Bab 422 Pasangan boss kerja sama menginjak-injak orang
Setelah hamil indra penciumannya semakin sensitif. Boss membawanya ke area yang lebih sejuk dan sepi, lalu mempersilakannya duduk。
“Aku akan ambilkan jus untukmu.”
“Um, kalau begitu cepat pergi dan cepat kembali ya.” Lan Xin berbaring lesu.
Di acara membosankan seperti ini, Shishi pun tidak datang. Justru dia melihat ayahnya membawa ibu masuk, tapi mereka sedang dikerumuni banyak orang.
Lan Xin juga malas ikut keramaian. Jika mendekat, pasti akan terjebak dalam pergaulan tak berujung.
Lebih baik diam-diam bersembunyi di sini, mengobservasi ragam kehidupan manusia.
Pesta mewah dengan dekorasi bunga-bunga dan lampu kristal yang memantulkan cahaya pembiasan, menyinari setiap orang di bawah langit malam yang dipenuhi aroma parfum dan gemerincing perhiasan.
Dulu, dia mengira ini adalah Dunia yang sulit dipahami, di mana semua orang munafik dengan topeng palsu.
Tapi ketika boss perlahan menuntunnya melewati kerumunan, barulah dia sadar - orang-orang ini tidak seekstrim yang dibayangkan. Mungkin sejak awal pendidikan yang diberikan boss memang benar.
Yang disukai, diajak ngobrol sebentar. Yang tidak, langsung cabik-cabik.
Entah itu putra Adipati atau orang terkaya, kalau sok jago ya dihajar. Boss sudah merancang jalan kemewahan yang lapang baginya. Di sini, dia merasa bebas.
Pandangannya mengejar sosok boss yang berusaha rendah hati tapi tetap dikerubungi orang, sulit melepaskan diri.
Pria sumber cahaya bawaan ini, ke mana pun melangkah tetap jadi pusat perhatian. Melewati kerumunan, tatapannya bertemu dengannya.
“Lan Xin mengangguk ke arahnya, memberi isyarat bahwa dia baik-baik saja di sini, barulah dia menoleh dengan tenang dan melanjutkan jamuan.”
“Kucing liar kecil sekarang sudah bukan gadis penuh keraguan dengan rasa rendah diri terhadap kalangan atas seperti dulu.”
“Dia memiliki cukup aura bangsawan dan kemampuan untuk menghadapi situasi seperti ini tanpa masalah, boss juga sangat mempercayainya.”
“Lan Xin mengalihkan pandangannya ke Jin Tian dan Feng Ting. Dia melihat ibu tampak masih belum sepenuhnya beradaptasi, dalam hati berencana nanti akan berkomunikasi dengan ibu untuk menurunkan ilmu yang diajarkan boss dulu kepada Feng Ting.”
“Nyonya, pastinya Anda menikahi Marquis Lei karena mengincar kekayaannya? Jika suatu hari dibuang seperti sampah, ingatlah mencari kami. Keluarga kami terkenal paling toleransi.”
“Suara tak pantas bergema di telinga Lan Xin.”
“Lan Xin menoleh dan melihat kakak kelas kedua berambut pirang itu telah mendekat tanpa diketahui.”
“Tanpa tekanan dari boss, perkataannya semakin tak terkendali.”
“Lan Xin melirik ke arah boss yang tampak menyadari situasi ini dengan alis berkerut.”
“Lan Xin memberi kode 'ok' untuk menenangkannya, menyiratkan bisa menangani ini sendiri.”
“Sambil menoleh, Lan Xin berbicara dengan volume sedang yang terdengar seperti bicara sendiri namun jelas didengar semua orang:”
“Seingat saya, gelar bangsawan di Negara E hanya bisa diturunkan ke putra sulung? Lalu bagaimana nasib putra kedua seperti Anda?”
“Kata-kata tepat sasaran membuat tawa menantang si pirang langsung kaku.”
"Dia baru saja makan kerugian diam-diam dari boss, melihat Lan Xin terlihat mudah diinjak, lalu datang menyindir beberapa kata."
"Tapi tak disangka, Lan Xin begitu tajam."
"Melihatnya diam, Lan Xin membuat gerakan kosong melompong, menggelengkan kepala padanya."
"Artinya, di masa depan kamu tidak bisa mewarisi posisi Adipati? Sekarang kamu tidak punya gelar bangsawan sama sekali? Lalu rasa superior terhadap suamiku, dari mana asalnya?"
"Aku..." Kakak kelas kedua rambut kuning terbungkam oleh pertanyaannya.
"Dilihat dari status, suamiku adalah Marquis Negara E. Dari kekayaan, di usia 18 tahun dia sudah bisa mengambil alih Lei Group, masuk tiga besar dunia dalam daftar Forbes. Paman ini, usiamu sekarang kelihatannya tidak 50 juga 100 tahun, berani tunjukkan hartamu?"
