Bab 394 Malam Kerinduan Selalu Terasa Panjang
Jin Tian terutama bergerak di bisnis perhiasan, anggota keluarga lain tidak sejalur dengannya. Lei Tingyu memilih menindak anggota keluarga Jin lainnya.
"Mereka mengadu ke Ayah kita. Ayah langsung menepuk paha, berpura-pura tak berdaya, bilang ke orang-orang: Aku juga tak bisa berbuat apa! Putri sulungku kabur saat hamil, Lei Tingyu menagih orang padaku, aku tak bisa menyerahkannya, diri sendiri saja sulit diselamatkan!"
Shishi menirukan nada bicara Jin Tian dengan sangat hidup.
"Ayah kita benar-benar menepuk paha?" Lan Xin membayangkan Jin Tian yang sopan santun melakukan gerakan seperti itu, sungguh...
Tak terkatakan!
"Bagian ini ada modifikasi artistikku. Tapi kali ini ipar benar-benar bekerja baik dengan Ayah, membantu membereskan banyak anggota keluarga yang tidak patuh."
Lan Xin menusuk-nusuk nasi dengan sumpit tanpa sadar, beberapa kali tak juga mau makan.
"Dia bukan baik hati! Cuma karena kesal padaku, amarah tak tersalurkan, jadi cari-cari korban untuk dilampiaskan. Kurasa setelah membereskan semua yang melawan Ayah, dia akan pulang ke Tiongkok untuk menghabisi cabang keluarga kami."
Kesimpulan Lan Xin tepat: Lei Tingyu adalah tiran yang gemar melampiaskan kemarahan.
"Kalau kamu sembunyi berbulan-bulan lagi, siapa tahu apa yang akan dilakukan ipar."
“Ah... Kamu pikir aku suka sembunyi? Sebenarnya aku juga...” Lan Xin menundukkan kepala, menatap butir-butir nasi dalam mangkok. Setiap butirnya mirip wajahnya.
Benar-benar merindukannya.
“Apa yang iparmu lakukan aku tak tahu, tapi jika kakakmu terus kelaparan begini, baru bisa terjadi masalah!” Feng Ting mengambilkan hidangan untuk Lan Xin dengan wajah khawatir.
“Waktu mengandungmu dulu, tiap hari harus makan banyak. Makananmu sekarang tidak cukup untuk perkembangan bayi, terlalu sedikit.”
Apalagi, tubuh Lan Xin memang khusus, semakin membutuhkan nutrisi yang lebih.
“Oh iya! Kak, lihat ini!” Shishi tiba-tiba berdiri seolah teringat sesuatu.
Berlari ke ranjang, mengambil tasnya lalu mengeluarkan sebuah laptop.
“Ini kan tidak ada sinyal, buat apa kamu bawa?” Lan Xin lesu menatap Shishi.
“Tidak perlu internet! Videonya sudah kudownload sebelumnya. Kak, lihat ini!”
Shishi memutar video. Begitu melihat sosok di dalamnya, mata Lan Xin langsung berbinar.
Lei Tingyu!
Video kurang dari satu menit itu menampilkan Lei Tingyu di Negara E yang tertangkap kamera media. Dari awal sampai akhir tak ada sepatah kata, tapi Lan Xin merasa semangatnya terbakar.
Baru dua hari tak bertemu, rasanya seperti seabad lamanya.
Video cepat selesai. Lan Xin masih ingin menonton ulang, tapi Shishi menutup laptopnya.
“Kakak, makan dulu nasi di mangkokmu, baru aku kasih lihat. Bukan cuma ini loh, aku juga sudah mengunduh berita tentang ipar sebelumnya. Mau lihat nggak?”
Lan Xin mengangguk seperti lesung ditumbuk.
“Aku juga punya foto pribadi ipar, mau lihat nggak?”
Lan Xin menelan ludah, mengangguk gugup.
Keluar terlalu terburu-buru, sampai tak sempat bawa ponsel sendiri. Kalau tidak, "inventaris"-nya yang seabrek itu pasti cukup untuk menghabiskan masa kerinduan ini.
“Kalau mau lihat, makan yang baik. Ada nasi, baru ada ipar yang bisa dilihat!” Shishi berbicara pada Lan Xin dengan nada menghibur anak kecil.
Lan Xin segera menunduk dan makan lahap. Demi melihat bos, tiba-tiba hidangan terasa sangat lezat.
Feng Ting mengacungkan ibu jari ke Shishi, “Lebih baik kamu yang punya cara.”
Shishi mengedipkan mata, “Bukan aku yang punya cara, ada orang misterius yang mengirimkan panduan menghadapi kucing tidak mau makan ke komputerku.”
