Bab 417: Biarkan dia merencanakan tujuan yang ingin dicapainya
"Apa yang kamu gambar?" tanya boss.
Lan Xin berlagak seperti guru, berdiri di depan jendela menjelaskan dengan serius.
"Ini silsilah keluarga, lihat Suami! Ini aku, ini kamu. Kita generasi pertama. Nanti punya 2 anak, lalu tiap anak melahirkan 2 cucu. Berapa banyak orang di keluarga kita nanti!"
Tidak lagi menjadi orang yang kesepian. Dia bukan, dia juga bukan. Memikirkan ini hatinya dipenuhi kebahagiaan.
Meski terdengar indah, boss tidak bisa mentolerir anak-anak hebatnya digambarkan sebagai alien tergilas.
Dia menghampiri, memegang jari Lan Xin menambahkan detail pada gambar. Tak lama, dua boneka menggemaskan muncul di bawah nama mereka.
Lan Xin tertawa sampai mengeluarkan air mata saat terus memandangnya.
"Suami, hidup memang penuh perubahan. Tak pernah kubayangkan akan seberuntung ini."
"Baru dua anak sudah bahagia? Nanti kalau punya lebih banyak, kebahagiaanmu akan berlipat," boss memeluknya sambil memandang lampu warna-warni di taman. Suasana Natal terasa di seluruh rumah.
Sudah lama dia tidak merayakan hari raya seramai ini.
"Mungkin suatu hari, rumah ini masih akan seperti yang dia harapkan, ditambah beberapa bayi lucu yang lincah, di dalam dan luar ruangan dipenuhi atmosfer ramai yang meriah."
"Sudah bukan orang yang kesepian lagi."
"Mau tidak mau membuka hadiah?"
Lan Xin mengangguk seperti boneka kertas, boss mengeluarkan tumpukan hadiah. Ada yang mahal dari keluarga Jin, juga hadiah tidak berharga dari pelayan, tapi semua bermakna baik.
Lan Xin juga menyiapkan hadiah untuk semua pelayan perkebunan. Meski boss sudah menaikkan gaji sebagai tunjangan Natal, Lan Xin tetap dengan telaten memilih kembali hadiah sesuai selera masing-masing.
"Ah, bagaimana Bibi Chen tahu aku paling suka sweater seperti ini! Rajutan tangan berlabel 'kehangatan'! Ada juga sepatu kecil imut untuk bayi kita dari Mary, semua adalah malaikatku, haha!"
Lan Xin gembira membuka hadiah.
Lei Tingyu tersenyum memandangnya. Sebenarnya, dialah malaikat sejati di perkebunan ini. Kehadiran Lan Xin selalu membawa kebahagiaan bagi semua.
Termasuk dirinya.
Setelah beberapa saat membuka hadiah, Lan Xin teringat sesuatu. Dia duduk tegak dan mengulurkan tangan ke arahnya.
"Hadiahmu mana?"
Dia sudah merajut syal khusus untuk boss sebagai hadiah. Kok dia sama sekali tidak memberi tanda-tanda?
Awalnya targetnya memang sweater.
Tapi dia terlalu kikuk. Meski diajari bersama oleh Bibi Chen dan Feng Ting, akhirnya mereka menyerah dan hanya bisa membuat syal jelek yang tidak rapi.
“Aku lupa.” boss mengangkat tangan.
Lan Xin berteriak "Ah", lalu melompat mendekat dan menghujamkan tangannya.
“Bagaimana bisa kau lupa? Beli sesuatu yang sederhana pun tidak, kau benar-benar melupakannya!”
Habis sudah, pasti dia meremehkanku. Sudah tua, tak menarik, perut membesar, bahkan hadiah Natal pun tidak disiapkan!
“Anak-anak, ayah kalian ini pria tanpa ampun, bahkan hadiah Natal untuk ibu pun tidak disiapkan. Bagaimana kalau ibu ajak kalian pindah rumah?”
Pindah dari rumah ini ke sebelah, makanya disebut "pindah rumah".
“Ibu mulai ngelantur lagi, hentakkan!”
Begitu perintah boss, perut Lan Xin segera berkedut.
Lan Xin cemberut, kembali merasakan perlakuan tidak adil dari marga Lei yang berkolusi!
“Ibu tidak mau main dengan kalian lagi, marga Lei tidak ada yang baik.” Kepala menunduk, terus membuka hadiah.
