Bab 389 Jika Tidak Ada Kepercayaan, Berani Mengaku Cinta?
Semua ini tidak akan diketahui Xiao Mingge karena Jin Tian sudah mengusirnya, sekarang ini waktu privat keluarga Jin.
"Lan Xin, aku selalu tertarik padamu, kapan mau menikah lagi dan membawa anak, cari aku ya!" Xiao Mingge melambaikan tangan pada Lan Xin.
Yang menjawabnya adalah tatapan sinis penuh kebencian dari seluruh anggota keluarga Jin.
"Xin Xin kami sama sekali tidak akan menikah lagi!"
Di mana bisa menemukan menantu seperti Lei Tingyu yang bisa menghasilkan uang, memanjakan istri, menanggung kesalahan, bahkan rela menjadi orang terjahat di dunia demi melindungi Lan Xin dari kesedihan?
“Sekumpulan orang mengerumuni Lan Xin masuk ke dalam rumah, khawatir dia lelah setelah penerbangan jauh, segera menyuruhnya berbaring di ranjang. Sekelompok orang, mengelilingi ranjangnya, membentuk pemandangan yang lucu.”
“Kalian mengerumuniku seperti ini, ditambah ekspresi wajah yang serius, membuatku merasa seperti sedang pamitan jenazah?”
Lan Xin bergurau.
Langsung diludahi dengan keras oleh semua orang.
“Ucapan anak-anak tidak bisa dianggap serius!”
“Yang buruk tidak akan terjadi, yang baik pasti terkabul!”
Jin Tian gelisah berputar-putar di dalam ruangan, bolak-balik, tidak tahu bagaimana harus membuka mulut untuk membicarakan hal ini dengan Lan Xin.
Bagaimana cara memberitahu putrinya untuk menggugurkan kandungan dengan lembut tanpa menyakitinya?
“Apakah kalian sekarang sedang berpikir untuk bersekutu dengan Lei Tingyu si angkuh itu, memintaku menggugurkan anak dalam kandunganku?”
Semua orang menarik napas dalam-dalam, “Bagaimana kamu bisa tahu?”
Lan Xin mengusap perutnya, wajahnya memancarkan cahaya kasih sayang seorang ibu.
“Sebut saja aku muka tebal, sebut saja aku terlalu percaya diri, yang jelas aku tidak percaya Lei Tingyu yang bahkan rela menahan peluru untukku tiba-tiba berubah menjadi pria brengsek? Jika aku percaya begitu saja, pantaskah aku menerima pengorbanan peluru yang dia tanggung untukku?”
Jika Lei Tingyu tidak mencintainya lagi, apa artinya hidup ini baginya?
Setelah melalui begitu banyak hal, Lan Xin telah mengembangkan kepercayaan dan keterikatan yang berbeda pada Lei Tingyu.
Dia mencintainya sampai ke tulang sumsum, begitu pula dirinya? Jika tidak ada sedikitpun kepercayaan, pantaskah disebut cinta?
“Jadi Kakak sudah tahu semuanya?” Shishi bertanya.
“Ya, aku sudah tahu semuanya.” Lan Xin menyambung ucapan Shishi.
“Kalau begitu kamu harus tahu, kakak ipar menyuruhmu menggugurkan anak itu demi kebaikanmu. Kenapa kamu masih bersikap semaumu sendiri?”
Shishi berbicara cepat-cepat. Setelah selesai berbicara, dia merasakan tatapan orang lain di ruangan itu yang mengarah padanya.
Dasar gadis bodoh ini, kenapa begitu mudah terjebak oleh jebakan Lan Xin?
Lan Xin yang selalu mengikuti Lei Tingyu, akhirnya belajar menjadi licik juga!
Lan Xin menarik napas panjang lega, “Dia menyuruhku menggugurkan anak, ternyata memang ada alasan tersembunyi. Taruhanku benar.”
“Shishi! Kenapa kamu bisa sebodoh ini!” Jin Tian memarahi Shishi dengan kesal.
Shishi memonyongkan mulut dengan wajah penuh kekesalan.
“Aku juga tidak menyangka, kakakku ini ternyata sangat licik!”
“Jangan marahi istriku. Orang hamil memang jadi bodoh.” Kali ini Mu Feng juga berada di pihak ayah mertua. Istri kikuknya ini...
Sungguh membuat orang tak tahu harus berkata apa!
Cuma dijebak sedikit oleh Lan Xin, dia langsung tertipu!
“Kalian juga jangan menyalahkan Shishi. Sebenarnya di dalam hati, aku sudah lama menduga situasi seperti ini. Katakanlah, Lei Tingyu, apa alasan sebenarnya yang memaksaku menggugurkan anak ini?”
Mereka saling pandang tak mau memberitahu, karena begitu diungkapkan, semua rencana yang telah disusun susah payah oleh Lei Tingyu akan bubar.