Kakak dan kucing, benar-benar mirip ya.
“Kakak, kamu benar-benar nggak penasaran, cara orang misterius itu ngirimnya pakai metode apa?”
Lan Xin menyumpitkan sayuran ke mulutnya, wajah penuh kenikmatan.
“Pasti waktu kamu lagi menjelajahi situs web kuning, tiba-tiba layar jadi gelap, keluar tulisan gitu ya?”
“…Aku tidak melihat situs semacam itu.” Shishi tak tahu harus berkata apa.
Tapi selain item soal lihat situs 'itu' yang tidak benar, layar gelap dan munculnya tulisan – semua itu benar-benar akurat!
Mendengar Shishi mengatakan ada yang menggelapkan komputernya namun hanya mengirimkan informasi seperti ini, Lan Xin mengangkat senyum penuh makna.
"Hal seperti ini, 80-90% pasti perbuatannya."
Dulu, dia juga sering menggunakan cara seperti ini untuk menggelapkan komputernya.
Sekarang saat dirinya tak ada di sisinya, dia sudah memprediksikan bahwa dirinya mungkin tidak bisa makan dengan baik, sehingga memberikan informasi seperti ini melalui Shishi.
"Bisakah kamu jangan menggunakan nada tenang seperti baru membeli sawi putih saat membicarakan hal ini?" Shishi sama sekali tidak mengerti dinamika suami-istri pasangan Lan Xin ini.
"Aku benar-benar tidak paham, bagaimana bisa kamu dan iparku suka saling cinta-benci begini?"
Berlaga saling menghancurkan, namun juga mencintai dengan sepenuh jiwa.
Jelas-jelas saling memperhatikan, namun terpaksa melakukan hal yang tidak ingin dilihat pihak lain.
"Aku juga tidak tahu, ini namanya takdir yang tak terjelaskan... Cepat, putar lagi videonya, aku ingin 'makan' lebih banyak."
Dalam hati Lan Xin, sang bos kini memiliki fungsi baru selain sebagai pria super yang bisa mencetak uang, meretas komputer, dan serba bisa:
Hanya dengan memandangnya, nafsu makan langsung muncul, lebih efektif dari hidangan pendamping nasi.
"Terus-terusan menatap komputer tidak baik untuk ibu hamil. Nanti Ayahmu akan memasang televisi besar untukmu, diisi dengan berbagai film."
Feng Ting sangat senang melihat putrinya akhirnya bisa makan lagi.
“Tidak perlu memasukkan cuplikan lain, cukup kumpulkan semua rekaman Lei Tingyu yang bisa ditemukan. Kalau bisa mendapatkan video pernikahan kami, aku bisa makan setidaknya satu ekor paha ayam lebih banyak dalam sekali makan.”
Lan Xin menawar, menunjukkan satu jarinya.
Shishi langsung membayangkan wajah tampan iparnya dengan dua paha ayam di atas kepalanya...
Kasihan sekali, ipar!
Ruang rahasia ini dirancang sangat manusiawi dengan suhu dan kelembaban stabil, sirkulasi udara yang difilter, tidak pengap. Bahkan dipasang lampu temaram palsu agar Lan Xin bisa beristirahat nyaman.
Malam itu, Lan Xin berbaring di ranjang menatap televisi baru yang menayangkan hari pernikahannya dengan Lei Tingyu.
Video pernikahan itu ditontonnya berulang-ulang.
Data visual seperti ini sebelumnya tidak dimilikinya. Ini didapat Shishi setelah meminta langsung dari Lei Tingyu.
Melihat mereka berdua bersumpah di altar dewa, mata Lan Xin berkaca-kaca.
Rupanya dulu dia begitu serius mengucapkan sumpah padanya. Sayangnya saat itu, Lan Xin tidak memiliki kejujuran seperti Lei Tingyu.
Andai waktu bisa diulang. Saat mengenakan pengantin, pasti akan kuucapkan janji seumur hidup padanya dengan tulus dari lubuk hati.
Hidung Lan Xin terasa asam. Tak berani menonton lagi, dia mematikan TV dan mengatur cahaya serendah mungkin.
Malam tanpa kehadirannya, tanpa pelukannya, tanpa sandaran dada kokohnya - betapa lamanya waktu terasa.
"Rasa rindu padanya sudah hampir meluap, dia tak yakin bagaimana harus melewati malam demi malam tanpa kehadirannya."
Satu tangan menempel di perut, tangan lainnya mengusap air mata di pelupuk mata.
Dalam hati bertanya, seandainya Lei Tingyu ada di sampingnya, bagaimana reaksinya melihat dia menangis?
