Bab 397: Orang ini ah, akhirnya datang juga
"Setelah lama berada di dekatnya, secara alami aku bisa merasakan sesuatu. Ada masa dimana dia selalu membawaku ke mana-mana setiap hari."
Terhadap jejak berliku tindakan bos, Lan Xin juga bisa meraba sedikit.
"Perutku sangat lapar, masih ingin makan paha ayam. Berikan remotnya, aku ingin melihat ipar."
"Makan paha ayam sambil menghadap boss, ini juga salah satu metode Lan Xin untuk mengekspresikan kerinduan."
"Kak, meski aku berharap kamu bisa makan lebih banyak, tapi nafsu makanmu sepertinya tumbuh terlalu cepat!" Shishi menyodorkan remot ke Lan Xin.
Lan Xin membuka televisi, melihat gambar boss di dalamnya, lalu mulai menikmati paha ayam dengan puas.
"Aku juga tidak tahu, yang jelas begitu melihat iparmu langsung ingin makan. Dan dua hari terakhir ini, aku merasa tak bisa kenyang meski sudah makan banyak."
"Kak, kalau kangen sekali sama ipar, bagaimana kalau menulis surat atau menelepon saja?"
Shishi memperhatikan Lan Xin yang dengan wajah sendu mengawasi Lei Tingyu di televisi, tangan menggenggam paha ayam.
Melihat sekali, menggigit sekali.
Kalau sudah separah ini, bukankah ini gejala sakit rindu?!
"Tidak bisa menelepon. Makhluk itu lebih tajam dari anjing. Komputer kalian saja bisa dia-hack semaunya. Kalau aku yang menghubungi duluan, dia langsung bisa mengejar ke sini."
"Kakak menggunakan kosakata untuk menggambarkan anjing... untuk mendeskripsikan iparku yang gagah perkasa?"
Lan Xin mengibas-ngibaskan paha ayam, "Kalaupun anjing, iparmu itu jenis Tibetan Mastiff!"
"Meski anjing suci, ipar pasti tidak suka perumpamaan ini." Bagaimana caranya menghadapi istri seperti ini?
"Lagipula akhir-akhir ini, aku sudah berkali-kali menyinggung perasaannya. Tak apalah, toh akhirnya pasti dihukum juga. Sekali lagi menghina pun tak masalah."
Lan Xin sudah memasuki fase "kaleng rusak diinjak-injak".
Suara kunci password di luar berputar. Shishi berkata pada Lan Xin:
"Dokter yang melakukan pemeriksaan kehamilan untukmu sudah datang."
"Oh, kalau begitu aku akan segera menghabiskan paha ayam ini." Lan Xin sendiri tidak mengerti kenapa belakangan ini nafsu makannya sangat meningkat.
Rasanya makan seberapa banyak pun tidak pernah kenyang, hanya ingin terus makan.
Jin Tian memasuki ruangan bersama beberapa orang berjas dokter. Para dokter itu berpakaian lengkap dengan masker dan topi, hanya mata yang terlihat. Termasuk Jin Tian, total ada lima orang.
Jin Tian melihat paha ayam di tangan Lan Xin dengan ekspresi tak berdaya.
"Kata ibumu, hari ini dia menyiapkan ayam panggang utuh untukmu. Ternyata kamu hanya menyisakan satu paha ayam?"
"Ayah, jangan pelit lah. Cuma makan beberapa ekor ayam saja." Lan Xin tersenyum manis pada para dokter.
"Tunggu sebentar, aku hampir selesai."
Dokter yang berdiri paling belakang, posturnya sedikit lebih tinggi, tertegun melihat senyuman Lan Xin. Ketika pandangan Lan Xin beralih ke arahnya, dia cepat-cepat menundukkan kepala menghindari kontak mata.
"Bukan masalah makanannya. Kamu berani memperlakukan koleksi berhargaku seperti kelereng..." Jin Tian mengelus kepala mengingat kenakalan putrinya.
"Dokter, tidak apa-apa kalau dia makan sebanyak ini?"
"Sekarang Nona Besar makan berapa porsi sehari?" tanya dokter yang memimpin dengan sikap profesional.
"Empat kali makan utama plus dua kali camilan. Sekali makan bisa menghabiskan setengah ekor ayam... Hari ini sepertinya satu ekor utuh!"
“Ayahmu, kalau kamu terus pelit begini, besok aku akan minta Ibu membuatkan kalkun, yang besar sekali lho...” Lan Xin membuat ekspresi wajah aneh, lalu mengusap-usap perutnya.
“Aku rasa, meski diberi seekor gajah, aku juga bisa menghabiskannya.”
