Bab 423: Sepertinya ada sesuatu yang terlupakan?
Boss melihat Lan Xin kembali kambuh kebiasaannya main drama berlebihan. Mulutnya berkedut-kedut, perutnya mual dibuat ulahnya yang menjijikkan.
"Jangan mempermalukan diri! Otakku belum kemasukan air! Jangan gunakan hal semacam ini untuk membuatku mual!"
Berbalik badan, dengan aura penuh wibawa yang sekaligus menyebalkan, berkata pada si Pirang Kepala Babi yang sudah mati kesal karena ulah mereka.
"Istri saya memang nakal, malu-maluin."
Sekitar terdengar suara tawa ringan. Si Pirang memerah wajahnya dan buru-buru pergi.
Adipati yang datang berikutnya bersama putra sulungnya, melirik si Pirang dengan pandangan penuh kekecewaan. Sungguh aib bagi keluarga!
Siapa tidak bisa digoda, kok malah memilih menantang Lei Tingyu!
"Tuan Marquis, maafkan kami telah mempermalukan diri." Sang Adipati menghampiri bos untuk bersalam-salaman.
Bos sambil memeluk Lan Xin, dengan aura yang tak kalah menggentarkan dibanding sang Adipati, berkata:
"Terima kasih atas kerendahan hatinya."
Aura yang terpancar dari bos membuat sang Adipati tak berani lengah. Dalam hati, ia semakin membenci putra keduanya yang tak berguna itu.
Kenapa harus cari masalah dengan Lei Tingyu? Untungnya CEO Lei terlihat tidak berniat menyelidiki lebih jauh, kalau tidak seluruh keluarga pasti ikut kena getahnya.
Dalam hati, sang Adipati sudah bertekad: Begitu pulang, si Kepala Babi anak kedua itu harus diberi pelajaran tegas!
Setelah bersalam-salaman biasa dengan sang Adipati, bos membawa Lan Xin pergi dengan gaya penuh kharisma.
Para bangsawan keturunan Tionghoa di sekitar, melihat adegan ini, merasa puas bukan main. Diam-diam mereka mengacungkan jempol untuk Lan Xin.
Nyonya Marquis yang baru naik jabatan ini luar biasa! Penampilannya tadi benar-benar sempurna.
Sesampainya di luar kompleks, Lan Xin menatap bos dengan penuh kekaguman.
Sorot mata seperti ini sangat menyenangkan hati bos.
"Apakah cara bicaramu dengan Adipati juga sepenuh wibawa seperti itu?"
Lan Xin sangat terpikat oleh ketampanan Lei Tingyu, merasa penampilannya baru saja benar-benar keren sampai level super!
Ada perasaan seakan langit runtuh pun masih ada bos tinggi besar yang mengangkatnya! Super high!
"Seorang Adipati kecil tidak layak membuatku menunduk. Hari ini, penampilanmu cukup bagus. Pulang nanti kuhadiahkan satu ekor paha ayam." Boss dengan lembut mencubit hidung mungil Lan Xin.
"Apa sih? Seolah-olah aku sama seperti anjing kita yang bisa dibeli dengan paha ayam! Hanya satu paha ayam ingin menyuapku? Kau terlalu meremehkan martabatku sebagai Nyonya Marquis!"
Lan Xin mengembungkan pipinya.
"Dua ekor?" Boss menambah satu jari.
Lan Xin langsung mengangguk, tersenyum manis bagai bunga.
"Transaksi bisa langsung dilakukan!"
"...Martabatmu sebagai Nyonya Marquis, hanya segini ternyata."
Boss memandangnya, menggelengkan kepala dengan manja lalu mengulurkan tangan memeluknya. Berdampingan mereka menikmati gemerlap lampu di halaman.
Pancaran warna-warni memvisualisasikan kemewahan duniawi, di langit bertebaran kepingan salju yang diubah menjadi salju berwarna oleh neon pelangi di taman.
Pemandangan indah, hanya karena pendamping di samping, memperoleh makna berbeda.
Meski hanya pemandangan biasa, karena ditemaninya, menjadi seberharga bintang fajar.
Lan Xin gembira menikmati pemandangan, Boss menikmati kegembiraannya. Lukisan alam terindah adalah senyum sang cantik.
Tanpa menyadari tatapan Boss, Lan Xin masih terpesona oleh keindangan pemandangan.
"Apakah karena baru saja merasa menjijikkan oleh babi kuning, sehingga dengan perbandingan ini, lihatlah suasana hati yang sangat baik ini, cepat, berikan ponselmu!"
Lan Xin hanya melihat sudah tidak puas, mendesak boss mengeluarkan ponselnya.