“Hah? Kok ada hadiah untuk Lei Zhizhi?” Lan Xin terkejut, mengeluarkan kotak bertuliskan nama itu. Reaksi pertamanya——
“Cepat suamiku, buka! Lihat apakah ada tiga harta karun intrik istana di dalamnya!”
Belakangan ini Lan Xin tidak lagi menonton drama berlebihan, beralih ke serial intrik istana.
“Tiga harta karun apa?”
“Kasturi, saffron, daun limau. Inilah senjata andalan selir-selir istana untuk menjebak lawan sampai keguguran!” Lan Xin mundur dua langkah diam-diam.
Lei Tingyu membuka hadiah dari Lei Zhizhi: sebuah gaun pesta dengan harga lumayan.
“Selalu menonton hal-hal aneh, sinetron yang mengurangi kepintaran, jangan ditonton lagi setelah ini.”
Lan Xin mendekat, penasaran mengangkat hadiah pemberian Lei Zhizhi, lalu melihat label gantungan, terkesima.
“Sepupumu ini kan sering menghajar kartu kredit, menyebut diri sebagai janda bunga beracun kalangan atas Kota B, kok tiba-tiba bermurah hati, memberi giok dan pakaian untukku?”
Tentu tidak bisa dibandingkan dengan yang diberikan boss padanya, tapi ini Lei Zhizhi loh, perempuan yang dulu di rapat pemegang saham terus mendesak soal amnesia Lei Tingyu.
Tiba-tiba mengajak berdamai, ada tujuan apa?
“Dia sebelumnya memberimu sesuatu?” Boss mengerutkan kening.
Belakangan ini dia sibuk menemani Lan Xin, juga malas menghiraukan orang-orang bodoh keluarga kami di dalam negeri.
Berani mengejar sampai luar negeri?
“Waktu kamu kembali itu, dia mengantar ibu mertua datang, kasih giok jelek yang ketahuan Ayahku sampai dikritik habis-habisan! Aku baru tahu kalau Ayahku jahatnya jadi lucu sekali.”
“Dia bilang ada tujuan apa?” Boss sangat paham keluarga kami, tanpa keuntungan pasti tidak akan mendekat.
“Ibu mertua bilang, suruh aku bawa Lei Zhizhi ke pesta ulang tahun Adipati - Sayang, menurutmu bagaimana cara menolaknya biar tetap terlihat kelas atas?”
Boss berpikir sejenak, menggelengkan kepala.
“Jangan ditolak, langsung setujui saja.”
Hah? Kapan boss punya niat baik seperti ini?
“Bagaimana mungkin kamu tiba-tiba baik hati? Mungkinkah lupa bagaimana dia dulu merepotkan kita? Atau... kamu 'amnesia' lagi?”
Lan Xin sudah tahu, amnesia boss sebenarnya sudah sembuh sejak lama.
Boss memukul kepalanya, "Kamu mengada-ada lagi. Haruskah kusuruh anak-anak menghentakkanmu?"
Lan Xin segera diam.
Dalam hati mengacungkan jari tengah versi mini kartun.
Pria tak tahu malu! Selalu pakai jurus ini untuk menginjak-injaknya! Ganti wadah tapi isinya tetap sama!
"Pria yang lupa hadiah Natal, masih berani arogan! Kembalikan syal yang kuberi! Aku tarik kembali hadiahnya!" protesnya pelit.
Boss menggelengkan jari, "Hadiah yang sudah diberikan tak bisa ditarik. Itu sudah milikku."
Melihat Lan Xin tak terima, dia menambahkan dengan menjengkelkan, "Kamupun milikku!"
Lan Xin mengembungkan pipi sambil berpaling.
Boss lalu berkata dengan santai:
"Lei Zhizhi hanya ingin menikahi calon menantu ideal lewatmu. Kalau dia mau, antarkan saja."
Lan Xin segera menoleh untuk protes, tapi boss sudah mencium bibirnya yang mengembung dengan kemampuan meramal.
"Menurut informasi, putra bungsu Adipati ini masih lajang... tapi di bidang... sepertinya punya masalah tersembunyi."
Lan Xin terkejut, "Bidang itu... Mungkinkah...!!"
Matanya refleks melirik ke area antara kaki boss.
Langsung mendapat pukulan kepala.
"Jangan lihat ke situ!"
Lan Xin menjulurkan lidah panjang, Hehe tertawa dua kali.
"Rahasia sensitif seperti ini, bagaimana kamu bisa tahu?"
boss mendengus dengan meremehkan, "Apa yang ingin kuketahui, tidak ada yang tidak bisa kuselidiki."
