Bab 426 Imut yang Mematikan
Sudut mulut boss berkedut berkali-kali, "Kau menggunakan kata-kata seperti itu untuk menggambarku...?!"
Dalam hati berbisik, dia sedang mengandung anakku, memukul pantat memang tidak baik, tapi sungguh ingin memukulinya, bagaimana ini?
“Ini bukan salahku, waktu latihanmu sekarang lebih lama dari sebelumnya, lari terus-terusan, otot dada dan perut yang sudah susut malah jadi terbentuk lagi!”
Lan Xin mengamatinya dengan tatapan curiga, tangannya tak sengaja meraba otot perut kekar sang suami.
“Bahkan sampai garap garis ikan! Perut istrimu sudah buncit seperti bola, tapi penampilanmu tetap ganteng begini!”
Lan Xin terus mengeluh, sampai saat ini belum sadar kalau dia malah menjerumuskan diri sendiri...
Ini karena takut boss tidak mengerti, kenapa dia selalu mengganggu latihan suaminya, sampai niat sebenarnya kebocoran.
Boss akhirnya paham.
Kucing liar licik ini! Karena merasa tidak percaya diri, malah berusaha membuatnya jelek?
Sungguh, racun paling mematikan ada di hati perempuan...
Melihat strateginya terbongkar, Lan Xin tak lagi menyembunyikan niatnya dan terus berbicara dengan serius.
“Kalau tidak latihan saja sudah banyak perempuan yang nempel, apalagi kalau badanmu makin kekar? Harus pakai pengusir lalat raksasa terus-terusan nih buat mengusir mereka?”
“Kapan kamu pernah melihat ada perempuan di sekitarku?”
Pertanyaan boss itu membuat Lan Xin terdiam.
Oh iya, di sekitar pria itu memang tak pernah ada kabar miring sama sekali, bersih lebih dari air murni.
"Ini benar-benar tidak sesuai pola! Di samping setiap CEO yang otoriter, bukankah seharusnya ada kawanan wanita materialistis? Bahkan putra bungsu Adipati pun ada Lei Zhizhi yang ingin nempel. Suamiku seganteng ini, plus kaya raya, kok malah tidak ada yang mau nempel ya?"
Wanita hamil itu kembali memikirkan hal ini.
Boss sama sekali tak punya cara menghadapinya.
"Ada yang nempel kamu pusing, tidak ada yang nempel kamu juga pusing. Hidupmu kok dibuat serumit ini?"
Lan Xin sendiri mungkin merasa telah berlebihan. Bibir mungilnya mengkerut, lalu ia menangis histeris.
Boss benar-benar tak punya pilihan, segera membungkuk mengangkatnya, buru-buru mengusap air matanya.
"Kenapa menangis lagi?"
"Hiks... Aku merasa sangat jahat. Suamiku bekerja keras cari uang di luar, sementara aku di rumah berpikir macam-macam. Bahkan ingin jadi wanita licik, menghalangimu fitnes, berencana membuatmu gemuk, biar tidak ada yang mau kecuali aku..."
Wanita hamil yang rapuh ini mengalami perubahan emosi drastis. Seketika merasa tak termaafkan, melakukan introspeksi dan evaluasi diri mendalam.
Tanpa disadari, wujud menggemaskannya telah membuat boss jatuh hati.
Terutama ucapan "membuatnya gemuk" dan "tidak ada yang mau kecuali aku", benar-benar menyentuh titik kepuasan boss.
Tiba-tiba ia sadar, betapa manisnya istri ini dalam membangkitkan perasaannya. Berapa kali pun fitnes, tetap ingin mencintainya dengan total.
Lan Xin tak berani menatapnya, masih terus melakukan introspeksi diri.
“Aku rasa aku hancur, penampilan berasal dari hati. Setelah hamil aku malah jadi kejam seperti ini, bahkan ingin membuat suamiku menjadi jelek...”
“Kamu bukan kejam.” boss akhirnya tidak tega mengerjainya lagi, karena dia terlalu menggemaskan.
“Um?” Perempuan itu menengadah ke arahnya dengan wajah basah oleh air mata.
“Kamu hanya, terlalu mencintaiku.”
Meski ucapannya benar, Lan Xin justru merasa wajahnya memerah tanpa alasan.
Mengatakan "cinta" sendiri, berbeda rasanya ketika kata itu keluar dari mulutnya. Kenapa jadi terasa begitu memalukan...
“Lei Tingyu, kamu benar-benar tidak punya malu.” Wanita hamil itu malu, menyembunyikan wajah di dada pria itu, enggan mengangkat kepala.