"..." Wajah kakak kelas kedua rambut kuning memerah padam.
Berani... omong kosong! Bandingkan kekayaan dengan boss, bukan mencari penghinaan sendiri!
Lan Xin dengan anggun menyilangkan kakinya, sikapnya penuh aura bangsawan, membawa gaya aristokrat alamiah.
Sambil tersenyum menatap boss yang sedang mendatanginya, menoleh lalu menambahkan dengan volume suara sedang:
"Melihat ekspresi tidak rela ini, apa masih ada ketidakseimbangan soal warisan gelar? Wah, kakakmu belakangan ini... mungkin harus lebih hati-hati..."
"Kamu mengada-ada!" Kakak kelas kedua rambut kuning tertusuk masalah pribadinya, mengaum dalam kemarahan memuncak.
Cahaya sudut matanya melihat ayah dan kakak datang, mungkin juga mendengar ucapan perempuan ini, keringat dinginnya mengalir deras.
"Saat ini, boss sudah datang, dengan penuh wibawa memeluk Lan Xin, sudut matanya mengangkat seketika melihat perempuan miliknya tidak mengalami kerugian sedikit pun."
"Justru si Babi Pirang ini terlihat seperti kesulitan membela diri, boss mengangkat sudut bibirnya."
"Istri saya memang ceplas-ceplos, kurang familiar dengan urusan luar, jadi mungkin beberapa ucapannya terdengar subjektif. Tolong jangan dipikirkan."
"Ya ya ya." Babi Pirang cepat-cepat mengangguk, berusaha membersihkan diri dari tuduhan rencana membunuh kakak untuk merebut gelar bangsawan.
Tahu-tahu, boss menggunakan suara yang tidak terlalu keras tapi cukup terdengar oleh Adipati dan putra sulungnya:
"Kabarnya, Pangeran Kedua belakangan aktif berinvestasi besar-besaran dan sering bergaul dengan tentara bayaran. Apakah... ini kebetulan belaka?"
Lan Xin benar-benar takjub. Dalam hal memberikan komentar tambahan yang mematikan, siapa lagi kalau bukan boss-nya? Sungguh penuh wibawa!
"Jika ucapan Lan Xin tadi bisa dianggap sekadar candaan perempuan yang tajam lidah,"
"Maka tambahan kalimat boss ini benar-benar mematikan."
"Investasi besar-besaran? Itu biasa saja."
"Masalahnya, boss menyebutkan 'sering bergaul dengan tentara bayaran'..."
"Untuk apa kau butuh uang sebanyak itu dan main-main dengan orang jahat?"
Langkah Adipati dan putra sulungnya yang sedang mendekat tiba-tiba terhenti.
Keringat dingin mengucur deras di dahi Babi Pirang.
"A-aku cuma ketemu di acara santai! Jangan asal bicara!"
"Um um, suamiku memang tidak pernah bicara sembarangan. Dia orangnya sangat tenang." Lan Xin dengan kompak menimpali.
"Sayang, apa kamu melihat sesuatu?"
"Sebenarnya, tidak ada yang istimewa. Hanya saja hotel milik Grup Lei di bawah bendera Negara F kebetulan merekam momen ini. Tuan Muda kedua selera senimu sangat tinggi. Negara E yang besar ini tak bisa menahanmu, malah pergi ke luar negeri..."
Boss menggelengkan kepala dengan ekspresi penyesalan. Lan Xin mengikutinya dengan perasaan sakit hati yang rumit.
Si babi pirang ini benar-benar tidak bisa membersihkan namanya meski terjun ke sungai. Pasangan suami-istri ini benar-benar kejam.
Menyaksikan Sang Ayah dan kakak lelaki mulai memandangnya dengan curiga, si babi pirang tak tahan lagi dan membantah keras.
"Aku hanya menghadiri pesta perkumpulan kelompok biasa! Bukan seperti yang kalian pikirkan!"
"Tapi kalau tidak salah ingat, Grup Lei hari itu hanya menerima satu acara: Pertemuan Internasional GAY. Jangan-jangan Tuan Muda kedua, kamu--"
Boss pura-pura terkejut. Lan Xin dengan kompak menarik napas tajam.
Orang-orang di sekitar serentak mengeluarkan suara "Oh" penuh pengertian.
Boleh-boleh, ini benar-benar "Inggayris"!
Rupanya Tuan Muda kedua suka pria!
Lan Xin khawatir efek dramanya kurang, buru-buru berdiri menghalangi di depan Boss.
"Meski suamiku tampan dan kaya raya, aku tak akan membiarkanmu mengincarnya."
