Bab 469: Lan Xin Menduga Sesuatu
Demi kebahagiaan bibi kecilnya, dia benar-benar menghabiskan seluruh perhatian dan tenaga...
Sedangkan si boss ini terlihat sangat santai, bersandar di ranjang, memandangi kucing hamil yang pipinya merah dan malu dengan tenang.
Pantas saja, berani menggoda orang, kalau berani menggoda harus memenuhi janji! Boss tidak menerima utang piutang!
"Apa yang mau kamu makan malam ini?" Lan Xin keluar dari kamar mandi, berusaha pura-pura seolah tidak ada yang terjadi.
Terhadap ekspresi boss yang terlihat puas diri dan penuh godaan itu, dia juga berpura-pura tidak melihat.
"Terserah."
Lan Xin hanya perlu memasak untuk boss seorang diri. Si pemilih ini sangat rewel soal makanan. Lan Xin tidak tega membiarkannya kurus, jadi meski sekarang pergerakannya sudah tidak nyaman, dia tetap memasak sendiri tiga kali sehari untuk boss.
"Kalau begitu aku akan memasak sup dulu, lalu membuat nasi kari untukmu. Kebetulan Wenwen juga ingin makan nasi kari."
"Jangan." Boss protes.
"Biarkan si gadis itu makan masakan koki saja." Istrinya sedang hamil begitu lelah, dia tidak mau membiarkannya memasak untuk orang lain.
"Hei Lei Tingyu, itu kan adikmu sendiri, masak kamu kekanak-kanakan begini?"
"Selain aku, kamu tidak boleh peduli pada siapa pun, bahkan adik kandung sekalipun!" Boss berkata dengan nada cemburu.
Saat Lan Xin bergumam pelan dan pergi, boss mulai merenung.
Tidak bisa dibiarkan! Kucing peliharaannya terlalu mempesona, bahkan Wenwen sangat menyukainya. Jika dibiarkan seperti ini, saudari ipar akan bersekutu, main keluar setiap hari, lalu apa peran suami sahnya nanti?
"Sepertinya, harus segera menikahkan Lei Wenwen si gadis liar ini."
"Dengan begitu, Xin Xin juga bisa sedikit lega, baiklah, pada dasarnya, ini karena menyayangi istri sendiri."
Lan Xin menyiapkan makanan, lalu pergi sendiri ke kamar Wenwen untuk mencarinya.
"Wenwen, makanan sudah siap."
Mengetuk pintu dua kali, tidak ada respon dari dalam.
"Wenwen, kamu di dalam? Ibu masuk ya~" Lan Xin mendorong pintu.
Ternyata, Lei Wenwen tertelungkup di lantai tanpa bergerak, keningnya dipenuhi butiran keringat.
"Ya Tuhan! Suami! Cepat ke sini!" teriak Lan Xin dengan suara serak.
Boss yang mendengar kabar itu segera mengantar Lei Wenwen ke rumah sakit.
Hasil diagnosa menunjukkan radang usus buntu akut yang harus dioperasi.
Masalahnya tidak serius, hanya operasi kecil yang selesai dalam setengah jam.
Lan Xin khawatir dan menjaga Wenwen di rumah sakit.
Sementara Boss memotret kejadian ini dengan ponsel, lalu secara spontan mengunggahnya ke circle pertemanan menggunakan ponsel Lan Xin.
"Hmm, dari dalam negeri ke sini, kecepatan tercepat mungkin beberapa jam?"
Boss menghitung waktu, lalu menunjukkan senyum puas.
Bagus, dalam beberapa jam lagi, kucingnya bisa merdeka. Adapun yang di ranjang ini——
Boss melirik Lei Wenwen yang wajahnya pucat, secara alami akan ada yang datang khusus mengurusnya.
Setelah efek bius hilang, Wenwen tersadar dan melihat Lan Xin dan Lei Tingyu. Dia berjuang ingin bangun.
"Berbaringlah, baru dioperasi tidak boleh bergerak." Lan Xin menahan tubuhnya.
“Apa yang terjadi?” Dia hanya ingat, sepertinya baru saja keluar dari kamar mandi setelah mandi, lalu perutnya sakit sekali, selanjutnya tidak ingat apa-apa.
“Kamu menderita usus buntu akut, baru saja dioperasi, masih perlu istirahat.” Lan Xin menjawab.
“Um... Kakak, apakah aku dan keluargamu delapan langkah bertabrakan? Cuma numpang makan beberapa hari saja, langsung sakit, suamiku sangat sedih!”
“Baru sadar sudah lancang bicara, sepertinya kamu belum cukup kesakitan. Aku akan suruh perawat menghilangkan obat pereda nyerimu.” Boss berpura-pura akan berdiri.
“Jangan dong!” Wenwen tidak berani menyinggung si licik, buru-buru tersenyum penuh basa-basi.
