Bab 453 Cara Bagus yang Dipikirkan Lan Xin
Apapun yang dia katakan, anak kecil ini selalu memelintir maksudnya, sama sekali tidak bisa diajak berkomunikasi!
Perempuan yang biasanya penurut ini, tiba-tiba jadi tidak bisa diajak berunding.
"Terus bagaimana kamu tahu dia punya gravitasi sedangkan aku tidak? Kamu pasti sudah mengamati dengan mata, menghitung ukuran tubuhnya dengan presisi, lalu membandingkan dengan milikku, berdasarkan prinsip fisika menghitung pengaruh gravitasi pada kami, akhirnya menyimpulkan teori bahwa dia akan turun sedangkan aku tidak!"
Perempuan ini benar-benar...
Lan Xin jarang bertengkar dengan bos, biasanya bos yang mengamuk sementara Lan Xin bercanda sehingga pertengkaran tidak terjadi.
Tapi hari ini, kucing hamil yang cemburu membuat bos kewalahan, dia sendiri bukan pria yang ahli menjelaskan.
"Mendengar ucapannya yang semakin keterlaluan, boss akhirnya sudah muak, berkata dengan wajah muram."
"Cukup sudah, aku sudah menjelaskan padamu, ini hanya pekerjaan, jangan kau cari masalah seperti ini."
"Aku yang cari masalah, aku yang cari masalah..." Lan Xin menggigil karena marah.
Mengapa niatnya untuk berkomunikasi baik malah berakhir seperti ini?
Matanya menyapu sekeliling ruangan, ingin meniru sikapnya saat marah dengan menghancurkan barang-barang agar terlihat keren.
Tapi semua benda di sekitarnya bernilai sangat tinggi, Lan Xin sama sekali tidak tega menghancurkannya.
Di kamar tidur tidak ada botol kosong atau sejenisnya, Lan Xin berputar-putar tapi tidak menemukan satu pun yang rela dihancurkan.
Boss sepertinya membaca niatnya, diam-diam mengambil tongkat golf dari samping dan menyodorkannya padanya.
"Hancurkan, lihat apa yang tidak berkenan di matamu, hancurkan saja."
Menghadapi wanita hamil memang harus lebih toleran, boss merasa toleransi yang ditunjukkannya hari ini sudah melebihi batas maksimal biasanya.
Tapi Lan Xin justru semakin marah dengan tindakannya.
Ia menggigit bibirnya, menatap tongkat golf yang disodorkannya, merasa direndahkan.
"Kau menginjak-injak aku..."
Mata berkaca-kaca berlinang air mata, wajahnya basah oleh tangisan.
Lei Tingyu melihat keadaannya ini, ingin sekali membenturkan kepala ke tembok.
Sebenarnya siapa yang menginjak-injak siapa?!
Semua keinginannya sudah dituruti, bukannya menghibur wanita hamil malah dianggap merendahkan orang?
“Bagaimana aku menginjak-injakmu?” Hanya Lan Xin yang berani bersikap seperti ini pada bos. Jika orang biasa berani begini, pasti sudah dihantam sepuluh ribu kali.
Lei Tingyu merasa tekanan darah rendahnya naik gara-gara kemarahan.
“Kau memang menginjakku! Kau pikir aku tak bisa hidup tanpamu! Kau pikir aku mencintaimu! Kau memandang rendahku! Makanya kau kembalikan tongkat biliar itu! Kau yakin aku tak tega menghancurkan barang-barang rumah!”
“Aku tak mau bicara dengan perempuan tak berakal!”
“Kalau begitu cari yang berakal! Pergilah ke si sapi berambut emas itu! Ngapain kau menikahiku?! Cari yang kau suka! Aku memang tak berakal, Wu wu...”
Bos menatap tangisnya, tangan hendak menyeka air matanya. Lan Xin melepaskan genggaman dengan kasar.
“Tingyu, meski kadang aku ceroboh, bukan berarti bodoh. Kerjaan apa yang harus kausembunyikan dariku? Produk baru Lei Group yang super rahasia kau perlihatkan, tapi kenapa aktivitasmu sekarang kaututupi?”
“Ini... benar-benar berbeda.”
“Apa bedanya? Lei Tingyu, bukan tak percaya. Selama ini aku yakin padamu. Tapi akhir-akhir ini kau terlalu aneh. Setiap kali aku bangun tengah malam, kulihat kau di ruang belajar depan komputer. Lalu ada telepon dari perempuan. Kau batalkan janji temani aku periksa kandungan, malah ketemu dia...”