“Bukankah ini belajar darimu?” boss akhirnya menemukan bahwa mengganggu kucing lebih menyenangkan daripada fitness.
“Bukan! Kamu memang berbakat alami, tanpa aku pun kamu sudah...” Wajahnya nyaris terbakar malu.
“Jika ingin aku tidak diincar perempuan lain, caranya sebenarnya sangat sederhana.”
Sorot matanya terlalu dalam, seolah membakar tubuh Lan Xin sampai berlubang.
Dia menghindari pandangannya, tak berani menatap mata pria itu karena ada firasat bahwa "cara" yang dimaksud mungkin agak berwarna...
“Aku ingat masih ada daging merah panggang di kompor, aku mau periksa dulu.”
Saat dia berdiri, pria itu memeluknya. Menunduk, memanfaatkan kehangatan di hatinya, mencium bibir lembutnya.
“Itu tidak mendesak. Kurasa, bayi mungkin lebih merindukan Ayahnya.” boss berbisik dekat telinganya sambil menempelkan kepala.
“Tapi, sekarang kan pagi hari...”
“Um, pagi, pergi menyapa bayi, mereka pasti suka.” Dia menggendongnya, bergegas menuju kamar tidur.
Di pagi hari, sebenarnya ada jenis olahraga yang efeknya lebih baik dari fitness, dan bisa menang-menang.
Gorden kamar tidur berkibar-kibar, sinar matahari pagi yang hangat membawa kesegaran fajar, dia lupa merenung, hanya ingat perasaan yang dibawa pria itu, seperti permen termanis.
Manis, seolah mau meleleh, memenuhi setiap sudut tubuh, setiap sedetik perasaan bahagia tersambung dengan hati yang saling menempel.
Mungkin waktu bangun harus ditunda lagi, harus tidur lagi, tapi Lan Xin merasa alasan seperti ini seharusnya bisa diterima bayi, mereka juga sepertinya suka perasaan Ayah Ibu bersama.
Setiap kali bos ingin akrab dengannya, dua anak kecil jadi sangat manis.
“Guk...” Paha ayam mencakar pintu, tuan dan nyonya rumah sibuk bekerja, tak ada yang memperhatikan anjing, akhirnya berbalik dengan sedih.
Mencari majikan yang terlalu mesra, benar-benar menyusahkan anjing...
“Nyonya muda, waktu tidurmu ini sepertinya agak lama, apakah tubuh ada yang tidak nyaman?”
Siang hari, Bibi Chen membawa sup sambil mengantar, melihat Lan Xin mengurung diri dalam selimut dengan wajah mengantuk, tak bisa menahan bertanya khawatir.
Lan Xin teringat alasan tidur larut, wajahnya memerah.
“Aku, itu, aku fitness pagi tadi, sehingga tidur lagi sebentar.”
“Sekarang kamu sudah hamil, bagaimana bisa tetap berolahraga? Tuan muda juga tidak mengawasimu, benar-benar mempermalukan diri.”
“Dia memang suka mempermalukan diri...” Lan Xin teringat tuntutan tak terbatas seseorang, wajahnya semakin memerah sedikit.
Sejak dokter dengan serius mengatakan bahwa aktivitas harmonis yang moderat sangat baik untuk tubuhnya, membantu menyeimbangkan level hormon, dan tidak membahayakan bayi.
Kemudian, seseorang itu semakin intens melakukannya.
“Dokter zaman sekarang bicaranya tidak bertanggung jawab...” gumam Lan Xin.
Untungnya dia tidak merasa tidak nyaman, meski tubuh agak lelah, tapi cepat pulih kembali.
Malah wajahnya semakin segar, pantas saja Lei Tingyu tanpa rasa takut, menemukan kesempatan langsung berubah bentuk.
Setelah makan, Lan Xin berjalan-jalan membawa paha ayam beberapa kali. Awalnya mengira Lei Zhizhi akan datang, tapi sampai malam, tidak terlihat bayangan orangnya.
Mungkinkah makhluk ini berubah drastis?
Malamnya bertanya pada boss, dia dengan tenang menjawab.
“Katanya, Lei Zhizhi dirawat di rumah sakit, flu berat, mungkin baru seminggu lagi akan menemuimu.”
Menghitung waktu, menunggu seminggu lagi, Lei Zhizhi tetap tidak datang. Tanya lagi ke boss.
“Lei Zhizhi dipindahkan ke ruang perawatan intensif, mungkin butuh beberapa minggu lagi baru bisa menemuimu.”
“...Flu biasa sampai masuk ruang perawatan intensif?!” Lan Xin merasa ini sangat ajaib.
