Bab 379 Tanyakan Langsung Padanya!
Hal terkejam di dunia ini adalah ketika dua orang yang pernah saling mencintai, perlahan menjauh sambil saling memandang bayangan satu sama lain - sesaat yang cukup membuat dunia terguncang.
“Jaga baik-baik kesehatan Anda, saya keluar dulu. Panggil saja jika butuh sesuatu, saya ada di luar pintu.”
“Terima kasih atas kerja kerasnya, Bibi Chen. Dan saya baik-baik saja.”
Lan Xin memaksakan senyum manis, tak ingin kepala pelayan tua yang baik hati ini mengkhawatirkannya.
Tanpa sadar, senyum pengertian itu justru membuat hati Bibi Chen remuk redam.
Berbalik badan agar Lan Xin tak melihat tangisnya. Sungguh gadis yang pengertian dan menggemaskan, sebenarnya mengapa Tuan muda harus menyakiti sampai sedalam ini, bahkan tak mau mengakui anak sendiri...
Saat ruangan hanya tersisa Lan Xin sendiri, dengan wajah tanpa ekspresi ia mengambil perjanjian perceraian itu. Memandangi tanda tangan Lei Tingyu, ia tertawa dingin.
“Lei Tingyu, kau anggap Jin Lanxin sebagai apa?”
Setelah menyimpan rapi perjanjian perceraian di pinggang, pandangannya mengitari ruangan lalu tertuju pada sprei. Sprei di ruang pasien level khusus ini terbuat dari kain terkuat.
Lan Xin segera mengambil sarung bantal, melepas seprainya, lalu menyambungkannya dengan sprei tempat tidur. Dia menguji kekuatannya, hasilnya bagus.
Dia berjalan ke jendela, mendorongnya terbuka. Ini adalah lantai tiga.
"Dulu, aku bahkan bisa kabur dari kantor presiden direktur Grup Lei yang puluhan lantai milik Lei Tingyu dengan melompat jendela. Apakah lantai tiga ini bisa mengurungku?"
Lan Xin berbicara sambil mengikat sprei ke jendela. Setelah memastikan ikatannya kuat, dia menepuk perutnya sambil bergumam.
"Nak, ibu bukan wanita yang nekat. Tapi ibu yakin, ayahmu bukan pria brengsek yang akan meninggalkan istri. Apapun alasannya menyuruh ibu menggugurkanmu, ibu akan menuntut keadilan untukmu!"
Dia harus bertanya langsung pada Lei Tingyu, apa alasan sebenarnya di balik semua ini!
Soal pemulihan ingatan atau mengingat wanita lain? Sampai matipun dia tidak percaya!
Seandainya pun dia memang mencintai orang lain, mengapa di dalam kotak itu selain jepit rambut kucing yang terasa familiar, ada juga surat tulisan tangannya?
Dia bahkan bisa menerima fakta bahwa dia pernah menyukai "wanita lain" di masa kecil. Mengapa dia tidak bisa menerima dirinya yang mencintainya?
Lan Xin tidak terima.
Menyerah diam-diam? Itu mustahil baginya!
Saat ini, Lei Tingyu berdiri kaku di depan jendela kantor presiden direktur Grup Lei.
Posisinya tidak berubah sejak lama.
Sejak mengetahui hal itu, dia terus seperti ini.
"Pengacara mengatakan, reaksinya sangat besar, sangat sedih. Meski tidak melihat langsung, Lei Tingyu bisa membayangkan ekspresi Lan Xin yang seperti petir di siang bolong saat mendengar kabar perceraian."
"Dia tidak pergi, itu benar."
"Karena melihatnya, melihat matanya yang tak berdaya - hal mengerikan apapun takkan dilakukan Lei Tingyu."
"Hati terpelintir sakit, seolah ada firasat buruk yang mengintai."
"Pada akhirnya Lei Tingyu sulit melawan kerinduan dalam hatinya pada Lan Xin."
"Menghubungi bodyguard lewat telepon."
"Bagaimana keadaan Nyonya sekarang?"
"Nyonya di dalam kamar, sama sekali tak ada suara."
"Lei Tingyu! Kau bukan manusia!"
"Dari telepon terdengar teriakan kepala pelayan. Lei Tingyu mengusap pelipisnya."
"Bibi Chen——"
"Jangan panggil aku! Aku tak punya anak sepertimu!" Bibi Chen sudah kalap.
"Bodyguard mengingatkan, 'Tuan muda memang bukan anak Anda!'"
"Kalau begitu aku tak punya tuan muda seperti dia! Lei Tingyu, jika kau masih menginjak-injak Lan Xin, muntahkan kembali ASI yang kau minum dariku dulu! Andai kuk tahu bayi lucu itu akan jadi raja iblis seperti sekarang, pasti kububuhi cabai pedas saat kau masih dalam gendongan!"
"Bibi Chen, aku punya ganjalan yang tak bisa diungkapkan." Anehnya Lei Tingyu tak menyalahkan sikap tidak hormat Bibi Chen.
