit mengetahui secara konkret apa yang terjadi padanya.”
“Tapi dari tim dokter yang datang melihat, kemungkinan besar ada masalah dengan kepalanya.” Saudara sepupu lainnya menanggapi.
Orang-orang yang selama bertahun-tahun ditekan oleh Lei Tingyu ini menyimpan dendam, ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengubah nasib.
