Bab 474 Malam Hari, Pria yang Menemani Bos Bertarung
Kini Lan Xin memandang bos dengan jengkel.
Adiknya sendiri dirawat di rumah sakit, dia tidak menemani, juga tak mengizinkannya menunggui!
"Jin Lanxin, kamu harus tahu, di Dunia ini banyak hal yang tidak seperti terlihat oleh mata. Terkadang, orang yang kamu anggap bersalah justru yang paling kasihan, sementara yang kamu kira tak bersalah justru sebaliknya!"
Masalah antara Lei Wenwen dan Gong Yun, bahkan boss pun tidak sembarangan campur tangan.
Karena masalah benar-salah, asli-palsu bagai sebuah Volume "Rashomon" yang berlapis-lapis, orang luar yang bukan mereka mana bisa membedakan mana yang benar dan salah.
Lanxin tidak mengerti perkataan boss, membawa aura kesalahan yang menggelora, pulang pun tidak mau bicara dengan boss.
Dia juga menolak melanjutkan "kerja" membantu boss yang sebelumnya, membalut diri dengan selimut, tak lama kemudian sudah mendengkur lelap.
Boss hendak menemaninya, tiba-tiba ponsel berdering.
"Keluar."
Suara Gong Yun terdengar dari speaker.
Suaranya yang biasanya lembut, kali ini ternyata mengandung hawa dingin.
Boss mengangkat sudut bibir.
Akhirnya ada yang tak kuasa menahan diri.
Menutup telepon, memilih set pakaian olahraga, menunduk mencium wajah Lanxin yang sedang tidur.
"Perempuan beruntung." Cukup baginya melihat permukaan, ikut geram sesaat.
Sedangkan sisanya, harus diselesaikan olehnya.
Jalan-jalan yang sejuk, di depan perkebunan boss, Gong Yun bersandar di mobil melihat boss turun dengan pakaian sederhana, meretakkan jari-jari.
"Kau memang... cukup tahu batas kemampuan!"
Boss mengangkat bahu, "Sudah ditebak, kau pasti ingin bertarung."
Sang pemimpin saat ini, di hati pastinya juga menyimpan amarah tak tersalurkan.
Wenwen terbaring di rumah sakit, sang Kakak menahan sepenuh perut amarah. Tentu saja, dia harus mencari boss ini untuk melampiaskan kemarahan sebagai kakak tertua.
"Sial! Kau berani memanjakan perempuanmu mengirim WeChat semacam itu!"
Mengingat dirinya datang dari jarak 10.000 li dengan panik, ternyata hanya alarm palsu, Gong Yun sangat kesal.
Mengepalkan tinju, dia menghantam ke arah boss. Boss menyamping menghindar.
"Aku tidak memanjakannya."
"Berani kau bilang foto WeChat itu bukan kiriman perempuanmu?!" Gong Yun tak bisa memukul Lan Xin, wajar dia menuntut boss.
Boss mengangkat tangan tak berdosa.
"Bukan dia yang mengirim."
Gong Yun menghentikan serangan, memandang boss dengan keraguan.
Tiba-tiba Lei Fuhei menghentakkan kaki, menendang perut Gong Yun, lalu tersenyum polos.
"Itu aku yang kirim..."
Gong Yun mengamuk.
Dasar Lei Fuhei licik! Pantas kau dipukuli!
Dua pria bertubuh setinggi itu bertarung di jalan sepi tengah malam, diterangi lampu jalan samar dari perkebunan.
Gong Yun bertarung karena amarah pada penyesatan boss. Boss pun tak kalah, adik perempuannya masih di rumah sakit - Gong Yun juga harus bertanggung jawab!
Duel sengit antara dua pria seimbang berkecamuk menegangkan di jalanan tengah malam.
Keduanya bagai dua ekor binatang terpojok, bertarung habis-habisan tanpa peduli status.
Setelah sama-sama babak belur, boss akhirnya berhenti. Mereka bersandar di mobil dalam diam, mengakhiri pertarungan.
"Masih mau bertarung? Jika kau merasa masih ada api di hati, aku tidak keberatan menemanimu terus berkelahi." boss berkata.
Gong Yun menyeka darah di sudut mulut, menengadah melihat taburan bintang di langit.
"Lei Tingyu, sejak menikah kau semakin tak punya batas dasar!"
Bahkan berubah mengikuti gaya istrimu itu, berani juga sembarangan mengirim foto!
boss mencibir, "Kau sendiri yang ingin jadi seperti aku."
Sayangnya, Wenwen tidak memberi kesempatan pada Gong Yun.
Gong Yun tertusuk luka di dasar hati, bergumam kasar.
"Aku ingin memukulmu lagi."
boss mengangkat bahu, "Terserah."