Melihat mereka semua bungkam, tiba-tiba Lan Xin mengeluarkan pisau tentara dari sakunya dan menempelkannya di lehernya sendiri.
“Kalian, mau bicara atau tidak?! Jika tidak, lebih baik aku mati saja. Sekarang ini, suami tidak menginginkanku, anak juga hampir tak bisa kujaga, keluarga pun tidak mau membantuku. Aku benar-benar orang yang patut dikasihani!”
“Bicara sembarangan! Orang yang patut dikasihani mana memiliki keberuntungan sepertimu? Tahukah kamu, sekarang Ting Yu hampir mati tersiksa karena dirimu! Lepaskan pedang itu sekarang juga!”
Sebagai seorang ibu, Feng Ting merasa sangat tak berdaya menghadapi ancaman bunuh diri putrinya.
“Aku tidak akan melepaskannya! Aku memang memanfaatkan cinta dan manja kalian semua. Hari ini, jika kalian tidak mengatakan yang sebenarnya, akan kuperlihatkan bagaimana caranya aku bunuh diri!”
Perkataan Lan Xin membuat anggota Keluarga Jin geleng-geleng kepala antara jengkel dan tertawa.
Pertama kalinya mereka melihat seseorang dengan muka tebal mengucapkan "mempermainkan kasih sayang" dengan penuh keyakinan, bahkan tanpa rasa malu berkata "hanya mengandalkan kalian yang menyayangiku".
Meski agak keterlaluan, apa yang dikatakannya memang benar adanya.
Lei Tingyu tak tega kehilangannya, begitu pula keluarga Jin.
Dengan pedang sudah di leher, mustahil untuk terus menyembunyikan kebenaran.
“Ayah si anak...” Feng Ting memandang Jin Tian dengan ragu.
Meski baru saja berhubungan kembali, semua anggota keluarga sudah paham betul sifat Lan Xin.
Jika benar-benar tidak diberitahu, dia sungguh-sanggup melakukan aksi bunuh diri - hal yang paling tidak ingin mereka lihat.
“Beritahu dia.” Setelah berpikir panjang, Jin Tian akhirnya memutuskan untuk mengungkapkan kebenaran pada Lan Xin.
“Lei Tingyu ingin menyembunyikan ini dari Lan Xin seumur hidup, agar dia tidak merasa bersalah.”
“Tapi Lan Xin terlalu pintar, dia sama sekali tidak percaya pada alasan Lei Tingyu seperti tidak mencintainya atau ingin bercerai.”
“Daripada membuatnya berpikir macam-macam, lebih baik beri tahu langsung agar masalah tidak semakin besar.”
“Xin Xin, semua orang di rumah ini termasuk Lei Tingyu mencintaimu. Kami tidak ingin kau terluka, jadi harap tetap tenang setelah tahu kebenarannya.”
“Tenang, aku orang paling ingin hidup di dunia ini, tidak ada duanya!” Lan Xin penuh keyakinan.
“Di masa tersulit saat dikucilkan Keluarga Lan, aku bisa bertahan dengan menggigit gigi.”
“Sekarang punya rumah sendiri, orang tua menyayangi, adik harmonis, dan suami tampan - meski agak sombong dan sok tahu.”
“Dengan lingkungan sebaik ini, apa alasan tidak berjuang hidup?”
“Di sini ada tumor jinak kecil.” Feng Ting meletakkan tangan di perut Lan Xin sambil menangis.
“Putri malangku, mengapa takdir menyiksa Xin Xin begini?”
“Jadi... ini alasan Lei Tingyu menyuruhku menggugurkan bayi?”
“Ya, karena Lei Tingyu takut kamu akan terlalu menyalahkan diri sendiri setelah mengetahuinya, jadi dia memilih cara seperti ini untuk memaksamu menggugurkan bayi.”
Lan Xin sebelumnya telah membayangkan banyak skenario, tapi sama sekali tidak menyangka akan seperti ini.
Seketika, perasaan campur aduk membanjiri hatinya, air matanya langsung mengalir deras.
“Dia setiap hari bilang aku bodoh, tapi saat dia sendiri menghadapi masalah, caranya juga tidak pintar. Kenapa memilih metode sekonyol ini? Apa dia tidak tahu kalau cara yang tidak tepat akan membuatku membencinya...”
Lan Xin menangis histeris. Begitu dia menangis, semua orang di ruangan itu ikut mengeluarkan air mata.
“Ting Yu adalah pria sejati. Dia hanya ingin melindungimu dari luka.” Jin Tian melalui kejadian ini semakin membuka mata akan kualitas menantunya.
Ribuan kata manis takkan bisa menandingi tindakan nyata yang selalu memprioritaskan keselamatannya di saat krisis.
Janji seorang pria tidak boleh sekadar ucapan, tapi harus terwujud dalam setiap tindakan tanpa henti.
“Ini namanya niat baik tapi berujung malapetaka! Dia meremehkan cintaku padanya!”
Lan Xin menggigit bibirnya dengan penuh amarah.
