Bab 404 Bayi Imut dalam Jumlah Banyak
Saling menyuapi dengan manis, hati kedua orang yang baru bertemu setelah lama berpisah ini dipenuhi kehangatan.
Hanya dalam pelukan satu sama lain, kehangatan sejati bisa dirasakan.
"Oh ya sayang, dulu aku bermimpi sesuatu yang sekarang terbukti masih terkabul."
Lan Xin tiba-tiba teringat mimpi yang dialaminya sebelum mempersiapkan kabur.
"Apa yang kau mimpikan?"
"Aku bermimpi bayi kita tiba-tiba membelah dari satu menjadi dua. Dua bayi gembul yang identik, benar-benar imut sekali! Suamiku, menurutmu apakah mereka kembar identik? Pasti karena itu mereka mirip sekali!"
Membayangkan wujud bayi masa depan dalam mimpinya, hati Lan Xin meleleh karena terlalu menggemaskan.
Gembul, montok, mata besar, aura imut - satu saja sudah cukup membuat orang meleleh, apalagi dua kali lipat!
"Kembar identik akan mirip, kembar fraternal berbeda. Masih belum bisa dilihat sekarang, harus menunggu 14 minggu lagi untuk memeriksa jumlah plasenta."
Demikannya, kini dia hampir bisa disebut ensiklopedia kebidanan berjalan.
"Ah, kau lebih ingin dua bayi yang sama atau berbeda?"
Bisa kembali bersandar pada sang kekasih sambil membayangkan wujud bayi masa depan, sungguh membahagiakan.
"Kembar identik biasanya gender sama. Jika ada dua perempuan, juga bagus."
Sebenarnya Lei Tingyu ingin bilang: selama dia selamat, apapun jenis bayinya akan disukainya.
Lan Xin berpikir, gender kedua bayi dalam mimpinya sepertinya... hmm.
Sudahlah, jangan menghancurkan semangat bos.
"Mampu melahirkan anak dengan selamat, ibu dan anak dalam keadaan sehat, itu sudah merupakan keajaiban terbaik."
"Mau apa... anak perempuan!"
Jin Shishi berdiri di luar ruang rahasia dengan wajah penuh kecemasan.
Kakak ipar yang menyamar sebagai dokter menyusup masuk, sudah hampir satu jam, kenapa belum keluar juga?
"Kakak Ipar, jangan-jangan dia mencekik kakakku sampai mati? Haruskah kita masuk melihat?"
Dia sangat khawatir, menyangkut kakaknya yang kabur saat hamil, dengan proses yang sangat buruk. Benarkah pria berkarakter seperti kakak ipar akan memaafkannya?
"Mengada-ada! Mana mungkin kakak iparmu tega mencekik kakakmu? Pemuda, jangan gegabah!" Jin Tian membalas putri bungsunya dengan sikap berwibawa.
Jin Shishi menatap aksinya tanpa tahu harus berkata apa.
"Ayah, kau bicara begitu sambil membuka pintu, tak sadarkah kau tak punya daya persuasi?"
Sebenarnya Jin Tian juga tak yakin, menantu laki-lakinya tadi benar-benar terlihat sangat marah.
Tapi saat mereka masuk, pemandangan di dalam membuat semua orang tersentuh.
Lan Xin dan Lei Tingyu saling memeluk dalam tidur.
Mereka yang sudah beberapa hari tak istirahat baik, akhirnya bisa berkumpul lagi, tidurnya pun terasa harum.
Lan Xin bersandar di lengan Lei Tingyu yang memeluk pinggangnya, kondisi tak tega berpisah ini membentuk gambaran penuh kasih.
Jin Tian menggelengkan kepala pada Shishi, jangan mengganggu mereka lagi. Biarkan pasangan yang sulit berkumpul ini menikmati ketenangan langka dalam diam.
"Setelah keluar, Shishi menarik napas lega."
"Ayah, apakah mereka berdua ini sudah dianggap rujuk?"
"Tidak." Jin Tian menggelengkan kepala.
Hati Shishi bergetar, "Tidak mungkin? Jangan sampai ada masalah lagi, Kakakku sudah terlalu menderita."
Melihat iparnya yang juga terlihat letih, seperti orang yang tersiksa karena cinta mati-matian.
"Antara mereka berdua, tidak pernah benar-benar berpisah, bagaimana bisa disebut rujuk? Seharusnya dikatakan, akhirnya mereka tidak perlu saling menyiksa lagi. Pulanglah dan suruh Bibi Feng memasak hidangan lezat, malam ini keluarga kita bisa berkumpul dengan baik lagi."