"Kamu berdiri di halaman, aku akan memotretmu." Seorang penggemar fotografi tidak akan melewatkan kesempatan merekam pemandangan indah apapun!
"...Jangan."
Mengatur pose dan memotret foto, terdengar sangat bodoh wujudnya, boss sama sekali tidak mau.
"Tapi aku sangat ingin memotret, bayi dalam kandungan juga bilang ingin melihat foto ayah yang tampan dan gagah di pemandangan salju!"
Lan Xin sambil mengarahkan sinar permohonan kucing yang tak bisa ditolak ke boss, sebelah tangan mengelus perut bulatnya.
Bukan keinginanku lho, ini permintaan si kembar telur ganda di rumahmu!
Boss menggigit gigi, "Kau semakin tidak tahu malu."
Berani menggunakan dua pendekatan sekaligus terhadapnya!
Lan Xin menjulurkan lidah, "Belajar darimu."
Akhirnya, tak tahan dengan rayuannya, boss keluar dan berdiri di halaman, membiarkan Lan Xin memotret.
Tapi dia tetap berkarakter, tidak mengikuti syarat-syaratnya untuk melakukan model-model menggelikan.
Hanya berdiri dengan wajah tidak sabar, membiarkan Lan Xin terus memotretnya.
Tapi meski penampilan biasa saja, sudah cukup membuat Lan Xin puas memotret.
Dasar yang bagus dengan ketampanan, bagaimana pun dipotret hasilnya bagus.
Jin Tian menggandeng Feng Ting, yang malam ini tampak tegang dan terus-terusan kaku. Baru saja mendengar putri mereka bertempur dengan putra kedua Adipati dan berhasil menguasai situasi berkat bantuan menantu laki-laki.
Seluruh ruang rapat sekarang berbisik-bisik membahas boss dan Lan Xin yang telah menjadi figur legendaris.
Mendengar banyak orang Asia memuji Lan Xin, Feng Ting bertanya dengan gugup pada Jin Tian.
"Apa tindakan Xin Xin ini tidak akan menyinggung orang? Tidak akan dibalas dendam kan?"
"Kau terlalu khawatir. Tidak akan ada masalah. Yang harus kau pikirkan sekarang adalah, apakah keluarga Adipati akan dihancurkan balasan Ting Yu?" jawab Jin Tian sambil tersenyum.
Keluarga Jin selalu menjalankan strategi keharmonisan. Tiba-tiba memiliki putri dengan daya tempur luar biasa, hal ini justru membuatnya sangat puas.
"Ting Yu sehebat itu? Tapi bukankah Adipati lebih tinggi satu tingkat dari Marquis?"
"Kau meremehkan Ting Yu. Kau pikir dia menginginkan gelar bangsawan? Jika dia mau, berbagai negara akan berebut memberinya kehormatan tertinggi. Bukan cuma Adipati, bahkan Ratu pun harus memberi dia muka!"
Meski sudah tahu status Tingyu yang mulia, Feng Ting tetap terkejut mendengar Ratu pun harus menghormatinya.
Sulit membayangkan menantu yang selalu menurut pada putrinya di rumah, adalah sosok besar yang mengguncang dunia.
Menatap dari jendela, boss dan Lan Xin yang sedang berfoto di salju terlihat seperti pasangan biasa. Feng Ting menghela nafas pahit.
“Kalangan atas ini, tidak seperti yang kubayangkan, sepertinya ada yang tidak beres.”
Ternyata, hidup bisa sesantai Lan Xin, bebas melakukan apa saja sesuka hati.
“Keajaiban luar biasa bukanlah ciri Orang Sempurna, Orang Sempurna justru tampak biasa. Putri bisa melakukannya, aku pun mampu seperti menantu.”
Di dunia penuh tipu muslihat ini, pria harus menciptakan kedamaian untuk perempuan yang dicintainya dengan ledakan.
Lan Xin sedang asyik berfoto saat bos menginterupsi, menggenggam tangannya yang sudah diselimuti tapi masih terasa dingin.
“Sudah, waktunya masuk.”
“Oh, baiklah.” Puas bisa mengunggah foto-foto cantik dan kemesraannya di lingkaran pertemanan.
Saat hendak masuk, Lan Xin mengerutkan kening.
“Kenapa aku merasa seperti melupakan sesuatu?”
Lan Xin berhenti, mengusap pelipis dengan bingung.
Firasatnya terus mengatakan ada hal yang terlewat.
Apa saja yang sudah dilakukannya di pesta ulang tahun hari ini?
Mencabik-cabik kakak kelas kedua berambut pirang, beraksi mesra dengan bos, menunjukkan pesona keluarga baru kaya Tiongkok.
Sudah banyak foto diambil, tapi tetap saja ada yang terasa kurang.