Semakin diurai, semakin tak berdaya. Sekarang yang jelas-jelas terluka adalah dirinya.
“Orang yang tidur di sampingnya, tanpa disadari melakukan hal apa di belakangnya, tapi dia sendiri tidak tahu menahu, perasaan seperti ini sungguh menyedihkan.”
Tapi meski begitu, dia masih ingin memberinya kesempatan. Mencintai seseorang berarti ingin memberi puluhan juta kali kesempatan untuk menjelaskan, sekalipun itu hanya pengelabuan darinya.
Tapi dia telah melukai hatinya.
“Sekarang aku hanya bisa bilang, hubunganku dengan Elena hanyalah partner kerja. Tapi detailnya, tidak bisa kubicarakan padamu.”
“Lei Tingyu, bukankah kita seharusnya saling terbuka tentang segalanya?” Dia bisa menyerahkan hatinya sepenuhnya padanya.
Semua cerita, baik maupun tidak baik, orang pertama yang ingin dia bagikan hanyalah dia.
Tapi sekarang, dia jelas-jelas menyembunyikan sesuatu darinya.
“Beberapa hal, semakin sedikit kau tahu, semakin aman untukmu.”
Boss tidak ingin melanjutkan perdebatan ini. Jarang sekali mereka bertengkar seganas ini, membuatnya sangat lelah secara mental.
“Pergi mandi dulu. Setelah mandi minum susu hangat dan tidur, bangun nanti pasti sudah baikan.”
Meski tetap merawatnya dengan baik, di hati Lan Xin seolah ada tusukan yang tertancap.
Bagaimana pun dicabut, tetap tak bisa terlepas...
Lan Xin mulai melakukan perang dingin dengan boss.
Setelah komunikasi gagal, setiap melihat boss dia memilih diam.
Boss beberapa kali mencoba mencari perdamaian, tapi hanya mendapat bayangan tegas darinya.
Sikap Lan Xin sangat jelas: menolak penjelasan ambigu darinya. Jika tidak dijelaskan tuntas, perang dingin akan berlanjut sampai akhir.
"Sedangkan sang bos yang selalu memanjakan Lan Xin, kali ini juga benar-benar bertekad bulat untuk tidak bicara meski dipukul mati. Keduanya saling melawan."
"Sudah seharian penuh tidak bicara dengan bos, Lan Xin merasa seluruh kehidupannya suram."
"Dia tidak percaya Lei Tingyu benar-benar akan berbuat sesuatu dengan perempuan lain. Bahkan dalam kondisi hamil seperti sekarang yang membuatnya tak bisa memenuhi kebutuhannya, dia tetap percaya pada karakter pria itu."
"Tapi sekarang dia jelas-jelas menyembunyikan sesuatu, namun tak mau memberitahunya. Merasa dikucilkan dari gerbang hatinya, Lan Xin merasa sangat lelah secara emosional."
"Maka, Lan Xin menemukan sebuah ide brilian."
"Kakak... Kau mengerjai aku ya?"
"Shishi yang dipanggil buru-buru oleh Lan Xin, langsung terdiam tak tahu harus berkata apa setelah mendengar permintaan adiknya."
"Lan Xin menarik selembar tisu, mengeluarkan ingusnya dengan keras."
"Um! Hidup seperti ini sudah tak bisa kupertahankan! Ambil! Lihat apa yang kau suka ambil saja! Lebih baik rumah ini dikosongkan semua!"
"Inilah ide brilian Lan Xin: memanggil adiknya untuk mengosongkan rumah..."
"Dia tak tega menghancurkan, tapi menghadiahkan pada orang lain tentu boleh!"
"Lagi pula Lei Tingyu juga tak mau hidup tenang bersamanya, sekarang dia sudah pasrah."
"Shishi membalikkan matanya sinis, melirik kereta bayi di sebelahnya."
"Putrinya yang baru lahir sedang tidur dengan penuh ketaatan di dalamnya."
"Baru saja melewati masa nifas, sudah dipanggil kakaknya. Mengira ada hal penting, ternyata hanya lelucon konyol."
"Kakak ipar bertengkar denganmu, jadi kamu membuat rencana seperti ini?"
“Aku ini wanita yang sangat kejam!” Lan Xin berpura-pura kejam sambil mengangguk.
“Baiklah, wanita kejam. Menurutmu, berapa perusahaan pindahan yang harus kusewa untuk mengangkut semua barang di rumahmu yang berantakan begini?”