Ketika Lan Xin dan boss akhirnya selesai beristirahat, berjalan keluar sambil bergandengan tangan, kondisi mereka sudah sangat berbeda dibandingkan beberapa hari terakhir.
Dia kembali tampil penuh wibawa, sementara Lan Xin terlihat segar berseri.
Di lapangan rumput luas Keluarga Jin, Lan Xin dengan berlebihan menebarkan tangannya.
"Matahari ah~ Awan putih! Sudah lama aku tidak melihat wujud langit biru!"
Boss berdiri di belakangnya, mendengar ucapan itu lalu mendengus meremehkan.
"Kalau bukan karena kau sendiri yang bodoh kabur dariku, mana mungkin dikurung di ruangan kecil bawah tanah?"
"Ruang rahasia perhiasan ayahku, mana mungkin disebut ruangan kecil?"
Mengingat pengalaman beberapa hari terakhir, Lan Xin tersenyum kecut.
"Tebak, selama bersembunyi di ruang perhiasan ayah, aku ngapain aja?"
"Merindukanku, dan menyesali tindakanmu."
Lan Xin meliriknya, mengeluarkan suara "Huss" keras dari mulutnya.
"Kamu terlalu percaya diri ah!"
“Siapa yang terus menatap rekamanku sambil makan? Mungkinkah bukan kamu?” Boss tidak akan melepaskan kesempatan untuk mempermalukan kucing hamil yang kabur dari rumah.
“Hei, jangan sok sombong gitu dong. Lihat rekamanmu sendiri, kamu yang menghinaku. Jika yang kulihat bukan kamu tapi pria lain, misalnya idolaku, kamu——”
Suasana sekitar boss tiba-tiba menjadi dingin. AC menyebarkan hawa asam yang menusuk. “Berani-beraninya!”
Bulu kucingmu akan kukuliti!
“Sudah kubilang kamu sok sombong...” Sebenarnya, saat dia melihat rekamannya, makhluk ini yang mulutnya sok tapi hatinya pasti sedang senang bukan main?
Lan Xin sangat menikmati pemandangan Lei Tingyu yang jelas-jelas bahagia setengah mati namun tetap berlagak arogan.
“Aku kasih tahu kebenaran ya. Aku berada di ruang harta karun permata ayahmu, memegang batu permata primordial tingkat puncak warisan turunan Keluarga Jin yang belum disusun.”
“Mau perhiasan? Besok kuberikan daftarnya.” Boss yang selalu memenuhi permintaan mulai berbicara.
Lan Xin membalikkan matanya.
“Bukan itu maksudku! Setiap hari melihat yang beginian sudah kubosenin. Mana mungkin masih mau? Aku cuma main lempar batu primordial itu seperti kelereng.”
“Jika belum puas melempar, bisa kubelikan lagi untuk terus kamu mainkan.” Boss berkata dengan serius.
Lan Xin menggelengkan kepalanya seperti rebana yang dipukul.
“Sudahlah, sensasinya bahkan tidak sebagus kelereng kaca... Sudah ada tanduknya segala...”
“Jika Jin Tian mendengar harta warisan leluhur dihinakan oleh putrinya seperti ini, mungkin dia akan menangis histeris di toilet.”
“Baiklah, toh batu-batu ini nantinya juga akan diberikan kepada Lan Xin dan Shishi.”
“Jin Tian berkata, jika kelak punya putra, gelar bangsawan dan Jin Si akan diwariskan ke putra. Aset tetap dan saham, termasuk batu mulia warisan keluarga ini, seluruhnya akan dibagi rata untuk kedua putrinya. Jadi sekarang Lan Xin juga sudah menjadi wanita kaya kecil.”
“Suami, saat aku berada di dalam, yang kupikirkan di hati saat memegang mainan pemberian Ayah adalah: jika kekayaan tak bernyawa ini bisa menukarmu kembali ke sisiku, aku bersedia mengorbankan seluruh milikku.”
Lan Xin berkata dengan tulus, lebih memilih kembali ke masa miskin daripada harus berpisah dengannya.
Lei Tingyu menatapnya tajam. Tiba-tiba, dia mengulurkan tangan. Lan Xin mengira dia terharu ingin memeluknya.
Cepat-cepat mengulurkan tangan untuk menyambut pelukan kasih sayangnya.