“Kakak, cepat antarkan kakak iparmu pergi. Ibu hamil tidak boleh lama-lama di ruang pasien, aku tidak apa-apa.”
“Baik, aku suruh Bibi Chen membawa dua orang untuk merawatmu.” Boss sangat ingin menyeret Lan Xin pergi.
“Jangan, jangan panggil siapa-siapa. Kakak, tidakkah kamu merasa sakitku ini adalah kesempatan?”
Boss segera mengerti maksud Wenwen.
Wenwen datang membawa tugas. Orang-orang itu pasti akan berusaha mendekatinya karena sakitnya, ini mungkin sebuah kesempatan.
Boss dan Wenwen mencapai konsensus strategis, namun Lan Xin yang tidak tahu menahu sangat jengkel.
Sepanjang jalan diseret Boss keluar rumah sakit, sampai di mobil masih memprotes Boss.
“Lei Tingyu! Tidak bisakah kamu punya sedikit kasih sayang saudara! Dia sudah sakit, kenapa tidak mengizinkan orang merawatnya!”
“Dia sendiri yang minta personel ditarik.” Di sela-sela menyetir, boss masih harus menyempatkan diri menjawabnya.
“Dia minta tarik personel langsung kau tarik? Tapi waktu kita 'beraktivitas', setiap kali kubilang berhenti, kenapa tak pernah kau dengarkan? Kok sekarang jadi begitu penurut?!”
Tangan boss yang menggenggam setir gemetar hebat akibat ucapan perempuan itu.
“Jin Lanxin! Aku peringatkan, saat aku menyetir, jangan sembarangan bicara vulgar!”
Lanxin menjulurkan lidah diam-diam, “Cuma analogi kok.”
“Kalau masih berani ngomong ngawur dan merusak pendidikan janin, pulang nanti salin 100 kali Tao Te Ching!” boss mengancam.
Perempuan ini kalau sudah kehilangan batas, benar-benar bisa mengucapkan apa saja. Si kucing hamil kecil ini adalah contoh buruk paling nyata!
“Oh...” Lanxin yang terbiasa ditekan langsung menunduk mengakui kesalahan, tapi tiba-tiba teringat sesuatu.
“Lei! Jangan alihkan topik, aku serius! Adikmu sampai dirawat di rumah sakit, kenapa tak kau suruh siapa-siapa menjaganya?”
Boss tentu tak bisa memberitahu misi rahasia Lei Wenwen pada Lanxin, hanya diam membisu.
Lanxin mulai membayangkan skenario sendiri.
“Jangan-jangan, ada harta warisan luar biasa di keluargamu, lalu demi menguasainya, kau tega menyakiti satu-satunya adik perempuan?”
Urat nadi di pelipis boss berdenyut-denyut, “Apa yang kau omongkan?!”
Sudah dibilang jangan nonton drama melodramatis itu, ini semua jadi berantakan!
“Kupikir juga tidak mungkin... Tapi aku benar-benar tak paham, sebagai sampah masyarakat, apa motifmu sebenarnya?”
“Aku hanya bisa memberitahumu, apa yang kau lihat dengan matamu, belum tentu semuanya nyata. Saat menghadapi masalah, lebih banyak gunakan ini.” boss menggeser satu tangan, menunjuk kepalanya.
“Hmm, di sini sudah setiap hari kau pukul, siang malam dipukul, sampai jadi bodoh.”
Lan Xin mengusap kepala yang ditunjuknya, mengeluh pelan.
“Urusan Wenwen, jangan ikut campur, mengerti?” boss sebenarnya agak khawatir Lan Xin bermaksud baik tapi malah membuat masalah.
“Baiklah, aku percaya padamu. Siapa lagi yang bisa jadi bos besar serbabisa-ku?” Lan Xin tersenyum padanya.
Seorang pria yang menyayangi istrinya sampai ke tulang sumsum, seharusnya tidak akan terlalu jahat pada adik kandungnya sendiri.
“Intinya, jika kau tidak bisa mengambil keputusan tentang hal tertentu, tanyakan padaku. Jangan bertindak atas inisiatif sendiri.”
“Sebenarnya aku juga bisa menebak sebagian, meski kau tidak memberitahu.”
boss kebetulan sedang menunggu lampu merah. Mendengar perkataannya, ia menoleh memandangnya.
Lan Xin menundukkan kepala.
“Wenwen adalah anggota Interpol. Dia bilang sedang menjalankan tugas, tapi sejak datang ke rumah kita, aku tidak pernah melihatnya keluar. Jadi kutebak, tugasnya mungkin berhubungan denganmu.”
boss diam.
Lan Xin selalu pintar, hanya saja kebijaksanaannya tersembunyi dalam kesederhanaan. Selalu fokus pada hal besar dan mengabaikan detail, banyak hal yang dipahaminya dalam hati tapi tidak diucapkan.