Toh Gong Yun juga tidak mendapat banyak keuntungan.
Dua pria itu kembali tenggelam dalam kesempatan yang dalam, sejenak kemudian boss membuka undangan.
"Mau masuk minum secangkir?"
Di perkebunannya ada ruang anggur yang bagus, berisi banyak minuman premium.
Gong Yun menggelengkan kepala.
boss mungkin sudah menduga dia tidak akan masuk.
Maka, dengan berani mengeluarkan dua botol kecil vodka berkonsentrasi tinggi dari jaket yang dibuka, melempar satu ke Gong Yun.
Dua pria berstatus terhormat itu bersandar di mobil, meneguk minuman beralkohol super kuat di bawah cuaca yang membekukan.
Alkohol mengusir dingin, juga mematikan rasa sakit setelah pertarungan, tapi di mata Gong Yun masih terlihat kebingungan.
Teman sejati adalah yang bisa bertarung bersama, minum bersama, dan saling terbuka.
boss secara alami sudah menyelesaikan dua poin pertama, maka, tidak keberatan untuk sekalian menyelesaikan poin 'berbicara tanpa batas' ini.
"Hidup manusia, dikatakan panjang memang sangat panjang, tapi jika dikatakan pendek, juga sangat singkat. Kalian berdua, masih punya berapa lima tahun lagi? Apakah kau peduli padanya, katakan pada hatimu sendiri, jangan padaku."
Gong Yun kaku, meneguk habis minuman keras di tangannya.
Di dalam hati, karena ucapan boss tadi, timbul riak besar.
Lan Xin tidur sampai matahari tinggi baru bangun.
Melihat si workaholic boss, yang biasanya tidak pernah absen bekerja, kali ini malah tidak pergi bekerja dan masih berbaring di sampingnya, merasa sangat heran.
Tapi ketika pria itu malas-malasan membalikkan badan, Lan Xin melihat luka di wajahnya dan terkejut berteriak "Ah!".
Begitu ada suara, boss langsung reflek membuka mata dengan sigap. Selama kehamilannya, kebiasaan bangun karena suara ini sudah menjadi refleks terkondisi.
"Di mana yang tidak nyaman?" tanya boss.
Lan Xin menggelengkan kepala, dengan heran menunjuk wajah boss.
"Suamiku, kenapa wajahmu?"
Ia ingat, sebelum tidur semalam, suaminya yang super tampan itu masih seorang pria ganteng. Kenapa setelah bangun malah penuh lebam biru kehijauan?
Di wajah tampan boss muncul beberapa lebam, bahkan sudut mulutnya juga pecah.
Lan Xin membuka jubah tidurnya, boss malas-malasan memeluknya.
"Sekarang kondisi tubuhmu sudah tidak cocok untuk olahraga berat, jangan terlalu... bersemangat."
Lan Xin bahkan tidak sempat bercanda dengannya, dengan hati pedih terus bertanya tak henti.
“Siapa yang memukulmu sampai begini?” Hanya tidur semalam saja, bagaimana bisa bangun tidur, suami sudah dipukuli sampai begini?
Tidak hanya di wajah, badan juga ada lebam-lebam.
Boss melihat dia peduli pada dirinya, berkata dengan akal bulus.
“Kamu yang memukul.”
Lan Xin terkejut, menutup mulutnya.
“Semalam, kamu bertengkar denganku, mungkinkah kamu lupa?”
Lan Xin berusaha mengingat, memang, karena urusan Wenwen, sepertinya dia bersitegang dengan boss.
Tapi, bagaimana dia tidak ingat kalau dirinya sebrutal ini?
“Setelah kamu tertidur, dalam mimpi, kamu menindakku.” Boss berbicara sembarangan tanpa ekspresi.
Dengan mudahnya membawa Lan Xin terbawa omongan.
“Kenapa aku tidak ingat apa-apa...” Lan Xin menatap luka di tubuh boss, dengan keraguan mencoba mengingat.
“Mungkin kamu sleepwalking, zieeett, kamu benar-benar kucing liar yang brutal.”
Lan Xin merasa bersalah, melihat memar besar di tubuhnya.
Mungkinkah, benar-benar dirinya sendiri, yang sedang tidur lelap, menyentuh boss?
Boss menyesatkan Lan Xin, lalu berkata dengan jahat.
“Aku ingat, seseorang hari ini sepertinya akan memotong jatah makanku?”
“Aku salah, aku akan memberimu makanan tambahan.” Lan Xin turun dari ranjang, mengumpulkan kotak P3K, berlutut di atas kasur, fokus menangani lukanya, mengoleskan obat.
Boss dengan tidak tahu malu menikmati layanan penuh rasa bersalah Lan Xin, sambil berusaha mendapatkan tunjangan untuk dirinya.