"Ganjalan apapun tak bisa jadi alasan! Semua yang menyakiti wanita hamil adalah sampah, sampah, sampah!"
"Hal penting harus ditekankan tiga kali sebagai bentuk cemoohan!"
"Sekarang saya tidak punya waktu menjelaskan padamu. Tolong jangan tinggalkan Lan Xin, masuk ke kamar dan lihat keadaannya sekarang."
Bibi Chen mendengus, "Sekarang baru tahu khawatir? Tadi bersikap kejamnya saya lihat semua. Saya akan periksa Nyonya Muda, mungkin dia sedang menangis diam-dim di balik selimut."
Bibi Chen mendorong pintu, tiba-tiba berteriak kaget.
"Nyonya Muda, ke mana perginya?!"
Ruang pasien yang kosong itu sudah tak ada lagi bayangan Lan Xin.
Lei Tingyu mendengar laporan Bibi Chen tentang hilangnya Lan Xin, marah besar meneriakkan telepon.
"Bagaimana bisa hilang?! Banyak orang hidup-hidup tidak bisa jaga satu wanita hamil?!"
"Ah! Saya lihat! Di jendela ada sprei terikat, Nyonya Muda merangkak turun dari lantai atas!"
"Kirim orang untuk mencari! Sama sekali tidak boleh ada celaka sedikit pun!"
Tangan Lei Tingyu yang menggenggam telepon mengeluarkan urat nadi menonjol. Ia menyambar kunci mobil, langsung bergegas keluar.
Kenapa dia tidak mau patuh? Tinggi sekali, kalau sampai jatuh...
Membayangkan Lan Xin mungkin terjatuh, hati Lei Tingyu seperti terpelintir. Hanya ingin segera menyambar dan memeluknya.
Pikirannya juga sadar, datang ke rumah sakit saat ini akan merusak rencana selanjutnya.
Lan Xin sangat cerdas. Kalau sampai melihat sedikit tanda, dia pasti tidak akan menggugurkan bayi.
Tapi kekhawatiran pada Lan Xin telah melampaui segalanya. Akhirnya Lei Tingyu bergegas keluar.
Baru tiba di lantai bawah, langsung melihat Lan Xin yang mengenakan pakaian pasien sedang masuk dari pintu, banyak orang melihatnya.
Lei Tingyu melihat dia sama sekali tidak terluka, dalam hati menarik napas lega, namun raut wajahnya justru semakin dingin menusuk.
Dia tak boleh gagal total, tak boleh di saat ini memperlihatkan niatnya, lalu berbalik badan seolah mundur ke dalam elevator, menghindari pertemuan.
Tapi Lan Xin langsung menangkap keberadaannya, dia cepat-cepat menyerbu sambil menyelipkan satu tangan di celah pintu elevator, tangannya terjepit hingga membuatnya mengerutkan kening kesakitan.
Melihat hal ini, Lei Tingyu buru-buru menekan tombol pause, menariknya masuk ke dalam elevator.
"Untuk apa kau kabur dari sana!" Genggamannya pada tangan yang terjepit itu sudah memerah, dengan insting alami mulai mengusap lembut.
Tapi yang terlihat justru Lan Xin dengan mulut terkunci penuh kekesalan, butiran air mata besar berjatuhan.
"Kau saja sudah mau bercerai denganku, kenapa aku tak boleh datang ke sini!"
Nada manja yang sama, sorot mata bergantung yang sama, membuat hatinya seperti terbakar api.
Dengan dingin dia melepaskan genggaman, menghindari tatapan penuh harap itu, berusaha menjaga nada bicara sebeku es.
"Tak ada ruang untuk negosiasi lagi. Kau harus menandatangani perjanjian perceraian dan menggugurkan janin."
"Kenapa! Lei Tingyu, katakan padaku alasannya!"
Lan Xin bergembira menggenggam tangannya, Lei Tingyu mengerahkan seluruh KENDALI DIRI untuk mendorongnya, bukan justru memeluk erat sesuai keinginan hati.
"Tak ada alasan. Aku sudah muak denganmu--"
“Omong kosong！Mana mungkin kamu bosan padaku？Sebelumnya, setiap hari kita selalu bahagia, kamu begitu memanjakanku, apakah kamu sudah lupa？”
“...Saat itu aku kehilangan memori, sekarang aku sudah ingat.”
Lan Xin melepaskannya, mundur dua langkah, menatapnya dengan dingin.
“Lei Tingyu, kamu berbohong, meski kamu tidak kehilangan ingatan, kamu tetap sangat menyayangiku. Hanya saja setelah amnesia hubungan kita semakin baik. Meski kamu sudah ingat, mana mungkin tiba-tiba memperlakukan aku seperti ini！”
Dia, tepat seperti dugaanku, sangat pintar.
Lei Tingyu diam lama, karena sedikit saja tanda-tanda masalah, akan langsung terdeteksi olehnya.