Benar-benar merasa sangat lapar.
“Xin Xin dua hari ini nafsu makannya tiba-tiba melonjak drastis, apakah ini ada masalah?” Jin Tian bertanya dengan cemas ke dokter.
Saat baru kembali dulu, jelas-jelas kondisinya sangat lemah dan tidak mau makan apapun.
Kok baru dipindahkan citra calon menantunya ke sini, langsung bisa makan sebanyak ini, bahkan seperti hantu kelaparan yang baru terlahir kembali...
Baiklah, menggambarkan putri sendiri seperti ini kurang pantas.
Tapi cara Lan Xin melahap makanan itu, benar-benar mirip.
Mendengar pertanyaan Jin Tian, pria tinggi yang terakhir itu jelas-jelas bergetar, memandangi Lan Xin dengan cemas.
Hanya dalam beberapa menit, dia sudah menghabiskan seluruh paha ayam.
Kok bisa makan sebanyak ini? Tidak ada masalah kan...
Merasakan tatapannya, Lan Xin heran menengadah. Kenapa dia merasa dokter tinggi ini selalu mengawasinya?
Pria tinggi ini mengenakan jas dokter putih dengan topi dokter, masker besar menutupi wajahnya rapat-rapat, bahkan mata yang terlihat di luar juga tertutup kacamata minus tebal.
Tapi Lan Xin justru merasakan keakraban misterius dari sosok ini.
Firasat dia sedang melihat dirinya sendiri, pria itu mengalihkan pandangan, menghindari sorot matanya.
"Kalau makan berlebihan seperti ini, apakah akan menyakiti tubuhnya?" Jin Tian terus bertanya.
"Kondisi konkretnya kami juga tidak tahu pasti, harus melakukan pemeriksaan detail pada Nona Besar, baru bisa menyimpulkan berdasarkan hasil deteksi."
Beberapa dokter mulai membagi tugas, melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Lan Xin.
Hanya pria bertubuh tinggi di paling belakang yang menunduk pura-pura merapikan peralatan.
Tapi jika sedikit lebih memperhatikan, akan terlihat pandangannya terus tertancap pada Lan Xin.
Beberapa hari tidak bertemu, dia terlihat lebih bulat sedikit, gemuk, wajahnya malah berseri-seri, percakapannya juga penuh semangat, tapi makan sebanyak ini apa wajar...
Pria itu bergumam dalam hati, fokus menunggu deteksi dari para otoritas.
Beberapa belas menit kemudian, dokter itu berdiri.
"Nona Besar semua normal, makan sedikit lebih banyak juga tidak apa, asal tidak berlebihan sampai membuat perut tidak nyaman. Kadang nafsu makan ibu hamil memang meningkat karena bayi dalam kandungan membutuhkan nutrisi."
Mendengar ini, Jin Tian lega, pria tinggi itu juga jelas-jelas menghela napas lega.
Tidak apa-apa, itu yang penting.
Jin Tian mencubit pipi putrinya, "Kau ini terlalu nakal, tiba-tiba jadi rakus begitu, sampai membuat Ibu panik."
Menjadi orang tua sungguh tidak mudah. Saat Lan Xin baru kembali, sama sekali tidak mau makan, Feng Ting ikut panik dan naik darah.
Tapi tiba-tiba dia jadi sangat rajin makan, Feng Ting juga naik darah, tidak berani tidak menyiapkan makanan untuk putrinya, tapi setelah membuat takut dia makan terlalu banyak tidak baik.
"Aku lapar..." Lan Xin menjulurkan lidah.
"Televisi Nona Besar ini, kenapa selalu memutar gambar-gambar yang itu saja?" Seorang dokter menemukan tanda-tanda.
Pria bertubuh tinggi itu menoleh, gambar di televisi membuatnya memindahkan penglihatan ke tubuh Lan Xin, sudut mulut di balik masker berkedut halus.
Di televisi, yang sedang diputar sekarang adalah rekaman Lei Tingyu di konferensi peluncuran produk baru Lei Group. Setelah puas menonton rekaman pernikahan, Lan Xin memutar ini berulang-ulang.
"Kakakku bisa makan hanya dengan ditemani rekaman iparku. Katanya tanpa iparku tidak bisa masuk makanan. Sepertinya iparku sudah hampir menyamai saus cabai Lao Ganma, bikin nafsu makan."
Perkataan Shishi membuat semua orang tertawa, hanya pria bertubuh tinggi itu yang sudut mulutnya di balik masker berkedut samar.
Bagus, saus cabai Lao Ganma?
Terima kasih tidak menyebutku sebagai tempe busuk atau sejenisnya!
